LETIH UNTUKMU

10.9K 1.8K 155
                                    

Sudah lama rencana Papa untuk memindah perusahaan yang tadinya berbadan usaha CV (Comanditaire Venotschap) / Persekutuan Komanditer agar menjadi berbadan usaha PT (Perseroan Terbatas). Niat kami memindah badan usaha CV menjadi PT, antara lain, agar dapat mengikuti tender, menggaet investor dan lainnya.

Awalnya sih, Papa memilih badan usaha CV karena biaya lebih murah, proses lebih cepat dan persyaratannya lebih sederhana. Namun, setelah usaha semakin berkembang, barulah dia memiliki niat untuk berbadan usaha PT. Sedikit rumit prosesnya dan juga lama, selama gue masih SMA sudah membantu Papa mengenai hal ini. Sudah sejak satu tahun lebih gue berusaha sebaik mungkin untuk memajukan usaha ini.

Gila! Gue kadang mikir, temen-temen seusia gue masih seneng main, gue sudah dipusingkan dengan pekerjaan dan bisnis. Itu cuma gara-gara satu orang, yaitu Kaily! Gue rela melepaskan masa muda gue untuk dia. Gue dedikasikan masa muda gue untuk perusahaan Papa.

"Li, besok pengumuman keputusan tender. Lo sudah siap?" tanya Kak Nina saat kami sedang duduk di ruang kerja gue.

"Iya, sudah," jawab gue lemas.

"Lumayan nilai kontraknya besar. Lima belas milyar loh, Li. Lo harus serius presentasinya," ujar Kak Nina bisanya cuma ngoceh, tapi pada akhirnya, gue juga yang ngurusi.

Gue mengangguk lemas, cape, ngantuk, letih, dan kesehatan gue kurang prima. Gara-gara semalam bergadang bikin anak, ditambah gue masih harus menyelesaikan pekerjaan kampus.

"Kenapa sih lo?"

"Lemes, ngantuk gue, Kak. Cape!" keluh gue meletakkan kepala di meja.

"Makanya, kalau pulang kerja itu langsung tidur. Lembur mulu sih, kecape, kan?" cibirnya malah menertawakan gue.

"Ya, mau bagaimana lagi? Kaily sudah ngotot pengin punya anak. Gara-gara lo nih!" ujar gue kembali menegakkan tubuh dan bersandar di kursi busa yang empuk dan nyaman.

"Kok gue yang disalahin sih?"

"Ya-iyalah lo! Gara-gara pengin cepet punya bayi kayak lo, gue harus kerja keras. Tenaga gue dipesar habis-habisan. Pagi kerja meras otak, malam tenaga diperas istri di ranjang. Waktunya libur, masih kuliah," keluh gue, Kak Nina malah tertawa terbahak-bahak.

"Tapi, kan, kalau di ranjang, lo bisa meras nenen, enakan kerja di ranjang apa di kantor?" ujar Kak Nina menggoda sambil mengerling.

"Sialan lo, Kak! Udah, ah, sono! Balik ke rumah. Kasihan si kecil butuh ASI," usir gue sengaja mengalihkan pembahasan kami.

Kak Nina kalau sudah menggoda, kadang suka lupa ngerem mulutnya. Sejak gue menikah sama Kaily, pembahasan kami tak jauh dari kegiatan ranjang. Sialan, punya kakak kok nyinyir bibirnya.

"Ya udah, gue mau pulang dulu. Semoga sukses deh, berhasil usaha malamnya." Kak Nina berdiri dari tempat duduk dan tertawa keras keluar dari ruang kerja gue.

Kak Nina sekarang membantu di kantor sekadarnya. Sejak dia melahirkan, dia datang ke kantor, kalau lagi diperlukan. Kalau enggak, ya kembali jadi ibu rumah tangga, mengurus si kecil.

Kepala gue benar-benar sakit dan tubuh gue letih. Astaga, benar-benar harus pintar membagi waktu gue sekarang. Tapi gue dapat sedikit tersenyum lega karena usaha dan kerja keras gue sama Papa dan Kak Nina membuahkan hasil. Akhirnya perusahaan kami sekarang berbadan usaha PT, melalui proses yang panjang dan lama serta rumit.

Alhamdulillah, gue bersyukur banget. Dulu proses itu sempat terkendala karena gue amnesia, pada akhirnya gue bisa ingat dan resmi ikut mengelola usaha ini. Sungguh satu tahun lebih adalah proses yang melelahkan. Bayangkan saja, untuk memindahkan badan usaha dari CV ke PT itu, memakan waktu yang lama dan dana yang tidak sedikit.

I LOVE YOU, KAK (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang