Selesai Bukan Berarti Berakhir

192 14 11
                                    

"Son, semua barangmu sudah dikemaskan?" tanya nenek Son yang sedang mengangkat kardus berisi peralatan memasak.

Son mengangguk. Dia segera menghampiri neneknya dan membantu membawakan kardus tersebut.

"Cucu nenek sudah ganteng, cerdas, keren, baik hati, kuat, suka menolong lagi. Cocok jadi pahlawan." nenek memujinya sambil memasang wajah terpesona.

Son merasa geli melihat tingkah neneknya. Tapi di samping itu, dia juga merasa terharu. Dia pun segera meletakkan kardus tersebut dan memeluk neneknya. "Nenek, aku sayang padamu."

Nenek Son tersenyum dan membalas pelukan Son dengan erat.

Tiba-tiba ayah Son menghampiri mereka "Mama dan Son kena angin apa? Tumben bisa akrab begini? Biasanya seperti kucing dan tikus."

"Sini, Nak, kita berpelukan."

Ayah Son pun ikut berpelukan. Suasana saat itu sangatlah hangat. Suasana keluarga yang jarang mereka dapatkan.

"Sekarang, ayo kita pamitan dulu pada penduduk sekitar." ucap Ayah Son.

Mereka pun berpamitan dengan penduduk sekitar.

Setelah berpamitan, mereka kembali ke rumah dan bersantai-santai menunggu kapalnya datang. Tapi ada suatu hal yang mengganjal hati Son saat itu.

"Ayah, berapa jam lagi kapalnya akan datang?"

"Mungkin satu atau dua jam lagi."

Son langsung beranjak dari tempat duduknya dan berlari keluar rumah sambil berkata "Aku tidak akan lama!"

###

Ternyata Son pergi ke pantai. Di sana, dia terus memanggil nama Lira meski dia tahu bahwa saat itu Lira sudah pergi.

Sejenak Son duduk di tepi pantai sambil melihat gelang yang dibuatannya untuk Lira. Gelang dari lilitan kawat.

Tiba-tiba dari kejauhan Lira muncul di permukaan air dan melambaikan tangannya ke arah Son. Tanpa pikir panjang Son langsung berlari ke arah laut. Dia tidak peduli, meski pakaiannya yang keren harus basah.

"Aku pikir kamu sudah pergi." ucap Son.

"Aku akan pergi jika kamu juga pergi. Bersama walau beda tujuan." sahut Lira.

"Aku punya sesuatu buat kamu. Ini buatan aku sendiri." Son memasankan gelang buatannya.

"Apa ini? Ini terasa dingin."

"Itu gelang dari kawat. Kamu bisa melepasnya dan merangkainya jadi bentuk apapun sesuka hatimu. Misalnya begini." Son mencontohkan bagaimana cara membengkok dan membentuk kawat itu menjadi gelang. "Kawat ini juga bisa kamu gunakan untuk hal lainnya seperti untuk menarik sesuatu. Tapi kamu harus hati-hati  dengan ujungnya karena ujung kawat ini bisa melukaimu."

"Terima kasih, Son." Lira melanjutkan "Aku harap ini hadiah dari seorang teman."

Son kemudian menekuk tangan kanannya membentuk sudut sembilan puluh derajat ke arah Lira. Lira pun melakukan hal yang sama dengan Son lalu menyilangkannya ke tangan Son.

"TEMAN." ucap Son dan Lira serempak.

###

Perpisahan yang harus mereka hadapi, kini menghadiahkan mereka sebuah hubungan pertemanan. Walaupun jarak memisahkan mereka, pertemanan di antara mereka tidak akan pernah pudar. Entah takdir akan mempertemukan mereka kembali ataupun tidak. Yang jelas,  kenangan dan petualangan yang pernah mereka lewati bersama akan selalu tersimpan dalam hati dan memori mereka yang terdalam.

###


*Terima kasih bagi kalian yang sudah membaca cerita ini sampai selesai.

*Maaf bila ada kesalahan kata, kalimat, ataupun ketidaksesuaian dengan kaidah bahasa karena di sini aku juga masih belajar.

*Maka dari itu, tolong kritik dan sarannya.

*Jangan lupa votenya juga ya.

*Dan satu lagi, PL ini bakalan punya sekuel keduanya yg berjudul Son and Ridiculous Trip, dibaca, dan divoment ya. Yang pasti lebih seru & menarik.

16 Desember 2016


Salam     


     
N. T       

Panggilan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang