14

16.9K 610 175
                                    

Zidan berteriak kesakitan, dia merasa nipple-nya terasa kebas dan ingin copot, sekuat tenaga ia mendorong bahu si penggigit hingga punggung  Koko membentur pintu mobil dibelakanganya dengan cukup keras.

Zidan membuka kancing kemeja atas untuk memeriksa keadaan nipple-nya yang---

Astaga!

Nipple terlihat berwarna merah bekas gigitan disertai sedikit bercak darah, Zidan ngilu. Lalu menatap Koko dengan tatapan 'Kenapa kamu mendadak seperti Zombie?'

Koko meringis sesaat saat punggungnya terasa sakit, lalu pandangannya mengarah ke Zidan, lebih tepatnya ke bibir Zidan yang terus mengeluarkan suara...

Ssstttt.....ssssstttttt....sssstttttt....

Membuat Koko kembali mengikis jarak, tanpa raut wajah menyesal atas perbuatannya barusan tetap fokus pada bongkahan daging kenyal yang terlihat sexy dimatanya dengan warna sedikit hitam memberi kesan gantle.

Melihat Koko kembali bereaksi secara tiba-tiba, Zidan menampilkan raut wajah waspada, dicekalnya bahu Koko agar tak semakin dekat, entah apalagi yang akan dilakukannya kali ini.

Ibu jari koko membelai lembut dagu Zidan, mengusap ke kiri dan ke kanan dengan begitu sensual. Zidan blank, tiba-tiba tangannya seperti tak lagi bertenaga mencegah Koko, hingga bibir keduanya menyatu dalam, hanya Koko yang aktif bergerak, sedangkan sang dominan masih saja tak lepas dari rasa terkejutnya--Rasa ini begitu menyenangkan, saking senangnya Zidan rasa jantungnya akan meledak sebentar lagi. 

Memang ini bukan pertama kalinya mereka berciuman, tpi ini spesial!!!! jarang sekali Koko berinisiatif untuk memulai ciuman, bergerak walau keadaan setengah sadar itu tetaplah hal yang menyenangkan untuk Zidan, apalagi mereka sudah beberapa hari tak bertemu.

Koko hanya melumat sebentar, tapi ketika  dia ingin menyudahi, tangan kanan Zidan sudah lebih dulu menahan tengkuknya, melanjutkan ciuman lebih lama lagi.  Zidan baru berhenti saat dirasa Koko hampir saja kehabisan oksigen.

Zidan benar-benar tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, ditangkupnya pipi Koko lalu ibu jarinya mengusap liur di sekitar bibir kekasihnya, tangan Zidan menelisik wajah rupawan dihadapannya, dari bibir naik kepipi, di elusnya perlahan, begitu sampai di kelopak mata indah yang separuh tertutup, Zidan tak kuasa menahan diri untuk tidak mengecupnya.

"Maafin aku sayang, aku benar-benar gak bisa kehilangan kamu. " Bisik Zidan, tak lama suara dengkuran kembali memenuhi indra pendengarannya.  Koko kembali tenang dengan mata terpejam sempurna.

Masalah nipple-nya yang terluka, Zidan ikhlas saja. Mungkin itu hukuman kecil yang harus ia terima.

Perasaan yang melethup-lethup membuatnya begitu bersemangat sampai ke rumah, sesekali dipandanginnya wajah Koko yang begitu damai. 

Tak butuh waktu lama untuk Zidan sampai dikediaman mereka, kebetulan saat itu Ferdan yang baru pulang kerja  melihat Zidan memapah Koko dalam keadaan tak sadarkan diri.

"Zidan, ada apa dengan Koko? "

Zidan menoleh, terkejut melihat Ferdan yang mendekat.  Memang Ferdan belum tau perihal Koko yang pergi dari rumah, akhir-akhir ini Ferdan disibukan dengan pekerjaan jadi tak sempat untuk berkunjung.

" Nanti aku jelaskan, maaf kak bisa bantu aku sebentar bukakan pintu rumah." Pinta Zidan.

"Ah ya. " Ferdan menerima kunci dan membuka pintu itu dengan cekatan.

Barulah setelah merebahkan Koko di ranjang dan menyelimutinya, mereka berdua  melanjutkan obrolan di ruang tamu.

" Ada apa sebenarnya?? tadi aku mencium bau alkohol, apa Koko mabuk? " Ferdan langsung mengajukan pertanyaan, setahu dia Koko tipikal orang yang jarang sekali mabuk-mabukan.

Never EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang