06^ Let's start

3.7K 393 28
                                    

Seminggu sejak hukuman memunguti daun kering dengan sumpit juga perkenalan singkat Joy dengan Yook Sung Jae mereka lebih sering terlihat bersama. Meski Sung Jae lah yang sering menghampiri Joy.

Sering juga Sung Jae mendapat bentakan ataupun pukulan yang tak pantas dibilang dari seorang siswi menengah atas.

Kim Taehyung? Hmm, jangan kira dia tak menggoda atau menjahili Joy belakangan ini.

Entah mengapa ketika ada Taehyung, Joy merasa nyaman juga jantungnya tak bisa berdetak normal. Hal itu sangat berlainan jika dia didekat Sung Jae. Entahlah, Joy juga tidak mempermasalahkan hal itu.

Jam menunjuk pukul 12.30 yang artinya waktu makan siang untuk seluruh siswa semua angkatan. Joy dan Naeyon berjajar rapi dibelakang siswa lain yang pastinya mereka sadang mengantri untuk mendapat jatah makan siang.

"Aduh Nae. Aku tidak tahan lagi," rengek Joy sembari menghentakkan kakinya kesal. "Lapar sekali ya Tuhan."

Naeyon geleng kepala melihat kelakuan sahabat satu satunya ini bertingkah layaknya anak berusia lima tahun yang merengek minta dibelikan lolipop. "Sabar Joy. Apa kau tidak tau kalau aku juga sangat lapar hingga ingin memakanmu saja? Hm?"

"Nih," Joy menyodorkan leher jenjangnya ke Naeyon. "Minum dulu darahku lalu aku akan menghabiskan darahmu."

"Dasar gila!" sungut Naeyon langsung menonyor kepala Joy agar menjauh darinya.

Naeyon mengedarkan pandangan keseluruh penjuru kantin dan terkejut mendapati seorang yang berjalan kearahnya. Dia menepuk pundak Joy dengan tak berperasaan.

"Joy joy joy.... "

"Isssh.. apaan sih Nae? Aku-" Joy memutar badan dan mengikuti arah pandang Naeyon. "Kim Taehyung?" lanjutnya kemudian.

"Tidak biasanya dia ke kantin saat makan siang. Biasanya dia ke kantin khusus kelas dua."

"Aku juga tidak tau Nae kenapa dia ada disini. Mungkin ingin tebar pesona."

"Bilang saja kalau kau sudah terpesona olehnya kan kan kan?" Naeyon terus menoel noel pipi Joy. Hingga membuat Joy mencebik kearahnya dan berjalan meninggalkannya.

"Nih. Bawa saja nampannya. Aku sudah kenyanf," ucap Joy sebelum keluar dari kantin dia menitipkan nampan khusus tempat makan ke Naeyon.

"Yaa Joy jangan marah. Aku hanya bercanda."

Joy tak menggubris panggilan Naeyon yang semakin keras itu. Dia terus berjalan menjauh dari kantin kalau bisa. Sebelum benar benar keluar dari kantin, pandangannya bertubrukan dangan mata Taehyung membuat Joy diam seketika lalu melanjutkan langkahnya.

"Aishh.. sialan Naeyon terus saja membulliku seakan akan aku jatuh dalam pesona Taehyung. Cih najis. Jangan sampai aku jatuh ke situ," cecar Joy selama berjalan melewati koridor kelas yang ramai dengan lalu lalang siswa yang kelaparan.

"Apa sebegitu takutnya jatuh ke pesona Kim Taehyung?" ucap seorang siswa dari belakang membuat Joy menghentikan langkah dan melihat siapa siswa itu.

"Sung Jahe. Sialan kau!" umpatnya lalu melanjutkan jalannya lagi.

Sung Jae menyusul Joy dan berjalan beriringan dengannya.

"Maaf, aku tidak bermaksud mengangetkanmu nona cantik."

"Aku berasa ingin muntah."

"Kalau begitu muntahkan saja disini... aaa," Sung Jae membuka mulutnya lebar bermaksud agar muntahan gadis disebelahnya masuk ke sana. Hmmm, najis memang.

"Terserah kau Jahe. Aku tidak mood untuk berdebat dengan mu."

