6

16.4K 540 42
                                    

Koko tak mengerti arah pembicaraan 2 orang dihadapannya ini, sebenarnya siapa dan apa yang mereka bicarakan, kenapa pula Zidan terus menatapnya khawatir sejak Kak Ferdan menanyakan perihal orang bernama Rezka.

"Kamu punya selingkuhan ya?!" Karna tak mengerti topik, Koko mengambil keputusan sendiri dan menuduh Zidan punya kekasih lain diluar sana. Zidan bungkam, bukan itu masalah saat ini, Zidan hanya takut kehadiran Rezka yang mengamati apartementnya pagi ini seperti kata Kak Ferdan itu punya maksud lain.

Sejak awal hubungan mereka memang selalu dipersulit keluarga Pratama, Zidan memikirkan kemungkinan yang akan dilakukan Rezka, hingga rasa khawatir dan takut kehilangan Koko kembali mengganggu fikirannya.

"Orang yang Kak Ferdan lihat itu adik ku, kamu tau kan bagaimana tabiat keluargaku, dan sifaf adik ku itu persis seperti Ayah. Kok kamu malah berfikir aku selingkuh sih? Jahat." Ucap Zidan merengut.

"Aku kira itu pacar kamu, selama ini kamu gak ada cerita tentang adik kamu sih." Ucap Koko membenarkan prasangkanya, "Kamu gak usah khawatirin aku, aku bisa jaga diri kok." Tambah Koko meyakinkan Zidan, ia tak suka ada kecemasan di wajah kekasihnya itu.

Zidan menautkan tangan kanannya dengan jemari tangan kiri Koko, mencium tangan kekasihnya lama. Kemesraan mereka membuat orang lain yang juga berada disitu mengharu biru melihatnya, karna kisah kasmarannya tak semanis itu.

Ferdan memilih menyeruput teh, ketika kenangannya bersama Rezka berputar bagai slide film dokumenter. Manis.

"Oh iya, sejak kapan kak Ferdan kenal dengan Rezka?" Pertanyaan yg tiba-tiba dilontarkan Koko, sempat membuat Ferdan tersedak. Zidan yang juga penasaran pun mengalihkan fokusnya pada calon kakak iparnya itu.

"Eum. Dulu Rezka itu kekasih ku." perkataan Ferdan mengejutkan dua manusia lainnya. 

"APA?!" Keduanya memberi reaksi yang sama, membuat Ferdan memutar bola mata jengah, "Tapi itu dulu, sudah menjadi masa lalu." Tambahnya.

~~oOo~~

Setelah mengantar Koko ke kampusnya, Zidan memutar haluan menuju kantor. Padahal arloji ditangannya menunjukan jam 08:30 dini hari, padahal jam kantor mulai sejak pukul 07:00 WIB, tak masalah tho itu kantornya dan jabatannya adalah boss.

Sepanjang perjalanan, Zidan tak habis fikir dengan masalah yang ternyata saling berkaitan dengan orang didekatnya. Rezka adiknya ternyata mantan kekasih Kak Ferdan, yang merupakan Kakaknya Koko. Jadi selama ini Adiknya itu gay?
Calon kakak iparnya juga gay?
Skertarisnya juga gay?

Harusnya Zidan tak heran lagi dengan keberadaan gay yang bersileweran di Jakarta, karna dirinya juga gay. Tapi kalau iya Rezka gay, lalu kenapa sekarang adiknya itu sekarang bersikap homophobic(?)...apa karna Ayah? Apa Ayah juga dalang dari putusnya hubungan Rezka dan Kak Ferdan?

Tak terasa Zidan kini telah sampai di basement mobil kantornya, ia memarkirkan mobilnya ditempat khusus yang disediakan. Berjalan pelan penuh wibawa seorang atasan kedalam kantor, setiap pegawai yang berpapasan memberi salam pagi yang hanya ditanggapi Zidan seadanya.

Sebelum masuk keruangannya, Zidan melihat sekilas ke meja skertarisnya dan ketika Jordan berdiri memberi salam reaksi Zidan malah memalingkan wajah kearah lain. Ketika Zidan hilang dibalik pintu, sebuah senyum mengejek terukir di sudut bibir Jordan.

'Merasa bersalah pada orang tercinta, eh'  ucap Jordan pelan seolah berbisik pada diri sendiri, tangannya bergerak mengambil dokument yang harus ditanda tangani Zidan, sengaja melakukan ini hanya untuk mengetes sejauh mana Zidan akan terus menghindarinya.

Kakinya bergerak santai, mengetuk pintu yang baru saja dilewati Zidan, setelah mendengar kata 'Masuk' yang diucapkan Zidan barulah Jordan membuka knop pintu.
Zidan mendongak sesaat dan detik berikutnya kembali menyibukkan diri.

"Ini dokument yang boss pinta tempo hari, tentang pendanaan dilapangan. Saya sudah merekap budget dan semuanya sesuai dengan pengeluaran di Bendahara perusahaan." Laporan panjang lebar yang disampaikan hanya di jawab gumaman oleh Zidan.

"Letakkan saja di meja, saya akan mempelajarinya lebih dulu." Ucapan mutlak Zidan yang tanpa melihat wajahnya membuat Jordan sedikit dongkol.
"Hm, kamu boleh keluar." Tambah Zidan setelah Jordan meletakkan dokument itu diatas mejanya.

Jordan melemparkan tatapan sengit kearah Zidan tanpa sepengetahuannya.

'Kita lihat saja nanti!' Sungut Jordan setelah kembali ke mejanya.

**~oOo~**

Matahari berada ditepat diatas ketika jam menunjukan jam 12:00 siang hari, cuaca panas dan sengatan terik mentari seakan bisa membakar kulit. Koko tengah berada di kantin kampus seorang diri, tangannya bergerak mengaduk minuman dingin yang tinggal setengah diminumnya, selama ini ia baru tau jika kakak sulungnya juga berorientasi menyimpang.

"Dor!!" Ucap Andhika yang tiba-tiba muncul seperti hantu, Koko yang asyik melamun jelas terkejut. Tangannya bergerak memukul bahu Andhika yang hampir saja membuatnya jantungan, reaksi Andhika tertawa melihat ekspresi terkejut Koko.

"Siang begini kok melamun, kesambet baru tau rasa. Kampus ini kan banyak hantunya." Beritahu Andhika, merasa haus dirinya langsung menyeruput minuman Koko yang tinggal setengah tanpa ijin lebih dulu.

Koko menatap kesal Andhika tanpa maksud jahat, merengut sebal sambil mencebikan bibirnya. "Aku tak takut hantu, orang raja hantunya juga ada di hadapanku."

Andhika mendelik saat mendengarnya, Koko memberi tatapan innocent.

"Kamu ini kenapa melamun? Ada masalah?" Tanya Andhika. Koko diam sebentar untuk menimbang haruskah ia menceritakan rasa terkejutnya tentang orientasi kakaknya pada Andhika. Tidak! Ini adalah privasi kakaknya. Lagi pula Andhika tak pernah bertemu Kak Ferdan, mereka tak mengenal satu sama lain.

"Tidak ada." Jawaban Koko membuat Andhika menaikan sebelah alisnya, tapi kembali bersikap biasa tak mau ambil pusing kalau  misal Koko tak ingin bercerita.

"Post tes matematika tadi, dari 10 soal aku hanya benar 6. Aduh, pasti di Remedial nih." keluh Andhika, Koko menepuk pundak Andhika menyabarkan. Andhika mendongak cepat, "kamu benar berapa?"

"Eum. 9." Jawab Koko, Andhika tak terkejut mendengarnya. Ia paham betul jika sahabatnya ini cerdas.

"Bantuin aku ngerjain remidial ya? Please." Mohon Andhika menelungkupkan kedua tangannya, Koko membuat gerakan memikir seakan berat mengatakan 'ya', membuat Andhika was-was.

"Baiklah." Jawaban Koko membuat Andhika mengelus dada tenang.

"Kamu memang sobat terbaik." Puji Andhika, "Pantas Zidan klepek-klepek." Ucapan Andhika tentang Zidan membuat Koko kembali mengingat janjinya malam ini selepas pulang kuliah, sebab setelah ini kampusnya libur 3 hari. Dan selama libur itu Koko sudah berjanji melayani Zidan sepuasnya.

Rona merah tercetak jelas membayangkan pergumulannya dengan Zidan nanti, perasaan bahagia itu muncul dan perutnya tergelitik geli seolah banyak ribuan kupu-kupu yang keluar dari perutnya.

Andhika menepuk pundak Koko, membuat Koko keluar dari zona liarnya.

"Pasti lagi mikir kotor, sampai celananya menggelembung gitu, ini masih dikampus lho, pulang ngampus baru deh puas-puasin manja ama Zidan." Ingat Andhika, Koko meringis malu.

Koko melirik arlojinya, "waktu cepatlah berlalu, aku rindu Zidan ku." do'anya dalam hati.

Bersambung~

Never EnoughTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang