PL Part 6

128 12 2
                                    

"Nek, aku pergi ke pantai. Selimut nenek aku pinjam dulu." Son melipat selimut neneknya menjadi bagian yang lebih kecil.

"Itu selimut untuk tidur, Son. Buat apa dibawa ke pantai?" Nenek Son menghampirinya.

"Um...  buat tiduran.  Iya.  Sebagai alas tidur.  Aku ingin tiduran di pantai." Son tertawa kecil, menertawakan alasannya yang tidak masuk akal.

"Tidak boleh!" Nenek Son merebut selimutnya dari tangan Son.

Lalu Son merebutnya kembali dan langsung berlari keluar rumah sambil berkata "Nanti bila kotor aku yang akan mencucinya. Aku pergi dulu, Nek."

Nenek Son menapak dahinya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

###

"Apa kamu sudah menunggu lama?" tanya Son dengan napas ngos-ngosan. "Tutuplah ekormu dengan ini, selimut nenekku.  Aku meminjamnya jadi kamu tidak boleh membawanya seperti bajuku. Dan ini baju untukmu." Son memberikan Lira baju kaos berlengan pendek berwarna biru dengan gambar ombak di bagian depannya.

Son kemudian mengajarinya bagaimana cara melepas dan memakai baju. "Ingat! Masukkan baju itu dari atas. Lalu keluarkan kepalamu di lubang yang ada di tengah.  Terakhir keluarkan kedua tanganmu di lubang yang ada di bagian sisi seperti ini. Mengerti?" Son memperagakannya untuk yang terakhir kali. "Aku akan berbalik. Jadi, cepatlah menggantinya."

Son pun membelakangi Lira yang sedang mengganti bajunya. Tak lama menunggu, Lira berkata "Seperti ini?" Son langsung berbalik.

Son tertawa terbahak-bahak. Tak tahan menahan rasa lucu, dia pun berguling-guling di pasir pantai. Dia terus tertawa sambil menunjuk Lira.

Ternyata Lira salah memakaikan bajunya. Kepalanya masuk ke lubang yang seharusnya dimasuki tangan kanannya dan tangan kirinya memasuki lubang yang seharusnya dimasuki kepala.

Tak lama setelah gelak tawanya mulai mereda, Son membantu Lira untuk mengeluarkan kepalanya dari lubang baju yang cukup sempit. Dia menariknya sekuat tenaga membuat Lira merasa tercekik.

Ekspresi yang dimunculkan Lira pada saat itu membuat Son tidak konsentrasi saat menarik bajunya. Hal itu membuat Son kembali menertawakannya. Sampai akhirnya baju itu bisa terlepas dan pada saat itu juga Son langsung menutup matanya. Segera dia menjauh beberapa langkah dan menunggu untuk beberapa waktu. Akhirnya Lira  bisa memakaikan baju itu dengan benar di tubuhnya dan mereka pun kembali berbicara.

"Oh iya, sebelum kita menghilangkan rasa takutku, kamu janji mengajariku bagaimana cara kalian menajamkan ingatankan?" Son mengambil posisi duduk di sebelah kiri Lira.

"Setiap kami membuka mata dari tidur yang begitu singkat, kami menghitung satu hari itu sebagai satu kali siang dan satu kali malam. Kami sudah memulai kebiasaan itu sejak lahir."

"Ka-kalian sudah bisa berpikir sejak pertama kali terlahir ke dunia ini? Waw!" Son terkagum-kagum.

"Tidak. Kami mulai belajar mengingat seperti itu sejak umur kami 720 kali siang dan 720 kali malam. Sekarang umurku sudah 5195 kali siang dan 5194 kali malam karena pada saat itu aku teralahir pada siang hari."

"Tunggu... " Son mencoba menghitungnya "Itu berarti umurmu sekitar 14 tahun 4 bulan. Ya ampun, kamu tahu, kamu telah memperumit diri sendiri." Son menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Tapi cara seperti ini membuat kami menjadi seseorang yang teliti. Di samping itu, kesabaran kami juga diuji dan ingatan kami semakin kuat."

Panggilan LautTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang