BERTANYA PADA KENYATAAN

11K 1.8K 86
                                    

"Apa benar, kita mau menikah?"

Gue sengaja menanyakan hal itu kepadanya, tapi dia malah bengong dan berkeringat.

"Lo kata siapa?" tanya dia gelagapan dan tampak bingung.

Gue jadi ragu, apa benar dia pacar gue? Kalau dilihat dari segi usia sih, enggak mungkin banget. Secara, dia lebih tua dari gue. Apakah yang dikatakan Vina itu benar? Kalau kami dulu menjalin hubungan spesial? Katanya, dulu itu, gue pacar dia, saat kami masih sekolah. Ini sangat membingungkan buat gue. Ada dua pilihan wanita. Tapi gue sama sekali tak mengenali mereka. Siapa yang sebenarnya pacar gue? Ily atau Vina? Kalau Vina, mungkin gue masih percaya karena usia kami sejajar, tapi kalau Ily, mustahil. Mana mungkin gue punya pacar usianya lebih tua dari gue?

"Kata Kak Nina," jawab gue.

Memang semalam, saat dia mengajari gue mengoperasikan handphone, Kak Nina bercerita banyak hal tentang Ily dan masa lalu kami. Katanya, gue dulu selalu mengejar-ngejar Ily, saking teropsesinya, gue sampai rela melakukan apa pun demi membuktikan cinta gue ke dia. Apa itu benar?

Tapi, yang gue bingungkan sekarang, kenapa saat bersama Vina, gue enggak memiliki perasaan apa pun, getaran dalam dada gue, enggak ada sama sekali, berbeda saat bersama Ily. Kalau bersama dia, perasaan gue tenang dan debaran jantung pun berjalan tak normal saat kami saling pandang, apalagi kalau sampai bersentuhan, jantung gue berdetak cepat, tak terkendali.

"Sudahlah, jangan dibahas," elaknya mengalihkan pembicaraan. "Sudah makan belum?" tanya dia turun dari tempat tidur dan menyibukkan diri, merapikan pisau dan buah yang tadi Vina kupaskan buat gue.

"Sudah tadi," jawab gue masih memperhatikannya.

Dia membuang kulit apel di tempat sampah, lantas mengumpulkan gelas kotor yang ada di kamar ini dan menyatukan ke baki yang tadi pagi dibawa ART untuk membawakan sarapan.

"Sebentar, ya, gue bawa ini ke dapur. Lo mau gue bawakan makan siang sekalian?" tawar dia sudah membawa bakinya dan siap untuk keluar.

"Enggak usah, nanti sajalah, makan di bawah, sekalian sama Mama Papa," tolak gue, masih duduk santai di tempat tidur sembari menyelonjorkan kaki.

Dia tersenyum, lalu pergi dari kamar. Setelah kepergiannya, gue melamun, bertanya pada diri sendiri, apa yang dulu gue perbuat? Kenapa sampai ada dua wanita yang mengaku menjadi pacar gue? Apa gue selingkuh? Atau salah satu di antara mereka ada yang memanfaatkan situasi gue saat ini? Entahlah, gue pusing kalau terus berpikir. Daripada gue bingung memikirkan hal itu, lebih baik sekarang gue lihat isi laptop ini.

Gue mencari-cari, tapi bingung, bagaimana cara menggunakan benda ini? Bodoh sekali gue sekarang, buktinya dulu gue bisa menggunakan benda ini, tapi kenapa sekarang tidak bisa? Gue otak-atik sendiri, asal pencet dan asal buka. Banyak daftar grafik dan proposal proyek di sini, apa gue dulu kerja sampingan di kantor Papa? Gue terus mengotak-atik lagi, dan gue menemukan beberapa foto. Gue melihat satu per satu foto-foto ini, gambar teman-teman sekolah gue, ada Vina juga.

Setiap foto keluarga, kenapa selalu ada Ily? Gue semakin penasaran, terus dan terus gue membuka satu per satu foto-foto ini, pada akhirnya, gue menemukan banyak sekali koleksi foto kami saat bersama. Dari acara resmi hingga foto sehari-hari. Agresif juga gue dulu, ya? Berani mendekatkan wajah dengannya, apa cara pacaran gue sama dia dulu sehat? Kenapa jadi berpikir yang tidak-tidak sih?

"Li?" Ily masuk ke kamar membawakan segelas jus.

Gue langsung menutup laptop, agar dia tidak melihat yang sedang gue perhatikan. Hanya dengan satu cara untuk membuktikan, jika dia benar mencintai gue dan kami ada hubungan lebih dari sekedar teman.

I LOVE YOU, KAK (KOMPLIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang