PL Part 9

90 11 0
                                    

Keesokan paginya, Son sudah siap mengamati gerak-gerik Paman Joni dan teman-temannya dari kejauhan. Kebetulan sekali saat itu Paman Uno dan salah satu temannya membawa bom yang akan di letakkan di dasar laut. Son memanfaatkan saat-saat itu untuk difoto. Dia menggunakan kamera di jam tangannya untuk memfoto Paman Uno yang sedang mengangkat bom rakitan mereka ke perahu. Setelah mereka pergi naik perahu, Son berencana untuk bertamu kembali ke rumah Paman Joni di mana saat itu hanya ada Paman Joni dan Paman Gugun.

"Hei... son. Apa yang membuatmu datang kemari Pagi-pagi begini?" sambut Paman Joni saat membuka pintu.

"Aku sedang bertengkar dengan ayahku. Entah kenapa rasanya aku ingin ke sini."

"Ayo,  masuk. Mungkin kamu bisa menceritakan apa masalahnya." Paman Joni mempersilakan Son untuk duduk di sofa. Son pun duduk di paling pojok sofa dekat pintu kamar ke 3.

"Ada Son." ucap Paman Gugun saat keluar dari kamar ke 3. Dia pun duduk di samping Paman Joni yang duduk di sebelah Son.

"Ceritakan apa masalahnya mungkin Paman bisa membantu."

"Aku mengotori selimut Nenek. Tapi aku sudah bertanggung jawab untuk mencucikannya. Aku sudah berusaha membersihkan kotoran yang menempel di selimut itu tapi kotoran itu tidak hilang-hilang juga. Akhirnya kubiarkan begitu saja. Nenek marah dan mengadu pada ayahku karena selimut itu baru seminggu yang lalu ayahku berikan padanya." Son berpura-pura menunjukkan ekspresi kesalnya.

"Itu hal yang wajar. Tidak perlu diambil hati, Son." ucap Paman Joni.

"Ngomong-ngomong, kenapa hari ini penampilanmu terlihat berbeda? Terlihat lebih tampan dan keren." ucap Paman Gugun.

"Tidak, kok! Aku memang selalu begini, tampan dan keren. Juga cerdas."

"Benarkah?" Paman Gugun terlihat meragukannya sekaligus menggodanya.

"Iya. Aku punya daya ingat yang kuat."

Tiba-tiba terdengar bunyi telepon berdering.

"Bukankah di sini tidak ada sinyal?" Son mulai memancing pertanyaan yang mungkin bisa memberikannya bukti.

"Itu walky-talky. Aku akan mengangkatnya dulu." ucap Paman Joni sambil berjalan menuju sumber suara.

"Bagaimana bisa kalian memiliki walky-talky?"

"Itu diberikan pemasok ikan agar kami lebih mudah berkomunikasi dengannya. Oh iya, kamu mau minum apa? Teh es?"

"Boleh."

"Tunggu di sini ya." Paman Gugun berjalan ke dapur.

Saat itu juga, Son langsung mengaktifkan kamera video yang ada di jam tangannya. Sambil berjalan ke arah dapur, Son lalu melemparkan jam tangan itu ke dekat kamar ke 2. Di mana di kamar itu Paman Joni sedang menjawab panggilan dari seseorang melalui walky-talky. Jam tangan itu berhenti tepat di dekat pintu kamar. Suara jam tangan yang dilemparkannya itu tidak akan terdengar karena jam tangan itu dilemparkan bersamaan dengan langkah kaki Paman Gugun.

Saat dia melewati kamar itu, dia mendengar Paman Joni berkata dengan suara yang hampir tidak kedengaran "Bom pusat perbelanjaan yang ada di kota Liang besok pagi pukul 9. Dimengerti."

Son begitu kaget. Segera dia mempercepat langkahnya menuju dapur. Dalam benaknya dia berkata "Astaga! Aku telah masuk ke dalam lubang teroris."

"Hei, Son, ada apa?" Paman Gugun menepuk bahu Son sambil menyodorkan teh es.

"A-aku baru ingat kalau aku sedang batuk jadi aku Minta air putih saja." Son tertawa kecil.

"Batuk?" tanya Paman Gugun.

Panggilan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang