PL Part 4

140 11 0
                                    

Baru seminggu Son dan neneknya tinggal di pulau itu namun Son sudah mulai merasa bosan. Dia bingung ingin melakukan kegiatan apa. Akhirnya Son memutuskan untuk pergi ke pantai. Mencoba menghilangkan rasa takutnya karena itulah tujuan utamanya tinggal di sana.

Sesampainya di pantai, Son berdiri menghadap ke laut lalu memejamkan matanya. Dengan mata tertutup, Son mulai berjalan lurus ke depan. Tapi ketika dia merasa air laut semakin mendekat, dia tidak sanggup menahan rasa takutnya lagi. Pengalaman buruknya datang membayangi pikirannya. Membuatnya langsung membuka matanya.

Son menyesali apa yang baru saja dia lakukan, tak bisa melawan rasa takutnya dan akhirnya membuka matanya. Padahal sekitar 20 cm lagi kakinya akan menyentuh air.

Son menggaruk-garuk kepalanya lalu menutupi wajahnya selama beberapa detik. Kemudian dia menendang pasir pantai yang ada di sebelah kanannya sambil meneriakkan penyesalannya.

"Mungkin belum waktunya. Iya,  belum waktunya." Son meyakinkan dirinya untuk bisa bersabar lebih lama.

Son pun berjalan kembali ke rumah. Tapi ketika dia baru berjalan beberapa langkah, Son mendengar ada suara orang yang meminta tolong kepadanya. Dia pun segera mencari sumber suara tersebut.

Ternyata, yang meminta tolong itu adalah putri duyung yang Son temukan seminggu yang lalu.

Tanpa pikir panjang, Son langsung menghampiri putri duyung yang berada di laut itu.

"Ka-kamu bisa bicara?" Son melanjutkan "Tidak. Aku tidak ingin lagi menolongmu karena jika aku menolongmu, pasti aku akan dihubungkan dengan ketakutanku lagi."

"Lalu, kenapa sekarang kamu mau menghampiriku meski kakimu tersentuh air, sumber ketakutanmu?"

Son baru sadar kalau saat itu kakinya terendam air laut. Seketika itu rasa gelenyar menjalar dari kaki naik ke seluruh bagian tubuhnya.

Segera Son ingin meninggalkan laut tapi saat itu juga putri duyung itu langsung menariknya masuk ke dalam air. Menariknya ke tengah laut.

Son tak percaya bahwa saat ini tubuhnya terendam air laut. Seluruh tubuhnya.

Sudah lama Son tidak berenang,  dia pun merasakan kaki kanannya keram. Dia juga tak bisa menahan napasnya dengan baik. Tak mau mati dengan cara seperti itu, Son terus menggertak putri duyung yang memegang tangan kanannya dengan memukuli tangan putri duyung tersebut. Tapi itu percuma, pukulannya pasti tidak akan terasa di dalam air. Dia pun mencoba cara lain. Sebelum kaki kirinya ikut keram, dia menggunakannya untuk memukul ekor putri duyung itu. Tapi cara itu juga tidak berhasil. Tekanan air membuat semua gerakannya menjadi lambat.

Tak mau menyerah, Son membulatkan badannya. Kedua kakinya mengapit tangan putri duyung yang memegangnya. Dia pun berusaha menarik tangannya yang dipegang putri duyung itu dengan tangan satunya. Posisi seperti itu, membuatnya lebih bertenaga untuk menarik tangannya. Tapi cara itu juga tidak berhasil.

Napas Son hampir habis. Dia tidak sanggup lagi berpikir. Dia pun melakukan cara yang terakhir dengan menggigit tangan putri duyung itu. Son menggigitnya sangat kencang. Putri duyung itu kesakitan dan akhirnya melepaskan pegangannya terhadap Son. Segera Son berenang ke permukaan. Mengayuh sekuat tenaga karena salah satu kakinya tidak bisa digunakan untuk berenang karena keram. Di samping itu, dia Mengayuh sekuat tenaga agar bisa menjauh dari putri duyung itu. Hatinya sangat berharap agar putri duyung itu tidak mengejarnya. Tapi ketika dia menengok ke belakang. Kenyataannya tidak sesuai dengan harapannya.  Putri duyung itu mengejarnya.

Jantungnya pun ikut berpacu seiring kayuhan tangannya. Terus berenang ke permukaan. Dan putri duyung itu semakin dekat.

Son pun muncul di permukaan air dan menarik napas dalam-dalam lalu terbatuk-batuk. Tiba-tiba putri duyung itu juga muncul ke permukaan air tepat di hadapkannya. Son pun terkejut bukan main.

"KAMU INGIN MEMBUNUHKU!" rasa marah dan takut bercampur menjadi satu.

Putri duyung itu menggelem-gelengkan kepalanya.

"Sebenarnya apa maumu?" Son melanjutkan "Menjauhlah dari hadapanku.  Jangan pernah muncul lagi di depanku." Son pun mulai berenang menjauh tapi putri duyung itu menahannya pergi. Dia kembali memegang tangannya Son.

"Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu. Sesuatu yang menyangkut nyawa banyak makhluk."

"Kenapa harus aku? Minta tolong pada yang lain saja."

"Karena aku percaya padamu."

Sejenak Son memikirkan hal itu. "Aku akan melihat hal yang ingin kamu tunjukkan padaku dulu baru setelah itu aku bisa memberitahumu apakah aku bisa menolongmu atau tidak."

Putri duyung itu menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis.

"Tapi sebelum kita masuk ke dalam air lagi aku ingin bertanya satu hal lagi padamu." Son melanjutkan "Kamu tidak ingin membunuhku, benarkan? Berarti kamu akan melindungiku selama di dalam air."

Putri duyung itu menganggukkan kepalanya.

"Berarti ketika kita sudah berada di dalam air, tariklah aku dan berenanglah secepat mungkin. Tapi selama beberapa menit munculah ke permukaan air karena aku tidak sama denganmu. Aku membutuhkan udara untuk bernapas. Dan jangan bawa aku sangat jauh dari pantai. Mengerti?" Son menjelaskan.

Putri duyung itu kembali menganggukkan kepalanya. Son pun mengambil napas dalam-dalam dan mulai menyelam ke dalam air bersama putri duyung itu.

Sesampainya di tempat yang di tuju, Son melihat ada beberapa bom yang bentuknya seperti torpedo tapi bukan torpedo. Bom itu terletak di dasar laut dan tersebar di beberapa bagian. Ukurannya sebesar tabung oksigen yang berwarna biru. Setelah melihat semua itu, Son dan putri duyung tersebut berenang ke permukaan.

"Siapa yang melakukan semua itu?" tanya Son.

"Orang yang tinggal di pulau yang saat ini kamu tempati. Jumlah mereka ada empat orang. Semuanya laki-laki." jawab putri duyung itu.

"Paman Joni dan teman-temannya?" Son menanyakannya pada putri duyung itu sekaligus pada dirinya sendiri. "Bisakah kita sekarang kembali ke pantai? Kita membicarakannya di sana saja. Saat ini kedua kakiku sudah terasa keram dan aku tak bisa lagi menahan rasa takut ini."

"Tenang. Aku memegangmu." putri duyung itu menunjukkan tangannya yang pada saat itu memegang tangan Son. Entah perasaan apa yang Son rasakan pada saat itu, yang jelas, dia hanya bisa tersenyum. Putri duyung itu kemudian berenang sambil menarik Son kembali ke pantai.

Selama menuju pantai, Son merentangkan salah satu tangannya untuk merasakan sebuah keajaiban.  Merasakan air laut membasahi dan menyentuh seluruh tubuhnya. Merasakan rasa takutnya selama ini perlahan hilang.

Panggilan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang