17^ Senja

1.6K 225 9
                                    

Sejak pulang sekolah sore tadi gadis itu mengurung diri di kamar. Merebahkan tubuhnya di kasur dan menyalakan musik dari ponsel pintarnya. Jam menunjuk pukul lima lewat dua puluh. Meski mata Joy terpejam namun pikirannya melayang ke kejadian siang tadi. Entah mengapa ia merasa sesuatu mengganjal dihatinya.

Pikirannya kembali merancau kesederet kejadian hari hari belakangan ini. Dari pertemuannya dengan Irene, pengakuan maaf Tifanny di cafe itu, dan perbincangannya dengan Taehyung yang berujung ke retakan hubungan mereka.

Ia teringat akan suatu hal. Cepat cepat Joy mengambil ponselnya lalu mematikan aplikasi pemutar musik. Ia menyentuh aplikasi chat berwarna hijau.

Line

Tiffaany
Kalau kamu ingin bertanya sesuatu tentang Taehyung dan SungJae. Kamu bisa tanya ke aku Joy. Akan aku jawab apa yang aku tahu tentang mereka dulu. Sekali lagi aku maafkan aku Joy. Semoga kita bisa menjadi teman..
Read 13.12

Joy memang membaca chat itu beberapa hari yang lalu. Bertepatan dengan pengakuan maaf Tifanny. Dalam hati ia bertanya apa hubungan yang terjadi antara, Taehyung, Sung Jae dan yang paling menjangkalkan adalah adanya Tifanny diantara keduanya.

Tanpa ambil pusing lagi Joy mengetikkan pertanyaan yang ada diotaknya saat ini.

SooJoy
Tifanny, bolehkah aku bertanya sesuatu? Tentang hubungan kalian bertiga yang kau bilang waktu itu?
Read 17.20

Tiffaany
Joy. Akhirnya kau mau chat aku juga. Silahkan Joy. Akan aku jawab apa yang pantas aku jawab
Read 17.24

SooJoy
Bisa kau ceritakan masa lalu kalian sebelum aku mengenal kalian?
Read 17.26

Tiffaany
Tidak semuanya bisa aku ceritakan disini Joy. Untuk itu kita perlu bertatap langsung
Read 17.27

SooJoy
Ceritakan apa yang bisa kamu ceritakan sekarang Fanny. Aku mohon
Read 17.30

Tiffaany
Baiklah. Akan aku mulai dari....

»»»»skip the next day morning at school««««

Sudah tiga hari berlalu sejak retaknya hubungan Joy dan Taehyung. Tidak ada yang berusaha saling minta maaf, meminta penjelasan bahkan sekedar menyapa saat berpapasan. Mereka layaknya orang yang tak saling kenal. Setiap Joy berpapasan dengan Taehyung mata mereka bertemu beberapa detik namun sejurus kemudian keduanya saling buang muka. Menganggap tidak ada.

Bagaimana perasaan kalian saat orang yang kalian suka justru menjauh saat kita ingin meminta penjelasan?

Apa yang harusnya dilakukan?

Itu yang dirasakan Joy dan Taehyung. Keduanya menginginkan suatu penjelasan. Cukup dengan satu kalimat mampu membuat hati keduanya menjadi tenang. Cukup dengan sekali bertatap muka, saling bicara, membiarkan penjelasan itu keluar dengan sendirinya saja sudah membuat hati tenang.

Tak perlu kata kata panjang dan bahasa yang murahan. Cukup satu kalimat yang berarti dan penuh makna.

Lagi dan lagi kini keduanya saling berdekatan. Mereka berjalan berlawanan arah. Seketika Taehyung tidak bisa menahan perasaannya lagi. Ia menarik tangan Joy hingga membuat gadis itu hampir tersungkur jika Joy tidak bisa menyeimbangkan langkahnya.

"Lepaskan Tae."

Percuma saja Joy merengek minta dilepaskan. Genggaman Taehyung kali ini sangat kuat ia seakan akam tidak ingin kehilangan kesempatan untuk mengajak gadis dibelakangnya bicara. Taehyung membawa Joy ke parkiran.

"Masuk!" seketika Joy menegang mendengar ucapan Taehyung yang begitu dingin dan perintah itu mutlak untuk dituruti.

"Tidak akan. Ini belum waktunya pulang. Aku tid-"

"Joy," Taehyung menatap Joy lekat. "Masuk atau aku akan memaksamu."

Joy menghembuskan napas panjang. Ia takut saat Taehung yang biasa bersikap manis padanya berubah menjadi dingin dan kejam seperti ini. Joy masuk ke dalam mobil Taehyung.

Tanpa ia duga, penjaga gerbang sekolah malah membukakan gerbang itu untuk Taehyung. Ia harus memberi tahu papanya kalau seperti ini bisa bisa banyak murid konglomerat yang berbuat seenaknya disekolah papanya ini. Namun sekarang bukan waktu yang tepat untuk membahas itu.

Selama perjalanan tidak ada yang bicara. Suara radio pun tidak. Sunyi. Sepi. Senyap. Taehyung fokus pada jalan di depannya. Sedang Joy ia mengatur degup jantunnya sampai sampai rok seragam ia remas saking takutnya dengan namja yang kalap mengendarai mobil sport ini. Ya, Taehyung melajukan mobil dengan kecepatan lebih dari 250km/jam. Jalanan memang lenggang tapi tetap saja butuh kehati hatian. Ini jalan raya bukan arena balap.

Mereka tiba di pantai yang sepi. Hanya suara ombak dan angin yang menemani. Burung pun enggan sekedar lewat diatas keduanya. Mereka berada di jembatan yang menghubungkan pulau utama dengan pulau kecil buatan dengan jarak sekitar 10 meter.

Joy menatap deburan ombak dengan rambut mulai berantakan akibat angin pantai siang ini. Walaupun jam menunjuk pukul sebelas suasana pantai tidaklah panas. Terik panas matahari tertutup gumpalan awan hitam.

"Park Soo Young."

Joy menghadap sumber suara. Taehyung juga menatap pantai didepannya. Lalu memutar badan menjadi bersandar di pegangan jembatan itu. Ia balas menatap Joy lekat. Mencari dimana letak manik matanya begitu pula Joy. Atmosfer keduanya berubah menjadi sesak dan penuh ketegangan.

"Aku minta maaf untuk waktu itu. Apa yang kau bilang memang benar. Aku memang tidak tahu apa apa tentang mu Joy. Tapi kau harus tahu satu hal kalau aku..."

"Aku?"

"Aku sungguh mencintaimu Joy. Aku tidak ingin melihat air mata itu. Cukup siang itu saja aku melihatnya. Aku tidak tahu apa yang kamu sembunyikan dari ku yang jelas aku akan menunggu mu memberitahuku sendiri tentang-"

"Kanker hati."

"Ap-apa?" seketika jantung Taehyung menciut siap untuk menculas dari tempatnya.

Ia tidak pernah mengira apa yang ada dipikirannya selama ini benar. Sejak melihat tetesan darah Joy di novel yang ia baca, Taehyung terus berspekulasi mengenai apa yang disembunyikan Joy darinya. Ia tak mengira bahwa salah satu spekulasinya benar. Joy mengidap penyakit serius. Dan itu kanker hati.

"Aku mengidap kanker hati Taehyung."

"Kau tidak sedang bercanda kan, Joy?"

Joy menggeleng.

"Sejak aku berusia sembilan tahun. Waktu itu aku pernah koma dan satu bulan kemudian aku baru sadar. Sejak saat itu mama bilang kalau kanker itu sudah sembuh. Tapi seminggu yang lalu ia datang lagi. Tidak ada yang tahu tentang ini Taehyung. Bahkan papaku pun..." air mata Joy mulai tupah dari kelopak matanya. "Papa masih menganggap kalau aku sudah sembuh dari kanker itu. Aku diam diam ke rumah sakit untuk cek apa yang ada dipikiranku tidak lah benar. Tapi nyatanya hasil pemeriksaan itu mengatakan aku positif kanker hati stadium awal. Bisa sembuh kalau ada pendonor yang berbaik hat-"

"Cukup Joy. Jangan teruskan kalau kau tidak sanggup."

Potong Tahyung. Ia menarik Joy, merengkuhnya dalam pelukannya. Joy menangis didalam pelukan itu. Tanpa ada yang tahu Taehyung meneteskan air mata tepat dikepala Joy. Mereka menangis di temani sang mentari yang sudah mulai lelah di ujung barat sana menyisakan semburat merah dilangit yang sangat apik dipadukan dengan birunya laut.

Heartbeat and History [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang