Chapter 2

6.4K 476 4
                                    

****
Iqbaal, anak berumur 13 tahun ini melangkah santai di lobi rumahsakit. Kakinya melangkah ke arah barat lobi untuk menuju taman, ia melangkah dengan percaya diri walaupun sendiri. Ia tak takut, jika ada orang yang bertanya. Karena ia juga bisa bahasa korea.

3 tahun yang lalu ia dan keluarga pindah ke korea karena kakeknya yang sakit dan mengharuskan dirawat dikorea, karena dokter yang biasa menangani kakek-nya dipindah tugaskan kekorea.

Mengapa tak ganti dokter saja? Mengapa harus pindah ke korea?
Jawabannya cukup simpel, karena kakek Iqbaal sudah sangat cocok dengan dokter tersebut dan kakek Iqbaal tak ingin dirawat oleh dokter lain.

Pria tua itu memang ada saja
maunya. Untung saja, perusahaan Ayah Iqbaal sangat besar dan terkenal sehingga mempunyai cabang dikorea. Jadi Ayah Iqbaal beserta keluarga memutuskan untuk pindah ke korea, dengan begitu Kakek Iqbaal bisa dipantau oleh dokter kim, sebut saja begitu dan ayah Iqbaal bisa menjalankan perusahaan cabangnya.

Iqbaal melangkah santai di taman rumah sakit, pohon-pohon cherry blossom menyambutnya begitu ia memasuki area taman. Udaranya sejuk, karena baru saja memasuki musim semi.

Iqbaal menatap beberapa pasien yang berjalan-jalan ditemani perawat dan ada juga yang tengah duduk. Iqbaal terus melangkah, menikmati setiap inci taman ini.

Langkah Iqbaal terhenti ketika matanya menangkap seorang gadis kecil yang tengah duduk disalah satu kursi taman sendirian. gadis kecil itu berambut panjang, dan memakai baju pasien. Sesekali tangan kiri yang tak diinfus menghapus pipinya. Ada apa dengan gadis itu? Apa ia menangis.

Perlahan Iqbaal melangkah mendekati gadis itu dan duduk disampingnya "Hai . . " sapa Iqbaal (dalam b.korea) ramah.

Gadis kecil itu menoleh, dengan cepat ia menghapus airmata yang berada dipipinya dan menggeser tubuhnya sedikit menjauh.
"jangan takut, aku tidak jahat .. " Iqbaal mengibas-ngibaskan tangannya di udara. Gadis kecil itu perlahan menatap Iqbaal.
Iqbaal tersenyum "Hai. . Kau sedang apa? Mengapa sendirian? " tanya Iqbaal perlahan, takut menyinggung gadis ini.

Gadis itu menggeleng pelan.
"mengapa tadi kau menangis? Neo gwaenchana? (kamu baik-baik saja) .. "
Gadis itu bergeming, mengacuhkan Iqbaal yang bertanya. Dan perlahan airmatanya kembali menetes.

"ya.. Uljima (jangan menangis) kau kenapa eo? Mengapa tiba-tiba menangis? Apa aku salah? " Iqbaal panik ketika gadis kecil ini semakin menangis.
"uljima. . . Kau jangan menangis. Orang-orang bisa salah paham kepadaku. Kumohon jangan menangis eo. " Iqbaal berjongkok di hadapan gadis itu dan menatap wajah pucat itu dengan ekspresi campur aduk.

Panik, takut, dan khawatir. Hey, siapa yang tak panik melihat seorang gadis kecil tiba-tiba menangis ketika ia bersamamu.

"kumohon. . . Uljima eo. Jangan membuatku takut, kau bisa ceritakan masalahmu kepada oppa (kakak) , eottokhe (gimana) ? Tapi kau jangan menangis. " Iqbaal terus membujuk gadis ini dengan panik. Perlahan, tangan Iqbaal menggenggam tangan mungil gadis ini, mencoba menenangkan.
Iqbaal menoleh, menatap orang-orang yang memperhatikan dirinya dan gadis itu "aniya (tidak) . . . Bukan aku yang membuatnyaa menangis."

Iqbaal tersenyum dipaksakan kepada orang-orang yang menatapnya, jujur saja, saat ini ia merasa sangat takut. Takut orang salah paham.

"Geurae (baiklah) . . . Kau tak ingin bercerita dan tak ingin berhenti menangis. Aku akan pergi. " Iqbaal beranjak dari tempatnya dan mulai berbalik.

"Oppa chakkamaneyo (tunggu) . . . " tangan mungil itu menahan tangan Iqbaal. Dengan lembut, tangan itu menahan Iqbaal.
Iqbaal berbalik dan sedikit menunduk untuk menatap gadis itu "waeyo (kenapa) ? "
"eodiekaseyo (mau pergi kemana) ? " tanyanya pelan.

Perlahan kepalanya mendongak menatap wajah Iqbaal yang nampak silau karena sinar matahari. Gadis itu lantas kembali menundukkan kepalanya.


TBC

Good Doctor⚫IDRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang