PERSELISIHAN SILIH BERGANTI

17.4K 2.2K 349
                                    

Satu tahun sudah berlalu, gue dan Kaily menjalani hubungan ini. Tak mudah buat kami menyatukan jalan pikiran, pasti ada saja yang tidak setuju dan berujung pada perdebatan. Tapi, untungnya, kami sama-sama menyadari dan mencari solusi.

Kali ini, Kaily pengin cepet-cepet menikah. Sedangkan gue, masih disibukkan dengan banyaknya pekerjaan kantor dan masih kuliah juga. Kepala gue selalu pusing dan penat. Kenapa sekarang keadaannya malah terbalik begini sih? Dulu gue yang selalu mengejar dia, pengin mengajaknya menikah, giliran dianya sudah mau, gue yang belum siap.

Gue sedang sibuk menatap layar monitor, sembari memijat pelipis yang terasa pening. Kepala gue sangat berat, memikirkan pekerjaan, belum lagi kuliah, masih ditambah kebawelannya Kaily. Duuuuuh, rasanya mau pecah nih kepala gue! Benar kata orang-orang, jatuh cinta itu memang mudah, tapi mempertahankannya yang sulit.

"Li!"

Suara pintu terbuka, Kaily masuk ke ruangan gue. Waaaah, siap-siap nih! Akan ada apalagi ini? Gue menegakkan tubuh, dia duduk di depan meja kerja gue. Wajahnya serius dan bibirnya manyun. Face duck-nya bikin gemes.

"Kenapa? Kok cemberut?" tanya gue mendekatinya.

Gue berdiri di depan dia, menyandarkan bokong di tepi meja. Dia masih terus memanyunkan bibir, sepertinya suasana hatinya sedang tidak baik.

"Li, kita harus bicara serius," ujarnya menatap gue.

Gue bisa menebak, pasti tak jauh dari pembahasan beberapa hari belakangan ini. Sumpah, gue jadi males kalau sudah membahas itu.

"Ya," sahut gue lemas.

Dia menegakkan duduknya, menengadahkan wajah, menatap gue serius.

"Jadi bagaimana? Kita mau nikah atau cuma mau pacaran aja?" tanya dia membuat gue sulit menjawab.

Gue menghela napas dalam dan menegakkan tubuh. Benar, kan, ini lagi yang dia ingin bahas. Apa kurang cukup jelas alasan gue waktu itu?

"Kenapa sih, masih bahas itu lagi? Kan, kemarin sudah kita bahas. Sabar, tunggu sebentar, setidaknya sampai gue sudah semester akhir," papar gue kesal, lalu memalingkan tubuh ke depan kaca besar, menatap lurus keluar.

Gue menghindari tatapan matanya yang sendu. Kalau lihat matanya, gue pasti akan luluh dan bisa-bisa hancur semua, apa yang sudah menjadi rencana masa depan gue. Perusahaan ini sudah semakin berkembang dan kami juga mendapat marketing yang bagus. Gue bersikap dingin, tak acuh, memasukkan kedua tangan di saku celana, menatap keluar.

"Kalau tujuan lo cuma mau pacaran sama gue, lebih baik sudahi saja hubungan ini. Cukup, Li, kalau lo cuma mau main-main sama gue. Kita harus sudahi permainan ini, sampai di sini! Gue udah berumur, Li. Gue sudah waktunya berumah tangga," ucapnya pelan, tapi semakin membuat emosi gue naik.

Gue memutar tubuh menghadapnya, dengan jarak kami sekitar setengah meter. "Lo selalu saja ngomong begitu! Enggak pernah menghargai usaha gue selama ini! Selalu saja mengatakan 'Sudahi hubungan ini!' senjata lo, cuma itu!" bentak gue dengan nada tinggi, yang pasti ini sudah bikin dia tersinggung.

Gue menatapnya, dia langsung berdiri membalas tatapan gue tajam. Air matanya menggantung, wajahnya memerah, seakan menahan marah. Kedua tangannya mengepal dan rahangnya mengeras.

"Oke, gue enggak mau lagi membuang waktu cuma buat menunggu lo! Lo pikir gue cuma mau mengancam dengan kata-kata itu! Iya!" sergahnya membalas bentakan gue. "Gue minta, lo jangan deketin gue lagi! Jangan pernah mengharap lebih dari gue lagi! Lo urus masa depan lo sendiri! Kita sudahi semuanya sampai di sini! Lupakan semua rencana kita dan gue enggak akan lagi tagih janji lo! Gue nyesel nerima lo!" sergahnya penuh amarah, sambil menunjuk-nunjuk dada gue. Air matanya berlinang, membasahi pipinya.

I LOVE YOU, KAK (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang