Di antara pohon dan semak - semak ini aku menari - nari,
Kuucap doa selepas kukelelahan,
Lalu kusandarkan tubuh mungilku pada batang pohon yang menjuntai ke atas itu,
Apa salahnya bernostalgia, pikirku
Kau ingat pada kemarau panjang yang menimpa kota itu dulu,
Kini telah berganti musim dingin yang bahkan lebih ekstrem lagi,
Kau ingat pada Tsunami yang menggenang kota itu hingga lulah lantah tak berdaya,
Sekarang ia kembali ditampar oleh asiknya bumi yang menghentakkan kakinya,
Siapa yang patut disalahkan atas kejadian ini dan itu,
Sayangnya tak ada yang harus disalahkan,
Mungkin saja bumi sedang ingin berbincang sebentar tanpa maksud menyinggung kami,
Atau ia ingin menggertak kita supaya berhenti mengotori, menodai, mencemari, menyakitinya lagi.
Setahun atau dua tahun, itulah waktu kalian bertaubat,
Lalu, setelahnya kalian lupa diri hingga hingar bingar lagi,
Kalian kembali menjadi liar,
Seolah lupa dulu pernah ditakut - takuti si Bumi.
Bodoh,
Untung kalian tak hidup di Negeri Matahari,
Andai kalian hidup di sana, sudahlah mati kalian sejak kemarin malam,
Dibuat panas, dibuat kering tubuh mungil kalian hingga mengkerut,
Lalu jadi abu.
Oh, sudah 2 jam rupanya aku tertidur pulas sambil bermimpi,
Pohon ini sungguh mengajakku bermimpi tentang banyak hal,
Mungkin dalam mimpinya ia sedang berbicara dan berbagi cerita denganku,
Ya, mungkin saja.
Kisah Dari Si Pohon,
Aul, 18 Dec 2016.
*pict from google
KAMU SEDANG MEMBACA
Puisi - Sekedar Rangkaian Kata
PoesíaDi waktu - waktu tertentu sering aku memikirkan hal, entah itu berhubungan dengan cinta atau perihal semesta, semuanya entah sengaja ada atau tidak, tiba - tiba saja pikiranku ini ingin menuliskannya. Rangkaian kata ini hanyalah kumpulan kata yang k...