KEJUTAN UNTUK ALI

10.7K 1.7K 105
                                    

Gue sudah menyiapkan semua ini untuk dia. Dari kemarin, semua keluarga sudah gue kasih tahu, jangan ada yang mengucapkan selamat ulang tahun buat Ali. Termasuk orang tuanya dan Nina. Untung mereka ikut membantu gue menyiapkan kejutan ini. Raja bertugas mengajak Ali bermain dan sengaja gue suruh dia pulang agak malam, biar kami memiliki banyak waktu menyiapkan kejutan ini.

"Sudah sampai di mana mereka?" tanya Nina yang sudah tidak sabar lalu meniup balon.

"Sudah masuk kota kata Raja tadi," jawab gue menyiapkan kuenya.

Tanpa sepengetahuan Ali, gue dan Raja sebenarnya selalu berkomunikasi. Sempat tadi gue telepon dia, katanya mau menjemput pulang bekerja, mungkin karena keasyikan main, jadi kelupaan, tapi justru bersyukur buat gue. Kalau seandainya dia jadi jemput, bubar semua acara yang sudah gue siapkan ini.

"Sabar, Nina," sela Tante Liza ikut membantu gue mendekorasi kamar Ali.

Saat ini kami sedang menunggu kedatangan Ali di kamarnya. Gue libatkan Mama sama Papa dalam acara ini. Biar makin seru kejutannya. Sepulang dari kantor, gue sama Nina langsung menghias kamar Ali dengan berbagai balon bertuliskan ucapan selamat ulang tahun yang ditempelkan di dinding dan taburan kelopak mawar merah di tempat tidur. Sengaja seprai yang tadinya bergambar Barcelona, gue ganti dengan seprai silver. Tepat di tengah-tengah seprainya, gue sablon foto kami berdua. Jadi, tempat tidurnya bergambar gue sama Ali.

Di lantai pun sengaja gue sebar beberapa balon yang kami tiup manual, sampai pipi kami pegal, bibir gue jadi korban karena balon meletus saat ditiup tadi. Pokoknya, kamar ini jadi indah dan beraroma bunga segar.

"Itu suara mobilnya!" pekik Om Bramantiyo yang sudah pasti mengenali suara mobil anaknya.

Tito segera matikan lampu, hingga suasana di dalam kamar sekarang gelap gulita. Kami semua bersiap di depan pintu, jarak pintu dan tempat kami berdiri saat ini hanya beberapa sentimeter, gue siap memegangi kuenya. Sumpah, gue jadi deg-degan, tegang, sampai berkeringat, enggak sabar lihat ekspresi dia nanti. Semoga Ali suka sama kejutan ini. Bismillah!

Gue mendengar langkah mendekati pintu, itu pasti Ali dan Raja. Suara itu semakin mendekat, jantung gue berdetak cepat. Eh, tunggu, kenapa gue jadi tahan napas, ya? Gue gugup. Pintu kamar terbuka dan dia langsung menyalakan lampunya hingga kamar menjadi terang benderang.

"Kejutaaaaaaan!" pekik kami semua yang sudah menantikannya sejak tadi.

Ali sangat terkejut hingga mulutnya terbuka dan tangannya memegangi dada. Gue tersenyum mendekatinya, Tito menyalakan lilin. Lagu selamat ulang tahun pun berkumandang, diiringi tepuk tangan yang meriah.

"Lo, siapin ini semua, Ay?" tanya Ali setelah tersadar dari keterkejutannya.

Gue hanya tersenyum dan mengarahkan kuenya agar dia meniup lilin. Setelah dia memejamkan mata dan berdoa, lantas dia meniupnya. Teriakan bahagia mewarnai malam yang hangat ini. Di penghujung hari ulang tahunnya, gue dan keluarga bisa memberikan kejutan yang tak pernah dia sangka.

"Potong kuenya dong, Li," ujar Nina memberikan pisau kue kepada Ali.

Gue mengangguk, mempersilakan Ali untuk memotong kuenya.

"Aaa!" Nina memekik saat gue tiba-tiba menjatuhkan kue ulang tahun.

"Ily? Kamu kenapa?" tanya Mama langsung mendekat dan mengelus kepala gue. Kenapa tubuh gue menegang dan pikiran gue langsung menerawang ke Ali?

Entah mengapa dada gue langsung terasa sesak dan perasaan menjadi tak tenang. Gue terlalu bersemangat menyambut kedatangan Ali, sampai-sampai gue mengkhayal Ali dan Raja sudah datang.

Gue tersadar, ternyata lampu kamar masih padam dan Tito baru saja menyalakan lampunya. Gue mengedarkan pandangan di kamar ini, bingung dan sumpah perasaan gue menjadi enggak tenang.

I LOVE YOU, KAK (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang