"Kalian harus jelaskan"
Perkataan Peter membuat insting Percy langsung berkata, gawat. Terakhir kali ia mencoba menjelskan soal mitologi Yunani pada manusia fana, kejadiannya sungguh buruk. Ia harus berhadapan dengan pemandu sorak berkaki keledai haus darah. Ia memutar otak, berusaha mencari kata yang pas untuk menjelaskan.
Hingga akhirnya Annabeth berkata, "Kami akan menceritakannya lain kali. Apa kalian tidak mendengar perkataan Father Christmas tadi? Es mulai mencair, itu artinya--"
"Sungainya!" potong Mr. Beaver. "Cepat!"
Mereka kembali berjalan, kini setengah berlari. Mereka tiba di sebuah sungai besar yang beku, hanya saja beberapa bagian sudah mencair. Mr. Beaver maju perlahan. Percy berkonsentrasi, memperkokoh es yang akan mereka pijak.
"Ayo maju perlahan!" seru Mr. Beaver.
Mereka mulai melangkah, perlahan dan pasti. Baru beberapa langkah, terdengar derap kaki diikuti suara gonggongan.
"Lari! Cepat!" teriak Mr. Beaver. Namun, salah satu serigala menggigitnya.
"Mr. Beaver!" Mrs. Beaver hendak merangsek maju, namun ditahan oleh Lucy. Peter menarik pedangnya dan menodongkannya pada kawanan serigala.
"Pete! Jangan! Ini bukan pertarungan kita!" teriak Susan.
"Lakukan!" Mr. Beaver ikut berteriak dengan nada memerintah.
"Tidak!"
Terdengar suara KRAAK yang nyaring. Suara tersebut diikuti dinding es yang retak. Peter menurunkan pedangnya dan mendongak. Percy mengulurkan tangannya dan berkonsentrasi, membuat retakan berhenti.
"Cepat! Aku tidak bisa menahan dinding ini selamanya!" jerit Percy. "Cepat lari! Aku akan lindungi kalian!"
Annabeth bimbang sesaat, sebelum akhirnya menghunus belatinya. "Aku akan menahan mereka"
Ketiga Pevensie dan kedua Beaver berlari menjauh. Percy mendatangkan semburan air raksasa, mengempaskan mereka ke sisi lain dari sungai tersebut. Annabeth menusuk salah satu serigala. bagitu pula dengan Percy.
"Wise girl, ayo!" Percy menarik tangan Annabeth yang bebas dan terjun ke dalam air. Ia membuat selubung tipis agar Annabeth bisa bernapas.
Mereka berenang menuju tepian. Percy membiarkan pakaiannya dan Annabeth basah, agar tidak perlu menjelaskan macam-macam. Ia memeluk pinggang Annabeth dan memerintahkan air untuk mendorong mereka. Riptide-nya hilang, namun ia tidak khawatir. Pedang tersebut akan kembali ke sakunya dalam wujud pulpen, seperti biasa.
Begitu mencapai tepi, Annabeth dan Percy naik. Annabeth ambruk di tanah, tersengah-engah. Ia menggenggam tangan Percy, seolah berkata pegangi aku. Aku lelah.
"Di mana Lucy?!" Percy mendengar suara Susan, nadanya menuntut.
"Tadi aku memeganginya!"
"Seharusnya kau mengawasi adikmu sendiri!" Percy meringis. Susan terdengar seperti Thalia. Kemudian ia menghadap ke sungai dan meneriakkan nama Lucy berkali-kali.
"Apa ada yang melihat mantelku?" suara Lucy membuat Susan dan Peter mendesah lega.
"Wise girl, are you okay?" Percy mengeratkan genggamannya pada tangan Annabeth, membantunya berdiri.
"Yeah, hanya.. Lelah"
Mereka berjalan menuju tepi lembah. Salju hampir mencair sepenuhnya, menampakkan hamparan rerumputan hijau. Percy menatap yang lain satu persatu, dan pakaian mereka langsung kering, tak terkecuali kedua Beaver.
"Kita tidak membutuhkan mantel lagi di sini" celetuk Mr. Beaver.
"Kau benar. Kita harus bergegas" timpal Peter.
Mereka berjalan menuruni lembah. Lantaran jalan yang curam, Lucy tersandung beberapa kali. Percy menggenggam tangan Annabeth. Entah kenapa, namun ia takut Annabeth meninggalkannya. Ia sangat bersyukur memiliki Annabeth bersamanya. Mereka sudah melewati begitu banyak hal bersama.
Begitu mereka tiba di dasar, pepohonan langsung menyambut. Dan hal aneh pertama yang mereka saksikan adalah seorang wanita yang melebur dari sebuah pohon. Perempuan tersebut berbalut chiton Yunani berwarna hijau. Ia mengingatkan Percy pada Juniper, pacar Grover.
"Dryad," ujar Annabeth. "peri pohon?"
Sang dryad menatap Annabeth dengan takjub. "Demigod?"
Annabeth mengangkat bahunya. "Begitulah"
Dryad tersebut tersenyum. "Aku membawa pesan dari Tuanku Aslan"
"Pesan apa?" tanya Peter dan Percy bersamaan. Mereka saling pandang sejenak dan tertawa.
"Kehadiran kalian sudah dinantikan. Ikuti aku"
Dryad tersebut berjalan menembus hutan, yang berarti harfiah. Dryad tersebut memang menembus peopohonan. Percy dan yang lain bergegas mengikuti. Percy bersyukur lantaran dryad tersebut tidak secepat dryad di Perkemahan Blasteran.
Dryad tersebut berhenti dan menoleh. "Base camp pasukan Aslan," ia menunjuk lembah bebatuan di hadapan mereka. "ada di balik lembah tersebut"
Percy memicingkan mata dan menunjuk ke satu titik. "Maksudmu di sana?"
Dryad tersebut mengangguk. "Aku hanya bisa mengantar kalian sampai sini. Hutan adalah batas teritorialku"
"Terima kasih" kata Annabeth. Dryad tersebut tersenyum dan menghilang dalam kepulan asap hijau.
"Apa maksudnya, kalian demigod?" tanya Peter.
Percy mengembuskan napas berat. Ia tahu, cepat atau lambat ia harus menjelaskan. "Ayo, kuceritakan sambil berjalan"
~#~
A/N
I'm back. Maaf karena untuk kesekian kalinya saya telat update. Terima kasih yang sudah mau menunggu cerita yang tergolong tidak terlalu jelas
Everything can happen, but keep vote+comment guys!

KAMU SEDANG MEMBACA
Time And Space
Hayran Kurgu(A Percy Jackson and Narnia Crossover) "Putra laut dan putri bijak kan arungi ruang dan waktu, Menuju masa lalu dimana perang terjadi Dua darah yang sama kan bertemu, Membantu mereka yang terpilih menuju kejayaan" Percy dan Annabeth akan mengarungi...