(A Percy Jackson and Narnia Crossover)
"Putra laut dan putri bijak kan arungi ruang dan waktu,
Menuju masa lalu dimana perang terjadi
Dua darah yang sama kan bertemu,
Membantu mereka yang terpilih menuju kejayaan"
Percy dan Annabeth akan mengarungi...
"Kalian bisa datang ke rumahku. Istriku pasti sedang memasak di rumah" ajak Briever.
"Sungguh?" tanya Lucy.
"Tentu saja. Ayo"
"Annabeth" panggil Percy.
Annabeth menoleh. "Ada apa?"
"Aku punya firasat buruk soal ini" kata Percy sembari terus berjalan. Dilingkarkan tangannya ke pinggang Annabeth.
"Kau tahu, seaweed brain? Aku merasakannya juga"
Percy terdiam sejenak. "Entahlah, tapi perasaanku benar-benar tidak enak"
"Mungkin karena faktor tempat asing? Meski ada mitologi Romawi juga, namun tetap saja. It isn't our world"
Percy mengangkat kedua bahunya. "Yeah, maybe"
Saat Annabeth hendak menimpali, Briever mendadak berhenti. Percy dan Annabeth langsung menatap awas ke depan.
"Apa ada musuh?" tanya Percy. Digenggamnya erat pena Riptide dalam saku celananya.
Briever tertawa. "Sepertinya kewaspadaanmu tinggi sekali. Tidak, kita sudah sampai di rumahku. Lihat"
Percy menyipitkan mata. Benar saja, di kejauhan terlihat sebuah rumah kecil khas rumah buatan berang-berang. Terdengar suara dari dalam rumah.
"Mr. Briever! Apa itu kau?!"
~#~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jadi, kalian belum pernah menengar soal ramalan itu?" tanya Briever--oke, agar lebih jelas, Mr. Briever saja--selagi Mrs. Briever menyajikan makanan.
"Ayolah, kau ini selalu aneh. Mereka kan baru di sini" kata Mrs. Briever sarkastis.
"Ramalan.." gumam Annabeth. "Tentang apa?"
Mr. Briever menatap mereka bergantian. "Akan ada empat orang manusia yang akan berkuasa di Narnia. Itu singkatnya"
"Empat?" keempat Pevensie saling bertukar pandang.
"Ya, maka dari itu kalian harus menemui Aslan dan merebut tahta Narnia dari tangan Jadis"
"Tapi, kami berenam" kata Susan.
"Mereka berdua" Mr. Briever menoleh pada Percy dan Annabeth. "Punya ramalan dan misi tersendiri. Bukankah begitu?"
Percy bertukar pandang dengan Annabeth. "Mm.. Yeah.."
Peter menatap mereka berdua bergantian. "Ramalan apa? Dan, siapa kalian sebenarnya? Kalian dari mana? Kenapa aku tidak ingat?"
Percy mendengus. Terima kasih, kabut yang lemah mengelabui manusia. Terima kasih juga, para dewa yang mengirim mereka. Oh, dan para Moirae, yang merajut takdir mereka hingga serumit ini.
"Kami.." Annabeth menggenggam erat tangan Percy. "Kalian akan tahu pada waktunya"
Percy mengembuskan napas lega. Dalam hati ia bersumpah akan memberi persembahan pada Athena setelah misi karena kejeniusannya yang diturunkan pada Annabeth.
"Kali ini kita benar-benar harus pergi dari sini" kata Susan.
"Kau benar. Ini bukan dunia kita" Peter berdiri dan menoleh ke tempat Edmund berada. "Ayo, Ed" kemudian, ia baru menyadari kalau Edmund tak lagi duduk di sana. "Ed?"
~#~
"Kita harus meminta bantuan dari Aslan. Segera" kata Percy.
"Dan kita harus bergegas sebelum serigala-serigala itu menemukan kita" Annabeth mempertegas.
"Pengkhianat kecil itu.." geram Peter. Matanya berkilat-kilat marah.
"Sudah, lupakan. Ayo lewat sini"
Mr. Briever menggiring mereka ke sebuah ruangan tersembunyi, setelah sebelumnya mengunci pintu utama.
"Kami sempat membuat jalan pintas--lewat sini" Mr. Briever menyalakan obor. Sinar api menerangi lorong yang gelap.
Mereka terus berjalan, hingga menemui jalan buntu. Lorong tersebut tertutup. Kemudian terdengar suara derap langkah cepat.
"They're in tunnel" gumam Lucy panik. Mr. dan Mrs. Briever bergegas menggali dinding tanah tersebut hingga berlubang.
"Kalian duluan, aku akan menahan mereka" kata Percy.
"Tapi--"
"Tidak, pergi dulu. Aku akan menyusul" Peter, Susan, Lucy, dan kedua Briever mengangguk lalu bergegas masuk ke dalam lorong tersebut.
"Kau juga, wise girl. You don't bring your weapon, right?" Percy membuka tutup Riptide. Perunggu langit di bilahnya bersinar redup.
"Tidak. Aku tetap di sini"
Percy mengangguk. Ia berkonsentrasi, dan air membanjir. Air bah tersebut terarah ke tempat serigala-serigala berada. Kemudian, sebuah dinding es menutup akses ke lorong tempat mereka berada.
"Let's go"
~#~
Mereka berlari melintasi sebuah danau es yang sangat lebar. Setelah sebelumnya Peter, Susan, dan Lucy menuntut Percy karena keluar membawa pedang perunggu berkilat-kilat, mereka berlari menuju tempat di mana pasukan Aslan berkemah.
Karena Lucy kelelahan, Peter menggendongnya di punggung. Namun, terdengar suara derap kaki hewan dari belakang. Mereka menoleh dan melihat sebuah kereta es yang ditarik beberapa rusa.
"Mereka datang! Cepat lari!"
Peter menurunkan Lucy dan mereka berlari semakin cepat menuju hutan. Mr. Briever membawa mereka menuju ke sebuah lubang tersembunyi dan mengisyaratkan untuk diam.
"Aku akan mengecek keluar" kata Mr. Briever. Mengabaikan tatapan protes yang lain, ia melompat keluar.
Hening selama beberapa saat. Sampai salju berguguran dan.. Sosok Mr. Briever muncul, mengejutkan semuanya.
"Kuharap kalian anak baik, karena ada yang ingin bertemu"