Aku menatap Nick dengan tatapan curiga karena sikapnya.
"Nick, apakah kau masih bersama kami?"
Dia masih menatap sambil tersenyum, lalu mengacungkan pistol padaku.
"Hei, jangan main-main, kau tidak dihipnotis duyung, kan?"
"Dasar kau, Junior. Nyanyian duyung hanya memikat, tidak menghipnotis untuk memerintah seperti tukang sulap."
Aku menghela nafas lega dengan pelan, lalu ku lihat tangan Nick yang mengacungkan pistol, ternyata dia memegang dengan terbalik, gagangnya yang diarahkan padaku.
"Kalian saja yang menembak jika benar ingin menghabisinya." Nick menggerakkan tangannya, memberi tanda untuk mengambil pistolnya.
Albert langsung menyambar pistol dari tangan Nick dan mengarahkan pada duyung, tapi aku mencegahnya.
"Dia sudah tak berdaya, Kapten."
Albert menatapku sejenak lalu melihat pada duyung di bebatuan tadi, begitu juga aku. Makhluk tadi masih menyeringai dengan pose yang sama, sepertinya dia kesakitan karena dilempar oleh Nick tadi. Wajahnya tidak cantik lagi karena memperlihatkan giginya yang bertaring.
"Kalian mau disitu sampai kapan?" suara Bimo di belakang kami mengejutkan aku, "sampai duyung-duyung itu datang membawa pasukan satu batalion?"
"Nick, Kapten, ayo kita pergi."
Kami bertiga menuju ke lubang, dimana ada Bimo yang sudah menunggu kami daritadi. Duyung yang sudah tak bisa bergerak tadi berteriak, entah umpatan marah pada kami atau sedang memanggil kawan-kawannya.
Kami sampai di lubang pada dinding tadi, Nick naik lebih dulu dibantu tarikan tangan Bimo yang susah payah menarik beban tubuh pria besar itu. Albert membantu mendorong Nick yang kemudian sampai ke atas pada mulut lubang.
Setelah aku membantu Albert naik menggunakan tanganku sebagai pijakan, aku teringat tas Albert, lalu aku pergi menuju ke tempat duyung tadi dimana benda itu tergeletak disana.
"Yod, kau mau kemana?"
"Kalian tunggu disini, aku akan mengambil tas Kapten tadi."
"Dasar bocah gendeng, tadi menyuruh kami cepat pergi malah kau sendiri yang kembali kesana, Junior."
"Kita butuh amunisi, Nick, dan lagi, kita bisa mati kelaparan kalau tas itu tertinggal."
Aku menuju bebatuan tadi dan berhenti beberapa langkah sebelum sampai, duyung tadi sudah tidak ada.
"Sial!" gumamku, kini aku harus lebih waspada karena aku sendirian dan aku lupa pistolku telah kosong.
"Kalian tidak melihat melihat kemana duyung tadi pergi?"
Aku bertanya pada mereka tanpa menoleh, mataku masih mengawasi sekitar bebatuan.
"Oh, tidak, duyung itu menghilang! Aku tidak melihatnya, Yod. Kita terlalu sibuk untuk naik kesini tadi."
"Hati-hati, Tuan Yodha. Saya akan melindungi anda dari sini."
Aku mendengar suara klik dari belakangku, pasti Albert membuka kunci pengaman pistol dan melindungi ku dari tempat mereka yang berjarak lebih dari 10 meter dariku.
Aku menelan ludah, berharap duyung tadi sudah pergi jauh atau mati dan kini sudah tenggelam di balik bebatuan. Aku maju perlahan mendekati tas, mengawasi sekeliling, lalu memungutnya.
Aku mundur menuju tempat mereka, sampai tiba-tiba sebuah tangan meraih kakiku dari dalam air.
"Sial!" aku menendang-nendang agar kakiku terlepas dari cengkeraman makhluk ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detektif Mitologi
FantasyPernah dengar tentang puteri duyung, pegasus, centaur, harpies, sphinx dan deretan makhluk mitologi lainnya? Makhluk yang tentu saja tidak asing lagi, tapi keberadaan mereka selalu dipertanyakan. Aku adalah DETEKTIF. Tidak tidak tidak. Aku...