"Lo pulang sendiri. Pengawal gue udah nunggu di parkiran khusus blok D. Terserah lo mau kemana. Gue mau nyusul Keylyn." Devano beranjak ingin meninggalkan Aikella dengan tatapan dinginnya.
"Devano. Tunggu,"
Devani berhenti sejenak tetapi tetap membelakangi Aikella yang menunduk sedih.
"Keylyn... Siapa?" Suara gemetar Aikella menunjukkan betapa Aikella sedang berusaha menahan tangisnya yang sebentar lagi akan pecah.
Devano tersenyum dingin dan sedikit menolehkan kepalanya, "Bukan urusan lo!"
Aikella dengan marah melangkah kearah Devano, "Bukan urusan aku kamu bilang? Apa kamu lupa kita sudah dijodohkan? Bahkan sudah tunangan! Lalu sekarang kamu bilang bukan urusan aku. Kamu gila!"
Devano berbalik dan menatap bengis Aikella, "Tutup mulut lo sebelum tangan gue sendiri yang ngancurin, paham?"
Devano kembali melanjutkan langkahnya. Sekitar jarak 5 meter dengan Aikella yang menatap nanar punggung tegap Devano, Devano berhenti tanpa menoleh. "Dan soal yang gue ngebela elo tadi, jangan terlalu berharap. Gue ngelakuin itu hanya untuk ngebuat Keylyn cemburu ngeliat gue ngebantu cewek lain. Gue mau buat dia gak mudah ngucapin kata putus. Gue mau dia emang benar-benar tidak pernah lagi berpikir untuk ninggalin gue. Dan sialnya gue marah pada diri gue sendiri ngeliat gimana sedihnya Keylyn. Dan kemarahan gue malah gue lampiaskan sama orang yang gue sayang."
Setelah itu, Devano pergi meninggalkan Aikella yang menahan tangis dengan bahu nya yang bergetar.
---
"Permisi." Devano menatap pembantu dirumah Keylyn bingung, dan dengan penasaran menoleh kedalam rumah Keylyn yang tidak terlalu besar tetapi tampak nyaman. "Key dimana? Biasanya dia yang ngebuka pintu."
Perempuan paruh baya itu menunduk sopan, "Maaf tuan Devano. Saya kurang tau. Tadi pagi bukannya Nona Key pergi kerumah tuan?"
Pikiran Devano kembali melayang ke kejadian tadi pagi. Saat dirinya yang entah kerasukan setan mana dengan jahatnya membentak kekasihnya, Keylyn. Seumur hidup Devano tidak pernah sekalipum meninggikan suaranya pada Keylyn. Bahkan ketika Keylyn benar-benar membuatnya jengkel, Devano malah tersenyum dan memeluk Keylyn erat. Tetapi entahlah. Tadi pagi Devano tampak seperti bukan Devano yang biasanya lembut pada gadisnya. Devano salah. Bukan Keylyn yang aneh. Tetapi, Devano yang aneh.
"Jadi sampai sekarang Key belum pulang?" Eskpresi Devano berubah gusar ketika perempuan paruh baya dihadapannya mengangguk membenarkan. "Kalau Keylyn sudah pulang, katakan padanya untuk mengabari ku."
Devano melajukan mobil-nya menuju rumah bak istana milik keluarganya.
"Sayang... Kamu baru pulang? Habis jalan-jalan bareng Keylyn ya? Hihi," Rena menatap putra sulungnya itu dengan sinar jahil.
Devano mengedikkan bahunya cuek. Dan kembali melanjutkan langkahnya tanpa menoleh kebelakang lagi.
Brak
Suara bantingan pintu yang keras membuat seluruh makhluk hidup dirumah bak istana itu terkejut.
"Mommy.. Kak Vano kenapa? Belisik," Anya keluar dari kamar tidurnya masih dengan pakaian tidur bermotif Elsa-Frozen-.
"Selamat malam, sayang. Mommy tidak tahu. Apa putri Mommy terbangun gara-gara bunyi tadi?" Rena mengelus kepala kecil Anya, putri satu-satunya.
Anya mengangguk kesal, "Iya Mommy. Apa Mommy bisa menyanyikan sebuah lagu pengantar tidur? Anya ingin tidur lagi Mommy." Rengek Anya.
Rena tersenyum lembut, "Tentu sayang,"
---
Devano untuk kesekian kalinya mengecek iphone-nya dan tak ada satupun notifikasi yang berasal dari Keylyn. Ini benar-benar membuat batas kesabaran Devano habis. Untuk terakhir kalinya Devano mengecek iphonenya dan tidak menemukan notifikasi dari kekasihnya itu, lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Boy
Teen FictionAku memberikan ini padamu, jika tak ingin, maka kembalikan. Jangan hancurkan. -Hati- Devano adalah seorang bad boy. Walaupun begitu, Devano adalah makhluk terdingin dan terdatar yang pernah ada. Bahkan, semua siswa disekolah nya tidak berani menatap...