PL Part 2

195 17 3
                                    

Son mencoba menyentuhkan jari-jari kakinya ke air laut. Tapi saat itu juga dia menariknya kembali.

"Tidak."

Son pun memutuskan untuk merelakan bajunya dan pulang ke rumah dengan rasa jengkel yang masih menyelimuti dirinya.

Sesampainya di rumah, nenek Son yang cerewet mulai menanyakan beberapa pertanyaan padanya.

"Son,  dari mana saja kamu? Kemana bajumu? Bukankah kamu tadi memakai baju?"

"Jangan bilang kamu membuangnya. Belajarlah untuk menghargai apa yang diberikan ayahmu. Jarang-jarang dia memberikanmu sesuatu. "

"Ayo, katakan. Kemana bajunya?"

"Kalau nenek nanya dijawab!"

Rasa jengkel yang ada dalam diri Son semakin bertambah karena kecerewetan neneknya.

"Aku berlari mengelilingi pulau lalu terjatuh dan kembali ke rumah untuk mengambil kotak P3K. Aku tidak ingin nenek sampai tahu kalau aku terluka karena jika nenek tahu pasti nenek akan menasihatiku dengan seribu bahasa. Jadi,  aku memutuskan untuk mengobati lukaku di pantai. Setelah itu aku kembali berjalan menyusui pantai dan WAW apa yang aku temukan? Putri duyung.  Ya, putri duyung yang terjepit di sela-sela bebatuan. Putri duyung yang cantik tapi sangat menyebalkan. Membuatku bertingkah konyol dan seperti orang gila. Aku menanyainya banyak pertanyaan padahal aku tahu dia tidak akan menjawabku. Aku ingin menolongnya keluar dari sela-sela bebatuan tapi sebelumnya aku memeriksa giginya dulu untuk memastikan dia tidak punya taring seperti drakula. Setelah itu aku mengobatinya. Tapi saat itu tak sengaja aku merobekkan sehelai daun yang menjadi penutup tubuhnya. Ya,  bajunya. Jadi aku memutuskan untuk meminjamkan bajuku. Lalu aku mengeluarkannya dari sela-sela bebatuan dan membawanya kembali ke laut.  Nenek tahu bagaimana rasanya aku melawan rasa takutku? Benar-benar mengerikan. Membuatku berteriak-teriak seperti orang gila. Setelah itu, aku baru sadar kalau dia telah pergi menghilang dan membawa bajuku. Padahal sebelumnya aku sudah bilang bahwa aku hanya meminjamkannya sebentar. Tapi semuanya sudah terlambat. Dia sudah pergi membawa bajuku. Puas!?" Napas Son ngos-ngosan setelah bicara panjang lebar tanpa jeda.

"Waw,  cerita apa itu tadi?"

"Aku serius, Nek! Putri duyung itu yang sudah mengambil bajuku." Son berusaha meyakinkan neneknya.

"Jangan-jangan yang kamu temui itu...  penghuni pulau ini!"

"Bukan,  Nek. Dia tinggalnya di laut." sahut Son "Sudahlah,  lupakan! Nenek tidak akan pernah bisa mengerti."

Tiba-tiba ayah Son menghampiri mereka dan menanyakan hal yang sama dengan neneknya. Son tidak ingin menjawabnya. Sudah cukup rasa jengkel yang dia dapat hari ini. Akhirnya nenek Sonlah yang menjelaskan pada ayahnya Son. Nenek Son menjelaskan kalau Son memberikan bajunya pada salah seorang penduduk yang bergaya seperti putri duyung di pantai. Mendengar penjelasan neneknya, Son ternganga dan dahinya mengernyit seolah tak menyangka. Apa yang dijelaskan neneknya barusan, tidak nyambung sama sekali dengan apa yang dia jelaskan pada neneknya.

"Ayah tidak tahu apa alasannya jadi kamu memberikan baju yang ayah berikan kepada orang yang bergaya seperti 'putri duyung itu' yang jelas ayah tidak akan marah." ayah Son melanjutkan "Harinya sudah senja.  Sana cepat mandi karena setelah senja kita tidak punya penerangan selain dari lentera."

"Apa!?  Tidak ada listrik?" matanya terbelalak. "Hari-hari yang menyenangkan... " Ironinya terdengar jelas dari nada suaranya. Son pun segera pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya.

Selama di kamar mandi, Son terus mengingat penjelasan yang diberikan neneknya pada ayahnya. Hal itu membuat Son terus tertawa. Sampai suatu hal terlintas dipikirannya.

Son teringat saat dia sedang mengangkat putri duyung itu dengan kedua tangannya. Mengingat hal itu perasaannya campur aduk. Perasaan aneh,  bahagia, bangga, sombong, dan takut menjadi satu. Perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.

Panggilan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang