Bagian 3 (Revisi)

435 30 3
                                    

Revisi : Rabu, 22 Maret 2017

Author pov

Recan berjalan menuju bangku Keylyn yang berada di sudut belakang. Well, tempat duduk Recan dan Keylyn tidak lagi sama karena di pindahkan oleh wali kelas mereka. Bukan hanya Recan dan Keylyn, tapi semua murid juga posisi duduk nya diubah. Lumayan banyak yang protes karena harus berpisah dengan chairmate masing masing. Ada juga sebagaian yang bersyukur karena dipindahkan. Alasannya karena bosan dengan teman sebangku yang itu-itu saja.

"Key, ganti baju yok." Hari ini pelajaran olahraga. Jadi, semua murid kelas X Ipa 2 mengganti baju menjadi baju olahraga yang disediakan sekolah.

"Lagi gak enak badan gue." Wajah Keylyn tampak sedikit pucat. Tetapi, Recan yang memang penakut akhirnya memutuskan membujuk Keylyn untuk olahraga.

"Ayolah Key. Gue gak berani sendiri."
Keylyn memutar bola matanya melihat wajah memelas Recan. Keylyn menganggukkan kepalanya dan mengambil baju olahraga milik Keylyn dari dalam tas dengan lemas. Kemarin Keylyn terlalu lama bermain kejar-kejaran dengan Recan. Akibatnya, ya inilah.

"Selamat pagi anak-anak." Sapa Pak Robin. Guru olahraga yang sudah setengah baya.

"Pagi, pak."

"Untuk memulai pemanasan, tolong Ody yang pimpin. Setelah itu, lari keliling lapangan 5 kali untuk putri dan 8 kali untuk putra." Tegas Pak Robin. Hampir seluruh murid perempuan mengeluh. Bayangkan saja mereka harus berlari keliling lapangan 5 kali. Dan lapangan sekolah ini luasnya minta ampun. Untuk parkir mobil 'om telolet om' saja bisa mencapai 60 mobil. Belum lagi terik matahari yang sangat menyengat.

Saat baru 2 kali mengelilingi lapangan, dada Keylyn terasa sakit. Bahkan, Keylyn harus memelankan laju larinya. Keylyn menatap Recan yang tampak terus berlari walaupun sesekali mengeluh kepanasan.

"Can." Suara pelan Keylyn tidak dapat didengar Recan yang berjarak lumayan jauh dari tempat Keylyn sedang jongkok sambil memegang dada sebelah kirinya.

Ketika pandangan nya mulai menggelap, Keylyn masih sempat melihat Recan yang berlari kearah nya dengan wajah panik. Hingga semuanya gelap.

--

Saat membuka mata, yang pertama kali dilihat Keylyn adalah langit-langit berwarna putih.

"Key? Kamu udah sadar, sayang? Dad, panggil kan dokter!" Teriak Rena--Mommy Keylyn-- senang. Dolan segera berlari menuju belakang tempat tidur Keylyn dan memencet bel berwarna merah. Rena cengengesan ditatap Dolan. Pasalnya, Rena lebih dekat dengan bel tersebut tetapi kenapa harus Dolan yang berada di sudut ruangan yang harus memencet bel tersebut. Jangan salahkan Rena, saat ini dia terlampau panik melihat keadaan Keylyn. Sekaligus senang ketika akhirnya Keylyn membuka matanya setelah pingsan selama 2 jam.

Seorang lelaki paruh baya berpakaian dokter menghampiri Keylyn dengan senyum hangatnya. "Bagaimana perasaan kamu?"

Keylyn memusatkan perhatiannya pada Dokter Dix yang sedang memasang teleskop nya ditelinga. Keylyn mengetahui nama dokter tersebut dari name tag yang berada di baju Dokter Dix.

"Dada saya masih sakit dok."

Dokter Dix memanggil seorang perawat dan menyuruhnya mencatat apa saja yang disebut oleh Dokter Dix. "Tuan, Nyonya, bisa bicara sebentar?"

Dolan menganggukkan kepalanya setelah itu mengikuti Dokter Dix menuju ruangannya. Rena tidak mengikuti Dolan menuju ruangan Dokter Dix. Rena tidak tega meninggalkan Keylyn sendiri disaat Keylyn sedang sakit. Siapa tau nanti Keylyn butuh sesuatu, minum misalnya.

Rena menatap Keylyn sedih. "Kambuh lagi ya, Key?"

Keylyn tersenyum untuk menenangkan Rena. Keylyn memegang salah satu tangan Rena. Tangan Rena yang satu lagi sedang mengelus rambut lembut Keylyn. "Tadi Keylyn kecapean doang, Mom. Mommy tenang aja. Keylyn gak kenapa-napa kok."

My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang