14

41 3 0
                                    

Karena kemarin seluruh kelas bahkan seluruh angkatan telah diberitahu oleh guru guru yang mengurus pensi nanti, kita mulai sibuk dengan pensi.

Dari mempersiapkan kostum, berlatih yang membuat teman pulang lebih lama dari yang lain, stres mengurus sana sini, dan banyak hal yang tidak bisa ditampilkan dengan kata kata. Setidaknya, dengan melihat sikap mereka, aku bisa menyadari bahwa hidup kadang sulit dan mudah. Terserah orang yang menjalaninya.

"Kau sudah latihan?" tanya seseorang dari belakangku

"ya, sudah. Hanya ditambah banyak latihan saja" aku menggarukkan kepalaku walaupun rasanya tidak gatal sama sekali.

Disaat semua murid sedang sibuk sibuknya bermain dikelas, ada pengumumuman dari pengeras suara yang membuat kelas hening seketika.

"Panggilan untuk yang mengikuti pensi bulan Desember nanti, harap turun ke hall. Sekali lagi, bagi yang mengisi acara pensi nanti, tolong turun ke hall. Terima kasih" putusnya.

Aku hanya bisa menghela napas karena waktu bermainku dengan temanku terus menerus berkurang. Padahal aku ingin sekali menghabiskan waktu bersama mereka. Apalagi aku sudah bebas dengan namanya Ujian! Aku pamit ke teman temanku dan mereka juga nampak lesu.

"Maaf membuat waktu kalian selalu terkuras karena seringnya dipanggil kebawah. Tapi! kalian akan menampilkan pensi yang tidak pernah dirayakan sebelumnya saat pengambilan rapot di SMP. Makanya, kita harus latihan keras untuk menyukseskan pensi nanti"

"ukh, ceramahnya.." kata seorang wanita di sampingku yang jabatannya sebagi kakak kelas.

"Ah! itu Erwin!" batinku sambil tersenyum.

"Rasanya gampang sekali mencarinya. Hanya lewat rambutnya yang khas. Berbeda dari lainnya! Rambutnya yang berdiri seperti tersengat listrik! hahaha, kocak banget!" ucap batinku sekali lagi.

"ssst. Jangan senyum senyum aja lo!" senggol seseorang dari samping.

"iya iya, maaf"

***

Sudah tidak ada ceramah lagi, hanya hentakan kaki yang menaiki tangga satu persatu, tapi, ada seseorang yang mengacaukan langkahku saat kaki kananku ingin menginjak anak tangga pertama.

"Woi, Selin"

"IH!! apa lagi sih?!" gerutu ku dan dengan reflek menghadap kearah belakang.

"Erwin?" batinku.

Tidak sengaja, saat seseorang memanggilku, ada dia tepat dibelakangku. Kesempatan yang membuatku hampir mati!

Erwin yang mendadak membuka kelopak matanya menjadi melebar, mulai menormalkan matanya dan tersenyum kepadaku untuk yang pertama kali. "Hai" sapanya.

"astaga Tuhan! upss" asal ceplos aja!

"Maafkan a--aku! Hai juga!" senyum malu malu ku ini benaran memalukan??

Erwin langsung menaiki anak tangga dan menuju lantai ke 3, sedangkan aku hanya terpaku ditempat yang tidak bergerak sama sekali.

Aduh aku malu sekali! aku menutup wajahku dengan kedua tanganku yang panasnya gak karuan ini!

"Oii, Sel? buruan dipanggil tuh! Lo malah bengong aja disana kek patung. Buru!" seseorang menyadarkanku akan kekakuanku yang berdiri diam depan tangga.

"Eh, i-iya iya. Maaf"

Didepan perpus, kelompok ansamble berkumpul disana, termasuk Kevin. Kevin yang sudah ahli sekali dibidang musik membuatku iri setengah mati! Apalagi, dia orang yang pernah ku kagumi saat aku masih kecil. Orang itu tidak akan pernah kulupa. Oke, fokus!

Monster And Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang