PL Part 1

357 23 0
                                    

Pada pagi hari, Son pun tiba di pulau yang dituju. Dia merasakan hembusan angin yang sangat kencang. Angin laut.

Menyadari tempat tinggalnya dikepung oleh lautan lepas. Ketakutannya muncul. Menguasai seluruh tubuhnya.

Tak ada lagi tempat sembunyi di pulau itu. Son harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya harus melawan rasa takutnya.

"Son! Bantu nenek merapikan rumah! Ayo!" teriak nenek dari kejauhan.

Lamunan Son terhadap laut seketika terhapus. "Iya! Aku datang!"

Tak lama setelah mereka bersih-bersih, ayah Son menghampirinya "Nak, ini janji Ayah ke kamu." Ayah Son memberikannya sebuah jam tangan hitam anti air dan dilengkapi kamera dengan kualitas gambar yang bagus. Jam tangan berwarna hitam bulat dengan desain yang keren. "Dan ini hadiah khusus dari Ayah untuk kamu karena kamu mau tinggal di sini bersama Ayah." Ayah Son memberikannya baju kaos berwarna putih polos.

"Kaos putih polos?" Son merentangkan baju kaos tersebut. "Apa bagusnya?"

"Kualitas bahannya bagus. Coba saja dipakai. Tidak akan tembus pandang."

"Terima kasih, Ayah." jawabnya ketus.

Ayah Son tersenyum bahagia mengetahui sifat sombong dari anaknya mulai menghilang.

"Dan ini untuk Mama." Ayah Son memberikan mamanya sebuah selimut yang tebal dan hangat.

"Terima kasih, Nak."

"Besok, kita akan berkenalan dengan warga sekitar, jadi jangan ada yang bangun kesiangan ya." Ayah Son menatap Son penuh makna.

"Iya, aku tahu."

Tak lama setelah Son membantu membersihkan rumah, dia merasa lelah. "Nek, aku pergi sebentar."

"Kemana?"

"Aku ingin mengelilingi pulau kecil ini. Tenang saja, tidak akan lama."

"Jangan jauh-jauh. Jangan lama-lama. Jangan melakukan hal yang aneh-aneh karena di sini kita pendatang baru. Senja, kamu harus sudah ada di rumah."

"Iya." Son pun berlari ke tepi pantai sambil menggunakan jam tangan dan baju barunya.

Melihat lautan, rasa takut itu datang lagi. "Ayo Son, hentikan semua ini. Sudah cukup ketakutan ini membuatmu menjadi seorang pengecut." ucap Son pada dirinya sendiri. Tapi dia belum bisa melawan rasa takut itu. Segera Son mengalihkan pandangannya pada jalan yang akan dia tempuh untuk mengelilingi pulau tersebut. Tepi pantai.

Son mulai berjalan mengelilingi pulau tersebut sambil menghitung waktu yang ditempuhnya.

Hanya butuh waktu 3 jam dia pun sampai ke garis awal. Son kemudian berlari kembali ke rumah.

Tak sengaja ketika dia berlari, kaki kirinya tersandung kaki kanannya sehingga dia terjatuh sampai terguling di pasir pantai. Dia pun melirik ke kiri dan ke kanan berharap tidak ada orang yang melihat aksi konyolnya.

Syukurlah tidak ada orang pada saat itu. Son pun dengan tenang kembali ke rumah untuk mengambil kotak P3K dan kembali ke pantai untuk mengobati lukanya.

Son memilih untuk mengobati lukanya di pantai karena dia tidak ingin mendengar kecerewetan neneknya.

Setelah selesai mengobati lukanya, Son yang duduk di tepi pantai, memandang lepas ke arah lautan. Dia heran dengan pulau yang saat ini ditempatinya. Pulau kecil yang dikelilingi lautan biru. Lautan yang menyimpan sejuta misteri. Suatu hal yang menyeramkan dan berbahaya.

Rasa takutnya tiba-tiba muncul lagi. Sontak dia menutup matanya dan menggeleng-gelengkan kepalanya seraya berkata pada diri sendiri "Tidak, tidak! Hal seperti itu tidak akan terjadi selagi aku tidak menyentuh air laut itu. Iya, tidak akan terjadi."

Panggilan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang