Aku masih tak habis pikir terhadap Salsa. Apakah dia masih menyukai Gerald? Apakah ... perasaan itu belum sepenuhnya hilang? Huh, rasanya sakit tapi tak berdarah. Sepertinya aku harus benar – benar merelakannya jika mereka balikan. Toh, kalau memang jodoh, siapa yang bisa menolak?
Lagipula tugas sekolah sedang memburuku, bukan waktu yang tepat untuk ngegalauin mantan pacar orang. Come on, Key, sisa dua tahun lagi lalu kamu akan masuk ke universitas yang berbeda. Ya. Beda. Harus! Hati ini sudah terlalu sakit untuk menunggu kepastian yang tak akan datang.
"Key?" Sebuah telapak tangan melambai tepat didepan wajahku. "Key, kamu ngelamunin apa sih?"
"Ng, bukan apa – apa kok," jawabku cepat setelah sadar.
Farah mengerutkan dahinya. "Bukan apa – apa tapi kok bengong sampai lima belas menit gitu."
"Hah?!" Kedua mataku terbelalak saat melihat jam dinding. "Berarti udah masuk dong!"
"Belnya masuknya emang barusan bunyi beberapa menit yang lalu," ujar Farah. "Kamu ini gimana sih? Ngelamunin apa coba dari aku pergi ke kantin, makan bakso tiga porsi terus balik lagi ke kelas?"
Aku hanya bisa memanyunkan bibirku, pasrah.
"Jangan – jangan ... tentang ...." Farah tak sempat melanjutkan ucapannya karena Pak Dirham baru saja masuk ke dalam kelas. "Yahh, padahal aku mau freeclass hari ini," lanjutnya.
"Ssh! Kamu tau, kan, Pak Dirham itu killer? Kalau kedengaran beliau gimana?" bisikku pada Farah.
"SIAPA TADI YANG BILANG MAU FREECLASS HARI INI?!" teriak Pak Dirham dari mejanya.
Semua siswa di kelas serentak menoleh ke arah Farah, kecuali aku tentunya.
"Kamu, ya, yang tadi bilang mau freeclass?" tunjuk Pak Dirham menggunakan laser andalannya. "Mengaku tidak?! Atau perlu saya periksa cctv di kelas ini?"
Keringat dingin pun mulai bercucuran dipelipis Farah. Ah, bagaimana ini? Bagaimana jika aku ditunjuk sebagai kaki tangan Farah? Gawat! batinku.
"Kalau tidak mengaku sampai hitungan ketiga, bapak akan memberikan hukuman bagi kamu!" ancam Pak Dirham sambil mengayunkan lasernya. "Satu ... Dua ..."
Krett.. Pintu kelas terbuka.
"Permisi, Pak," ucap orang itu.
"Ada apa lagi ini?!" tanya Pak Dirham sinis. "Kamu tidak lihat saya lagi mengajar?"
"M–maaf, Pak. Tapi baru saja Pak Dirham dipanggil Kepala Sekolah."
"Kepala Sekolah?" Pak Dirham terdiam sebentar. "Ya sudah, bapak akan kesana."
Aku dan Farah menghembuskan napas lega.
Pak Dirham pun berjalan keluar kelas dan otomatis ruangan kembali menjadi ribut.
"Doaku terkabul, Key!" teriak Farah semangat sembari mengguncangkan badanku. "Lain kali aku mau bilang nggak usah ulangan harian, ah."
"Heh, nggak boleh gitu, nanti nilai kita kosong, tau," ucap ku.
Farah pun nyengir kuda dibuatnya.
"Farah, Farah," panggil seseorang dari arah bangku laki – laki.
Ah, pasti Fadlan.
"Tadi kamu keren bangett!!" ucap laki – laki itu sambil mengancungkan dua jempolnya. "Diantara semua cewek yang pernah aku kenal, cuma kamu yang berani ditatap guru killer."
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer
Teen FictionKeyla, gadis yang akrab disapa Key ini sedang dilanda rasa kagum yang sangat berat dengan seorang teman lesnya. Karena merasa telah menjadi seorang pengagum rahasia, dia pun menjuluki dirinya dengan sebutan 'Secret Admirer', yang hanya dapat meman...