"Sudah aku bilang berapa kali nona muda Park Soo Young? Namaku Sung Jae bukan JAHE. Paham?"

Joy tertawa kecil mendengar umpatan pemuda disebelahnya itu lalu sesegera mungkin memasang muka datarnya lagi.

"Hmm kalau begitu lebih baik kau pergi sana dari pada aku terus memanggilmu Jahe."

"Tidak akan."

Joy geleng kepala. Selalu jika ada Sung Jae entah kenapa mood Joy menjadi meningkat. Ya setidaknya tidak seburuk beberapa menit yang lalu. Perasaan nyaman yang Joy rasakan tidaklah lebih seperti perasaan seorang adik pada kakaknya.

Tapi, bukankah perasaan seseorang bisa berubah seiring berjalannya waktu?

Seseorang tidak tau kapan perasaan suka, nyaman, sayang atau malah cinta pada orang lain mulai masuk ke dalam hatinya. Yang dapat orang itu tau adalah jika orang lain itu telah pergi dari hidupnya baru ia akan sadar dan menyesal karenatelah menyiakan kesempatan yang Tuhan berikan selama ia masih bisa didekatnya.

Tiba tiba Joy merasa sakit di perutnya. Gadis itu berhenti berjalan dan Sung Jae baru sadar kalau Joy tertinggal beberapa langkah dibelakangnya langsung berlari kerah Joy yang sedang menyandar di dinding kelas dengan tangan meremas perutnya.

Sung Jae kelabakan mendengar rintihan Joy. "Joy, apa yang terjadi, eoh? Perutmu sakit? Apa kau punya maag?"

Joy mengangguk pelan ia tak kuat lagi menahan sakit diperutnya itu. Rasa mual mulai ia rasakan. Kakinya lemas seperti jeli membuat Joy terhuyung ke lantai namun dengan sigap Sung Jae menahannya lalu menggendong Joy ala bridal style menuju ruang klinik sekolah.

Tanpa mereka sadari sepasang mata menatap mereka penuh amarah. Tangannya mengepal hingga buku buku tangannya memutih dan berlalu.

°°°°°°°°°°°°°

Di kantin, Neayon baru saja duduk dimeja dan meletakkan nampan yang sudah penuh dengan jatah makan siangnya. Sesendok penuh nasi baru saja mau masuk kedalam mulut namun dia tersadar akan suatu hal.

"Astaga. Joy kan punya maag bagaimana bisa aku lupa? Aish sial bodoh sekali aku membiarkannya pergi begitu saja tadi."

Naeyon segera berlari menuju kelasnya. Jatah makan siangnya? Sudah ia berikan ke Sung Yeol, siswa yang makannya lebih dari siswa normal. Sudah, itu tidak penting.

Sesampainya dikelas hanya bangku kosong yang ada. Naeyon bingung kemana ia harus mencari sahabatnya itu. Dia sangat khawatir bila maag Joy kambuh.

"Kemana sih kau Park Soo Young?"

Naeyon terus berlari mencari Joy keseluruh tempat yang mungkin Joy akan datang kesana. Namun nihil. Joy tidak ada dimana mana.

"Ah! Ke klinik. Ya ke klinik sekolah. Kenapa aku bodoh sekali baru menyadari sekarang?"

Naeyon berlari menuju klinik sekolah yang letaknya jauh dari tempatnya berada sekarang, yaitu di taman belakang sementara klinik ada di lantai tiga tepatnya di gedung yang beda dengan gedung kelasnya.

Jangan kira kalau sekolah ini cuma ada tangganya saja. Apa kalian lupa kalau ada lift khusus siswa disekolah ini? Aku harap sih tidak ya.. hehe.. oke, ini memang nggak jelas.

°°°°°°°°°°°°°

Sung Jae membaringkan Joy di salah satu bangkar dan melepas sepatu Joy lalu menyelimutinya. Langkahnya menuju meja Jang ssaem, penjaga klinik. Setelah mengatakan kondisi Joy kepada penjaga itu Sung Jae melangkah keluar setelah menangkap siluet seseorang dari jendela kaca klinik membuat kedua ujung bibirnya terangkat.

'Ini baru permulaan' batinnya.

Heartbeat and History [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang