E

1.5K 173 7
                                    

Annabeth menatap langit-langit kamarnya dengan gelisah. Ia tidak bisa memejamkan matanya barang sedetikpun. Perkataan Percy membuatnya, entahlah. Takut? Percy bercerita padanya tentang mimpinya, kemudian tentang perjanjian Aslan dan Jadis.

Di seberangnya, Lucy juga belum tidur. Annabeth ingin mengajaknya mengobrol, namun ia takut membangunkan Susan. Kemudian sekelebat bayangan terlihat melewati tenda tersebut. Bayangan tersebut terlihat seperti.. Seekor singa. Aslan.

Lucy tampaknya juga menyadari hal tersebut, lantaran ia duduk tegak dan berdiri mendekati Susan, membangunkannya. Annabeth ikut terduduk tegak, kemudian bersama-sama mereka mengikuti Aslan.

Aslan berjalan menuju hutan. Semakin ke dalam, Annabeth menangkap suara-suara sorak sorai, seolah merayakan sesuatu. Disiagakannya tangannya di belati, mengantisipasi segala kemungkinan.

Kemudian Aslan berhenti. "Seharusnya kalian di tempat tidur"

Annabeth menegang. Aslan tahu mereka membuntutinya. Maka ia keluar dari semak, disusul Susan dan Lucy. Mereka mendekati Aslan dan berjalan beriringan. Susan dan Lucy di samping Aslan, sementara Annabeth berjalan di belakang.

"Kenapa kau melakukan ini?" tanya Lucy, suaranya bergetar.

"Karena itu harus. Tanpanya, Narnia tidak akan selamat" kata Aslan lembut.

Tidak tahan, Annabeth menyambar, "Tapi bagaimana jika mereka justru memanfaatkanmu untuk memulai perang?"

"Maka itu akan jadi perjuangan kalian"

Mereka berjalan dalam diam setelahnya. Annabeth menatap lurus ke depan, terus berpikir. Pengorbanan? Ia masih tidak paham dengan konsep tersebut. Kemudian ia ingat. Percy pernah berkorban. Ia pernah menjerumuskan dirinya ke dalam Tartarus, membiarkan dirinya terkena berbagai kutukan, dan itu hanya untuk Annabeth. Mengingatnya membuat Annabeth miris. Percy sudah berkorban banyak. Sementara ia? Apa yang pernah dilakukannya?

"Kalian sebaiknya berhenti di sini, girls" Aslan mendadak berhenti. "..aku akan melanjutkan perjalananku sendiri dari sini"

Dengan tampang berat hati, Lucy menepi, memeluk lengan Susan. Aslan berjalan semakin jauh. Annabeth mengintip lewat semak. Ia bisa melihat Aslan berjalan ke arah kerumunan pasukan Jadis. Aslan digiring ke meja batu dan diikat.

"Potong rambutnya!" teriak Jadis. "Buat dia tampak lemah!"

Khayalak bersorak, dan para bawahan Jadis memotong surai Aslan hingga tak bersisa. Kemudian mereka menunduk pada Jadis dan mundur. Jadis maju, mengangkat pisau berburunya tinggi-tinggi. Pisau tersebut sangat mirip dengan pisau berburu Artemis.

"The great lion," Jadis berseru. "will die!"

Ia menghujamkan pisau tersebut kuat-kuat di tubuh Aslan. Aslan mengejang, dan diam. Annabeth menyentuh bahu Lucy, meyakinkannya untuk tidak berteriak. Para khayalak bersorak.

"Sekarang," Jadis mengibaskan gaunnya. "saatnya untuk perang!"

Pasukan tersebut memekik nyaring dan meninggalkan meja batu. Annabeth, Lucy, dan Susan menghampiri Aslan yang sudah tak bernyawa. Lucy berusaha memberikan cairan penyembuhnya, namun tidak ada yang bisa dilakukan. Aslan sudah mati.

"Kita harus memberi tahu yang lain" kata Susan.

"Tapi bagaimana?" gumam Annabeth.

Lucy tampak berpikir sejenak. "Pohon-pohonnya!"

"Benar!" kemudian Annabeth merapalkan sesuatu dalam bahasa Yunani. Dryad muncul dari pepohonan.

"Tuanku" dryad tersebut berlutut di samping Aslan.

"Beritahukan ini pada orang-orang di base camp. Jadis akan menyerang, mereka harus mempersiapkan diri" perintah Susan.

Dryad tersebut mengangguk dan melebur ke dalam pepohonan lagi. Annabeth memandang tubuh tak bernyawa Aslan. Aslan adalah kakak tiri Percy. Apa reaksinya? Annabeth tidak bisa membayangkannya.

"Aku akan membantu mereka. Kalian tetap di sini"

Annabeth bersiul keras. Percy sudah mengajarinya tentang ini. Sesosok bersayap menukik dari langit. Seekor pegasus putih.

"Pegasus?" gumam Susan takjub.

"Yeah," Annabeth menepuk punggung pegasus tersebut. "terima kasih sudah menerima panggilanku, Porkpie"

Porkpie meringkik. Annabeth tidak tahu apa yang ia katakan karena hanya anak Poseidon yang tahu. Bagaimanapun, kan, bukan Athena yang menciptakan kuda. Annabeth melompat ke punggung Porkpie.

"Porkpie, bawa aku ke chair paravel"

Porkpie meringkik dan melesat ke angkasa. Annabeth memeluk leher Porkpie. Ia harus membantu Narnia. Ia harus bertarung di sisi Percy. Ia tidak mau berpisah lagi. Tidak akan.

Porkpie mengepakkan sayapnya dengan cepat. Tak lama, mereka sudah mendarat di base camp, tepat saat pasukan tengah bersiap-siap. Annabeth melompat turun dan berlari mendekati Percy.

"Wise girl!" panggil Percy. "Benarkah Aslan sudah--"

Annabeth mengangguk. "Maafkan aku, aku tidak bisa mencegahnya"

"Ini bukan salahmu. Mungkin memang ini yang dirajut para moirae"

Annabeth mengangguk. "Sekarang kita hanya perlu mengamankan Narnia"

Percy tersenyum. "Kau benar. Pakai zirahmu"

~#

A/N

Sorry for late update! Minggu-minggu ini betul-betul minggu sibuk jadi saya belum sempat update. Oh ya, untuk sekitar dua minggu ke depan, saya ada UTS, jadi kemungkinan tidak akan update sampai selesai UTS. Merci!

Keep vote+comment!

Time And SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang