AKHIRNYA, DIA MILIKKU

11K 1.9K 179
                                    

Tak terbayangkan sebelumnya, pria yang sekarang tidur di samping gue ini Ali, suami gue! Sumpah! Demi apa? Dia sekarang jadi suami gue? SIM berjalan menuju ke surga bersamanya sudah ada. Yaitu buku nikah kami.

Gue tersenyum melihatnya tidur tengkurap, wajahnya lucu, raut lelahnya terlihat, tapi juga wajahnya unyuk gimana gitu. Biarpun baru beberapa minggu menikah, tapi gue masih seperti belum bisa percaya, kalau Ali sekarang sudah jadi suami gue. Berasa kayak mimpi!

Kayaknya harus digertak dulu, baru dia bertindak. Kita sudah mulai mengawali aktivitas seperti biasa. Dia pagi sudah berangkat kerja, Sabtu dan Minggu kuliah. Hampir tak memiliki waktu buat berduaan, selain malam hari. Dia juga sedang sibuk belajar untuk tes semester, kasihan kalau melihatnya pulang kerja, malam langsung belajar.

Hari sudah semakin siang, matahari juga mulai naik. Gue masih setia memperhatikan lekuk wajah tampan suami berondong. Hidungnya mancung, rahangnya kukuh, bibirnya merah, bulu matanya lentik, alisnya tebal, ya Allah, apa benar ini suami gue?

Tubuhnya bergerak, cepat-cepat gue memejamkan mata, meringkuk, pura-pura masih tidur. Gue merasakan kecupan hangat di kening. Gue menahan senyum dan masih pura-pura tidur, tak bergerak sama sekali. Gue merasakan tubuhnya beranjak dari ranjang, ada rasa tak rela di hati gue. Kan gue masih pengin dimanja dan disayang-sayang.

"Hallo, Kak Nina. Ada apa telepon?"

Gue mendengar dia sedang menelepon Nina. Ada apa, ya? Bikin kepo!

"Oh, soal itu. Iya, meeting jam sembilan di perusahaan Sejahtera. Kenapa?"

Kerja lagi! Ditinggal lagi! Huh! Kadang gue punya suami berasa dianggurin. Awal menikah saja dia banyak meluangkan waktu, setelah semakin banyak hari, dia sibuk dengan dunianya sendiri. Kesel!

"Oke, ini gue langsung siap-siap. Sampai ketemu di kantor."

Gue mendengar pintu kamar mandi terbuka, langsung saja gue membuka mata dan memukul-mukul kasur, dongkol. Gue dengan kasar membuka bed cover, lantas turun dari ranjang dan membuka gorden. Setelah membereskan tempat tidur, gue membuka pintu ke balkon. Keluar dan bersandar di besi pembatas, melihat pemandangan komplek yang cukup ramai jika pagi hari. Ada ibu-ibu yang ngerumpi sambil mengerubungi tukang sayur, ada tetangga yang lagi cuci mobil, ada juga ibu-ibu ngajarin anaknya berjalan, berbagai macam deh kegiatan mereka.

Sejuknya udara pagi ini, huuuuummmm ... gue hirup dalam-dalam udara yang masih bersih, sambil memejamkan mata. Sejenak melupakan rasa dongkol karena sikap Ali yang berubah setelah menikah. Mana Ali yang romantis dan selalu ada waktu buat gue? Huh! Gombal! Janji palsu! Bener kata orang-orang, kalau lagi awal pacaran atau menikah, manisnya yang keluar, setelah berlalu, biasa saja tuh!

"Ay," panggilnya dari dalam. Gue pura-pura tidak mendengar.

Gue masih marah sama dia!

"Ay, lo di mana sih?" panggilnya lagi. Gue enggak menyahut.

Tiba-tiba ada sepasang tangan melingkar di perut gue. Kecupan manis di pipi gue, dia menyandarkan dagunya di bahu.

"Masuk yuk!" ajaknya sedikit berbisik.

Bodoh amat! Gue enggak kepancing! Mood gue berantakan pagi ini.

"Masuk aja sendiri!" sungut gue cuek sambil memperhatikan bapak-bapak yang sedang bersiul pada burungnya.

Burung beneran loh! Bukan burung yang itu!

"Kenapa sih? Kok galak banget? Pagi-pagi bukannya ngasih senyum suaminya, ini malah cemberut," rayunya mencolek dagu gue.

I LOVE YOU, KAK (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang