R

1.6K 194 7
                                    

Percy keluar dari lubang tersebut. Ia melihat seorang pria berjanggut putih lebat. Penampilannya seperti santa yang sering Percy jumpai pada perayaan natal di jalanan Manhattan. Pria tersebut berdiri di samping sebuah kereta salju yang ditarik oleh beberapa ekor rusa kutub.

"Selamat natal, anak-anak.." katanya. Ia tersenyum, dan sudut-sudut matanya membentuk kerutan-kerutan bekas tersenyum.

"Tapi.." kata Susan. "..bukankah tidak ada natal di Narnia?"

Pria itu--oke, sebut saja Father Christmas-- tertawa. "Setelah sekian lama, tidak. Tapi, kehadiran kalian, para raja dan ratu, mengubah segalanya. Salju sudah mulai mencair, jadi aku bergegas"

Percy berbisik pada Annabeth. "Jadi, ini maksud misi kita. Mereka adalah raja dan ratu"

"Yeah, kupikir begitu. Tapi soal natal.. Apakah kita harus percaya?" Annabeth balas berbisik.

"Entahlah, wise girl. Tapi aku sudah belajar dari pengalaman. Rajutan si nenek-nenek moirae itu selalu aneh" timpal Percy sarkastis.

"You're right"

Percy menatap Father Christmas lagi. Pria itu berbalik menuju keretanya dan mengeluarkan sebuah kantung besar. Percy jadi teringat tayangan televisi yang ditontonnya lama sekali. Santa yang menyelinap masuk lewat cerobong asap.

"Present!" ujar Lucy girang.

Father Christmas tertawa lagi. Dari dalamnya, ia mengeluarkan sebuah botol kecil dan sebuah pisau lempar.

"Ini untukmu. Cairan ini dibuat dari bunga yang langka dan bisa menyembuhkan setiap luka" katanya sambil menyodorkannya pada Lucy.

"Tapi.." Lucy menerima keduanya dengan ragu. "..aku tidak cukup berani untuk itu"

"Percayalah padaku. Kau gadis yang sangat pemberani"

Lucy tersenyum girang. "Benarkah? Terima kasih!"

Father Christmas menoleh pada Susan. Ia mengeluarkan sebuah busur beserta kantung berisi penuh anak panah. Ia juga mengeluarkan sebuah benda yang di mata Percy tampak seperti kornukopia milik Piper.

"Susan Pevensie, kuberikan kedua benda ini untukmu" Father Christmas menyerahkannya kepada Susan.

"Um.." Susan tampak bimbang sesaat. "..terima kasih?"

Father Christmas tertawa lagi. "Bidik sasaran apapun dengan panah tersebut, dan kau tidak akan pernah meleset"

"Lalu.. Untuk apa ini?" Susan memutar-mutar tanduk yang semakin lama terlihat seperti terompet di tangannya.

"Tiup benda tersebut, dan bantuan akan selalu datang"

Father Christmas merogoh kantung hadiahnya lagi. Ia mengeluarkan sebilah pedang dan sebuah perisai. Perisai tersebut berlukiskan seekor singa berwarna merah yang tengah mengaum.

"Peter Pevensie. Kuberikan yang sudah menjadi milikmu" Father Christmas memberikan pedang dan perisai tersebut kepada Peter.

Peter menarik pedang dari sarungnya. Pedang tersebut berkilat memantulkan cahaya matahari. Percy bisa melihat, pedang tersebut merupakan tipe pedang yang mampu menghabisi makhluk mitologi maupun manusia fana.

"Bung, kurasa kau seharusnya menyimpan pedang itu" bisik Percy.

"Ingatlah, wahai Putra Adam. Pedang tersebut bukanlah pedang mainan. Tebas ke leher musuhmu, dan ia akan kehilangan kepalanya"

Peter menyarungkan kembali pedang tersebut dan menyampirkannya di pundak. Father Christmas merogoh katungnya lagi, dan mengeluarkan sebuah belati serta sebuah laptop berlambangkan huruf Yunani delta.

"Annabeth Chase, daughter of Athena--"

"Belatiku!" pekik Annabeth. "Dan laptop Daedalus! Demi dewa-dewi, bagaimana bisa?! Bukankah kedua benda tersebut sudah jatuh ke Tartarus?!"

Father Christmas menyerahkan keduanya pada Annabeth sambil tersenyum tipis. "Dewi Athena yang menitipkannya padaku"

Annabeth menerimanya dengan perasaan terlampau girang. "Demi Athena, terima kasih! Aku harus membakar sesuatu untuk ibuku di altar"

Percy menggenggam tangan Annabeth, memperingatkan. "Wise girl.."

Annabeth tersenyum. Ia memasukkan laptop-nya ke dalam tas dan mengikatkan belatinya di pinggang. Ketiga Pevensie menatapnya dengan ekspresi tercengang.

"Perseus Jackson, son of Poseidon" Father Christmas mengeluarkan sebuah perkamen. "Pesan dari Chiron di Perkemahan Blasteran"

Percy menerimanya. Ia membuka perkamen tersebut, yang untungnya ditulis dalam bahasa Yunani. Percy membacanya dalam diam. Begitu pula Annabeth, yang membacanya dari balik punggung Percy.

"Terima kasih" kata Percy.

"Baiklah. Jadilah pemimpin yang baik. Aku harus pergi. Salju sudah mulai mencair"

Dan dengan perkataan tersebut, Father Christmas melesat pergi dengan keretanya. Ketiga Pevensie menatap Percy dan Annabeth dengan pandangan menuntut.

"You have to explain"

~#~

A/N

Hi guys, I'm here! Maaf kalau (lagi-lagi) update nya lama. Soalnya, beberapa minggu belakangan ini, saya tidak ada internet access. Terus, ini baru awal masuk sekolah, jadi saya kadang nggak sempet ngelanjutin ceritanya. Saya usahakan, kedepannya kan lebih cepat.

Keep vote+comment guys!

Time And SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang