Banyak hal yang selalu kupikirkan selama ini untuknya, mungkin memang benar perasaanku terarah kepadanya? Dan.. Mungkin kita memang sudah takdir untuk bersama?
Semuanya sudah ku tentukan, bahwa aku akan menjaganya, walaupun aku lebih muda darinya.
Aku mau ngomong sesuatu
-ErwinApa?
-SelinAtit perut, aku be'ol dulu ya? Biar lega:v wait a minute.
-ErwinAstaga! Yaudah gih sana, bau tau!
-SelinLalu aku terpikirkan tentang cetak Tata Buku yang dimiliki oleh kakak kelas angkatan Erwin, apa harus aku memintanya?
Erwin, kalau udah selesai.. Jawab ya? Aku mau pinjam buku Tata Buku ya.. Senin boleh tolong kasih?
-SelinBeberapa menit kemudian, pesan itu di baca dan Erwin mengirimkan pesan singkat.
Oke, besok ku bawa.
-ErwinKarin is calling you. Answer or Reject?
"Hallo? Gimana jadinya?"
"Udah kutulis suratnya. Tinggal kasih dan ambil buku TBnya."
"Wah! Good luck ya, Sel!"
"Makasih ya!"
***
Erwin kembali dalam aktivitasnya selama satu menit. Dan kembali mengirim pesan kepadaku dan dia membalas pesanku, jadi fix! Besok aku akan bertemu dia dan mendapatkan buku cetak itu! Inikah rasanya saat kau mendapat sesuatu lebih cepat dari orang lain? Seperti membanggakan?
Besok, aku ingin kasih sesuatu ke kamu ya. Semacam sistem barter yang menguntungkan. Simbiosis Mutualisme.
-SelinCalon anak ipa! Oke, besok kita ketemu di perpustakaan.
-ErwinFor the first time in forever!! Kita bakal ketemu di real life dan bukan dunia maya.
Semoga besok menjadi hari yang menyenangkan dan tidak terlupakan. Semoga keberuntungan sedang berpihak padaku.
***
Hari pun tiba, saatnya aku dengan Erwin bertemu dengan tatap muka dalam beberapa centi saja. Janjinya sih, bel istirahat kita akan bertemu di perpustakaan. Ya sudah setelah bel, aku langsung cepat-cepat menuju perpustakaan dengan sepucuk surat untuk rasa terima kasihku kepadanya.
Satu menit, dua menit, tiga menit berlalu. Tapi dia belum menampakkan batang hidungnya yang mancung itu. Ya, mau tidak mau dan keadaan sel dalam perut ingin di beri makan agar mereka semua tidak memberontak, aku langsung keluar dari perpustakaan dan menuju teman-temanku dan melupakan surat dan buku itu.
Karin, yang mengetahu diriku ingin memberikan surat itu pun bertanya, "Udah kasih sel? Bukunya mana?"
Aku melahap satu sendok makan ke mulutku lalu menggigit ujung sendok itu, "Belum, nanti aja aku kasih. Aku udah laper."
"Kasih apa sih, Sel?" tanya Lucy ikut-ikutan.
"Surat, Cy. Surat!"
"E cieee, Seliin! Good luck ya! Semoga langgeng."
"Karin, elah! Malu tau." aku menutup wajahku dengan telapak tangan kanan.
Makanan pun sudah habis dan seperti biasa, membicarakan hal random dalam hidup yang random juga. Satu hal yang ku suka dalm squad ini adalah, mereka tidak dewasa dan membawa semua perbincangan ini terlalu serius, melainkan mereka bawa dengan ciri khas mereka masing-masing. Yang di cap "Aneh dan kekanak-kanakkan" di angkatan kami. Ini seperti kembali pada masa anak-anak tanpa beban sedikit pun. Jika ada pun, mereka siap membantu. Dan itulah waktunya serius, tidak membiarkan seorang teman dalam masalah. We can handle it
Lagi-lagi, Karin yang heboh. Dia menyuruh untuk bangkit berdiri, pergi ke perpustakaan dan menemui Erwin lalu memberi surat dan barter dengan cetak Tata buku. Karena aku adalah orang yang sabar, aku langsung bangkit berdiri dan mengucapkan salam perpisahan kepada squad-ku yang random itu. Lagi-lagi, Karin yang menemaniku dan dibantu oleh Lucy sahabatku juga dari aku kelas 4 SD.
"KARIN! Stop ah! Aku lagi siapin mental nih. Jangan dorong-dorong. Kamu mau aku pingsan dan gak ada yang gotong aku? Iya sih UKS deket, sampingan malah sama perpustakaan. Tapi aku ini berat!" ocehku yang sedang dilanda kepanikan.
"Bagus dong? 'Kan ada Erwin, dia bakal gotong kamu kayak cerita di anime gitu!"
"Najis." balas Lucy mendengar perkataan Karin yang 'lebay'.
"Rin! Lucy! Aku takut nih, kayak aku bakal ketemu sama Monster yang mau gigit aku culik aku dan bunuh aku. Kayak udah masuk ke rumah Monster. Aaah!"
"Udah Sel, semangat!" Lucy menyemangati dengan mengepalkan kedua tangannya tanda semangat.
Aku menghela napas dan masuk ke dalam perpustakaan lalu berdoa, agar aku tidak pingsan tidak grogi tidak di gotong orang tidak...
Krieeet
Suara pintu perpustakaan di buka dan RAMBUT KHAS ITU! ITU ERWIN! Sapa dia! Sapa!
"Ha-hai" aku tersenyum canggung kepadanya.
Sumpah? Mulutku kaku banget, balik lagi woi! Balik! Mulutnya capek, duh!
Erwin memberikan bukunya dan tersenyum canggung juga kepadaku, "Ini bukunya! Di simpen baik-baik ya."
"Ah, iya! Bakal di simpan kok. Ini," aku memberikan kertas itu kepadanya dan tersenyum lagi "Di baca ya, makasih."
Erwin linglung, mungkin posisinya juga kaku dan di dalam sana benar-benar ada dua guru yang killer, semoga mereka tidak melihat. Lalu tersenyum canggung lagi dan ketawa karena gugup. "Oke, thanks. Duluan ya!"
"Iya! Makasih juga."
Erwin menutup pintunya dan aku sendiri lagi di dalam perpustakaan. Bersama dua guru killer. Tapi, lihat gak sih ekspresinya? Benar-benar seperti Monster! Absurd deh mukanya. Seperti merasa bersalah tapi pura-pura kamu tidak bersalah. Ngerti 'kan?
Aku pun keluar dari ruang perpustakaan dan menuju squad ku yang di rindukan. Padahal baru saja bertemu lima menit yang lalu. Lalu perasaanku tidak karuan karena benar-benar seperti bertemu dengan monster yang siap menangkap manusia. Oke itu, lebay.
Tapi aku senang, ini semua berjalan lancar. Walapun berbeda dengan ekspetasi.
Dear Erwin,
Terima kasih bukunya. Kau menyelamatkan diriku dengan satu buku cetak ini. Dan aku yakin besok aku akan fotocopy cetak ini dan akan ku berikan padamu besok. Soal perasaanku dan denganmu, aku ingin kita meluruskan masalah ini. Aku ingin semuanya jelas walau saat kau baca ini, aku mempermalukan diriku.
Aku akan serius untuk hubungan ini, dan aku tidak akan menyia-nyiakanmu. Aku yakin. Sekali lagi, terima kasih.
Best,
SelinAuthor's Note!!
Hai hai kalian! Maaf cerita ini sudah lama tidak saya lanjutkan! Dan yang masih setia baca, saya ucapkan banyak banyak terima kasih! Karena kalian (dan sider) saya bisa disini:v di bumi ini.
Terima kasih untuk orang-orang yang mendukung saya dan cerita saya ini. Karena kalian, saya jadi semangat kerjain lagi. Terima kasih juga untuk sumber dari cerita ini. I hope you will happy with this story.
So, tungguin ya kelanjutannya! Jangan bosen-bosen main di cerita ini dan intip cerita di sebelah ya! Terima kasih:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster And Little Girl
Teen FictionDisaat kamu tidak mengenal dia, tiba tiba saja mengenal persis apa sifat dan karakternya. Disitulah timbulnya cinta. Walau hanya lewat sosmed, tapi ini kisah cinta kita. Berbeda dari yang lain tapi mempunyai makna yang sama. Kami sangat mencintai sa...