Malamnya, Percy bermimpi. Ia melihat seekor singa bersurai keemasan. Rupa singa tersebut sama persis dengan yang ada di buku. Ya, buku yang membawa mereka ke Inggris, tahun 1942.
"Perseus Jackson" kata singa tersebut. Jika saja Percy tidak melihat mulut singa tersebut bergerak, ia akan yakin kalau ia mulai berhalusinasi.
"Mm.." Percy menggerakkan kakinya gelisah. "..ya?"
"Jagalah keempat Pevensie itu. Dan.. Kalau kau tahu yang sebenarnya, jangan pernah salahkan orang yang mengirimmu kemari"
"Memangnya siapa yang mengirimku kemari? Dan apa alasan misi ini?" tanya Percy.
"Kau akan ahu pada saatnya nanti. Ingat pesanku. Awasi terus mereka dan jangan sampai lengah. Kemungkinan besar kita akan bertemu nanti"
Percy tersentak bangun. Tampak Peter tengah tidur. Namun, ranjang di mana seharusnya Edmund berada kosong. Ia berdiri dan melangkah pelan ke kamar Annabeth.
"Wise girl, bangunlah" bisik Percy. Annabeth mengerjapkan matanya. Mata abu-abunya langsung berubah awas.
"Percy, apa yang--"
"Ssh.." Percy mengisyaratkan Annabeth untuk mengikutinya. Mereka berjalan keluar dan duduk di balkon.
"Ada apa, huh? Kenapa kau membangunkanku?" tanya Annabeth seraya merapikan rambut pirangnya.
"Aku bermimpi" Percy menjabarkan mimpinya. Ekspresi bingung tercetak jelas di wajah Annabeth, kendatipun ia tidak menyela.
"Apa maksudnya?" gumam Annabeth. "Apakah itu visi?"
"Entahlah, Annabeth"
"Lalu atas dasar apa singa tersebut mengatakannya?"
"I really don't know, wise girl.. Kan kau pemikir di sini"
Annabeth mengedikkan bahu dan merapatkan dirinya pada Percy. Percy merangkulnya dan mengecup dahi Annabeth. Annabeth menyandarkan kepalanya di bahu Percy dan terlelap.
~#~
"Percy! Annabeth! Bangun!" suara Peter menerobos tidur Percy. Ia membuka matanya. Sosok Peter muncul di fokus.
"Ada apa?" tanya Annabeth sembari mengucek matanya.
"Kenapa kalian tidur di luar sini?" tanya Susan. Percy merasakan nostalgia, saat Frank menemukannya dan Annabeth teryidur di istal. Ekspresi Susan kurang lebih sama degannya.
Tertawa kecil, ia berkata "Kami hanya keluar untuk mengobrol dan tertidur"
"Sebaiknya kalian masuk dan bersihkan diri. Setelah itu, kami ingin kalian bergabung di halaman"
~#~
Annabeth duduk di atas rumput. Ia mengamati Percy, Susan, Peter, dan Edmund yang tengah bermain. Ia tidak tertarik, jadi ia putuskan untuk membaca buku di bawah pohon.
"Annabeth" tanpa Annabeth sadari, Lucy sudah duduk tepat di sebelahnya.
"Ya?"
"Apa kau tahu rasanya orang yang kita percaya justru tidak memercayai kita?" tanyanya.
"Yeah, aku tahu rasanya" Annabeth terdiam sesaat. "Tapi bukan berarti kau harus menjauhi mereka, Lucy.. Jangan menolak diri sendiri dengan keberadaanmu di antara mereka"
Lucy menatapnya bingung. "Maaf, tapi aku tidak mengerti"
Annabeth tertawa kecil mengetahui kebodohannya. Lucy hanyalah anak usia dua belas tahun biasa. "Maaf, bahasaku terlalu tinggi, ya? Begini saja. Mau kuceritakan sedikit rahasia?"
Lucy menatapnya dengan berbinar. "Ceritakanlah!"
Annabeth menutup bukunya, dan detik berikutnya ia mendapati cerita itu mengalir. Ia menceritakan dari peperangan melawan Kronos, hingga Gaea. Lucy diam mendengarkan. Sesekali, matanya berbinar kagum.
"Apakah itu semua nyata?" bisiknya begitu Annabeth berhenti.
Annabeth tersenyum. "Jika kau menganggapnya nyata, tentu saja itu nyata. Kenapa tidak?"
Tepat saat Lucy terlihat akan menanggapi, terdengar suara kaca pecah. Annabeth menoleh. Tampak salah satu kaca jendela pecah. Sepertinya terkena bola yang dimainkan Percy dan yang lain.
Annabeth bertukar pandang dengan Lucy. "Ayo!"
Mereka berlari dan tiba di sebuah ruangan yang berisi artefak kuno. Tampak sebuah jendela yang kacanya pecah. Peter memungut bola yang tergeletak di lantai, dan detik itu juga, terdengar suara Ny. Marcready.
"Sembunyi!" instruksi Peter. Mereka berlarian. Edmund beralih ke atas dan mereka semua mengikutinya.
"Sembunyi di sini" Edmund membuka sebuah kamar. Terdapat sebuah lemari besar di dalamnya. Ya, lemari yang sama.
"Ayo cepat!" Percy mendorong mereka semua untuk mendekati lemari tersebut. "Masuk, cepat!" mereka berdesakan masuk, dan saling dorong.
"Jangan injak kakiku!"
"Geser sedikit!"
"Jangan dorong!"
Tidak jelas siapa yang berteriak, siapa yang mendorong. Lalu Peter dan Susan terjatuh, diikuti Percy dan Annabeth. Jatuh di hamparan salju.
"So, this is real?"
~#~

KAMU SEDANG MEMBACA
Time And Space
Fanfiction(A Percy Jackson and Narnia Crossover) "Putra laut dan putri bijak kan arungi ruang dan waktu, Menuju masa lalu dimana perang terjadi Dua darah yang sama kan bertemu, Membantu mereka yang terpilih menuju kejayaan" Percy dan Annabeth akan mengarungi...