Chapter 3||Dia jadi tau
Budayakan vote sebelum baca~
Matahari bersinar redup, tapi
cahaya-nya tetap menyilaukan hanya saja tertutup awan.Lelaki manis berpostur tubuh mungil menguap malas sambil membalik lembar buku.
Membaca barisan huruf yg dibagi dalam kelompok kata, tangan kanannya menulis-nulis sesuatu. Sebenarnya hanya mempersiapkan diri dengan melatih soal-soal untuk ujian besok.
Lelaki itu menguap lagi dan mengucek mata. Dirinya benar-benar bosan, tapi cuaca diluar sangatlah panas. Ia malas keluar. Lelaki manis dengan nama lengkap Koko Prananda Devara, kini sedang meregangkan otot-otot tubuhnya, merasa pegal terlalu lama duduk.
Ting Tong~
"Ya sebentar."
Suara bel yg berbunyi tiga kali berturut-turut sedikit membuat Koko kesal, mengutuk pelan tamu yg datang saat dirinya benar-benar malas sekedar berinteraksi dengan orang.
Koko merapihkan bajunya yg tampak sedikit kucel, biar bagaimanapun ia harus memberikan kesan yg baik. Memaksa kakinya berjalan kearah pintu, Koko bersumpah akan mengutuk orang itu bila datang tanpa maksud yg penting.
Cklak!
Koko tercengang, melihat postur tubuh yg sangat familiar kini berdiri tegak dihadapannya sembari membawa sekotak kue ditangannya. Orang itu tak kalah terkejutnya saat melihat Koko lah yg membuka pintu.
'Kenapa dia bisa tau aku tinggal disini?' Batin Koko resah.
"Kau disini?" Dua kalimat diucapkan oleh bibir yg berbeda namun dalam waktu yg bersamaan. Setelah 1 menit lamanya hanya saling diam.
Koko menggaruk tengkuknya yg tidak gatal dengan tangan kanan. Dia bingung harus melakukan apa sekarang. Ini benar-benar Awkward moment.
"Hehe, Kak Ferdan Kok tau aku disini?" Ucap Koko dengan nada riang terkesan dipaksakan.
Orang itu, Ferdana Fadhilah Devara. Memberikan tatapan gelap pada sang adik, secepat kilat tangannya menyambar telinga kiri Koko dan menjewernya tanpa ampun.
"Aiya!Sakit Kak!"
"Katakan padaku, kenapa kau begitu sulit dihubungi? Apa kau sengaja mengganti nomor mu? atau kau sudah bosan menjadi anggota keluarga Devara dan mencoba menghilang, huh! Lalu apa yang kau kakukan disini. Beri tahu aku. Apakah uang Mahasiswa sebanyak ini sampai bisa tinggal di Apartement?"
*****
"Kakak sedang apa disini?" Tanya Koko sambil menyodorkan secangkir kopi hangat dihadapan Ferdan. Keduanya sedang duduk diruang tamu Apartement Koko, meja kecil persegi menjadi penyekat jarak diantara mereka.
"Jangan kau fikir aku sengaja datang kesini untuk memata-matai mu, huh. Tiga hari yang lalu aku baru saja pindah ke Apartement sebelah. Mamah menelfon dan memarahi ku, katanya aku harus bersikap ramah pada tetangga baru. Jadilah aku membeli kue dan membagikannya secara cuma-cuma untuk tetangga terdekat. Demi dewa Zeus, jika aku tidak datang kemari dan memencet bel, mungkin aku tidak akan pernah tau kalau selama ini adik ku tinggal bersebelahan denganku." Ucap Ferdan sesekali mengesap kopi yang disodorkan untuknya.
Garis tipis dibibirnya sedikit membentuk senyuman, ia tak pernah menyangka jika adik laki-lakinya ini masih ingat selera kopi kesukaan-nya dengan sedikit gula. Ferdan sedikit terharu karna Koko masih memperhatikan hal-hal kecil. Pandangan Ferdan beredar menatap sekeliling sebelum jatuh pada manik kelam dihadapannya.
"Jadi kau tinggal disini bersama teman mu?" Tanya Ferdan kemudian yang hanya dijawab "Ng." Oleh Koko.
Ferdan tak bodoh untuk hanya sekedar menebak gelagat resah sang adik.
"Kenapa? Kau tidak suka aku disini?" Ucapnya to the point.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Enough
RomanceREPUBLISH (Yaoi,Shounen Ai,Boys love) JIKA KALIAN PENGIDAP HOMOPHOBICK ATAU SEJENISNYA YANG GAK BISA NERIMA CEPAT PERGI AJA SANA. .......DIPERSILAHKAN DENGAN SANGAT MENINGGALKAN KONTEN INI. MOHON DIPERHATIKAN. Tertanda, Farel.