Malam hari, Percy bermimpi. Ia tengah berada di tengah gerombolan orang--ralat, makhluk mitologi. Ada Aslan di sana, dan juga seorang wanita berkulit pucat yang mengenakan pakaian wol. Semua yang ada di sana tampak mengerubungi sesuatu.
Percy berjalan mendekat, berusaha melihat apa yang mereka kelilingi. Dan ia melihat pemandangan yang tak lazim. Sebuah danau lebar dengan huruf-huruf latin berpendar di atasnya. Percy hanya dapat menangkap kata pengkhianat, diserahkan, dan meja batu.
"Deep water!" seru si wanita pucat. Sorak sorai pun pecah. "Sudah diputuskan! Tiap-tiap yang berkhianat pada Aslan, adalah milikku!"
Aslan membuka mulut, namun entah mengapa suara Annabeth yang keluar. "Seaweed brain, bangunlah"
Kaget, Percy tersentak bangun dan melihat Annabeth di hadapannya. "Kau harus lihat ini"
Percy mengikuti Annabeth keluar tenda. Sinar matahari membuatnya memicingkan mata. Begitu matanya menyesuaikan diri, ia melihat keempat Pevensie duduk di sebuah tikar piknik. Ya. Keempatnya. Entah kapan, namun Edmund telah kembali.
"Kapan ia kembali?" tanyanya.
"Entahlah. Saat aku bangun, Edmund sudah bersama Aslan," jawab Annabeth, kemudian ia menarik tangan Percy. "ayolah, we need some practice. Aku juga harus mengirim pesan Iris"
Percy mengikuti Annabeth yang entah membawanya kemana, hingga ia mencapai tepi sungai. Annabeth tampak merogoh kantung roknya, dan mengeluarkan sebuah gold drachma.
"Percy, buat pelangi" Percy mengangguk. Ia mengangkat tangan, dan uap air terbentuk. Karena terkena sinar matahari, uap air tersebut menjadi pelangi.
Annabeth melemparkan gold drachma tersebut. "Oh Iris, dewi pelangi. Terimalah persembahanku. Tunjukan padaku Chiron, di Perkemahan Blasteran"
Pelangi tersebut berdenyar. Namun yang muncul bukan Chiron, melainkan Rachel. Rachel tengah mengobrol dengan Grover.
"Rachel!" panggil Annabeth. Rachel dan Grover menoleh.
"Annabeth! Puji syukur kepada dewa-dewi, kalian masih hidup!" seru Rachel.
"Kupikir kalian hilang entah ke mana. Di mana kalian?" tuntut Grover.
"Kami di sebuah negeri bernama Narnia. Sekarang mana Chiron?" desak Annabeth.
Rachel tampak berpikir sesaat. "Oh! Dia tengah pergi ke Perkemahan Jupiter bersama Jason. Entahlah, tapi dia bilang ada urusan"
"Katakan saja kepada kami. Kami akan sampaikan pada Chiron" ujar Grover. Kemudian ia menyambar sebatang selada dan menggigitinya.
"Tidak, aku hanya ingin bilang, kami menerima pesannya" kata Annabeth.
"Dan kirim Blackjack ke sini" timpal Percy.
"Baiklah, tapi Percy. Ada satu hal--" sosok Rachel dan Grover kabur, dan hilang.
"Apa-apaan itu?!" gerutu Annabeth.
"Tenanglah, wise girl. Mungkin efek perjalanan ruang dan waktu?" terka Percy.
"Mungkin"
Percy membuka tutup Riptide. "Ayo, kaubilang akan berlatih"
Annabeth tersenyum. Ia mengeluarkan belatinya dan mereka mulai berduel. Tanpa mereka sadari, keempat Pevensie mengamati mereka. Terutama Edmund dan Peter, memahami teknik-teknik bertarung. Percy dan Annabeth terus berduel, hingga akhirnya Percy menjatuhkan belati Annabeth.
"Kau kalah, wise girl" Percy menyerahkan belati milik Annabeth.
"Tidak adil. Aku memakai belati" Annabeth membersihkan belati tersebut, seperti yang sudah-sudah.
"Oh, benarkah? Kemari kau" Percy menarik Annabeth mendekat dan menciumnya.
Annabeth menjatuhkan belatinya. Percy menarik diri, dan Annabeth tampak seperti ikan yang kehabisan udara.
Percy nyengir, membuat Annabeth menggigit lidahnya keras-keras. "Aku benar-benar rindu saat kita bersama, wise girl"
"Y--yah.. Kurasa kita harus kembali"
Percy berbalik, dan dikejutkan dengan Peter yang berdiri di sana. Peter menatapnya dari atas ke bawah dengan ekspresi tercengang.
"Ada apa, Pevensie?" tanya Percy.
"Kau.. Kalian.." wajah Peter berubah merah padam.
Menyadari yang dimaksud Peter, wajah Annabeth ikut memerah. "Apa saja yang kau lihat?"
"Yah, aku melihat kalian berlatih, kemudian--" Peter menghentikan ucapannya dan berbalik. Wajahnya merah hingga ke telinga.
Percy meringis. "Yah, kita mendapatkan masalah"
Annabeth memukul lengan Percy. "Ini semua salahmu!"
"Sudahlah. Ayo kembali"
Mereka berjalan kembali ke base camp. Tempat tersebut sudah penuh oleh makhluk-makhluk mitologi. Centaur, faun, bahkan minotaur. Melihat minotaur, Percy menggertakkan giginya. Monster tersebut termasuk yang pertama kali ia bunuh, yang menculik ibunya atas perintah Hades. Di tengah kerumunan, di atas tandu, duduklah wanita yang dikenali Percy sebagai wanita pucat yang ada dalam mimpinya.
"Sudah ditentukan! Pengkhianat kecil itu," wanita itu menunjuk Edmund. "akan diserahkan padaku untuk mati!"
"Tidak!" teriak Lucy.
Aslan meraung, membuat sorak sorai padam. "Jadis, mari buat kesepakatan"
Wanita yang ternyata penyihir putih, mengikuti Aslan ke dalam tendanya. Sunyi senyap melanda. Beberapa menit kemudian, penyihir putih keluar dengan raut masam.
"Baiklah! Pengkhianat tersebut akan dibiarkan hidup!"
Kini giliran pasukan Aslan yang bersorak sorai. Keempat Pevensie saling berpelukan. Namun tanpa disadari, Aslan membuat kesepakatan yang memberatkan dirinya. Dan Percy menyadari hal itu, maka ia menyusul Aslan ke dalam tenda.
"Aslan!" Percy menyentuh tubuh Aslan. "Kau.. Membuat kesepakatan apa?"
Aslan menatap manik mata Percy. "Ini demi kebaikan semuanya"
Percy menyadari arah pembicaraan tersebut, dan buru-buru menggeleng. "Aslan, kau tahu itu akan--"
"Pengorbanan tulus akan mendapatkan bayarannya, adikku"
~#~

KAMU SEDANG MEMBACA
Time And Space
Fanfiction(A Percy Jackson and Narnia Crossover) "Putra laut dan putri bijak kan arungi ruang dan waktu, Menuju masa lalu dimana perang terjadi Dua darah yang sama kan bertemu, Membantu mereka yang terpilih menuju kejayaan" Percy dan Annabeth akan mengarungi...