Bagian 8 (Revisi)

384 27 4
                                    

Revisi : 23 maret 2017

"Key, kenalin ini Jane. Dia sepupu aku dari mama. Pindahan dari Italia." Kemudian Devano beralih ke Jane. "Jane, kenalin ini cewek gue, Keylyn."

Jane menatap Keylyn dari atas hingga ke bawah dengan tatapan sinis. Jane bingung bagaimana bisa Devano yang sangat tampan menyukai gadis seperti Keylyn. Cantik tidak. Manis pun tidak. Entahlah.

"Hai." Sapa Keylyn dengan senyum ramah. Senyum Keylyn luntur ketika Jane membuang mukanya seakan tidak minat.

"Jane, bisa sopan?" Suara datar Devano terdengar. Devano benci sikap Jane yang selalu merasa tinggi -sombong-. Kalau dia mau berlaku buruk ya Devano sama sekali tidak peduli, tapi terkecuali untuk Keylyn. Tidak ada satupun yang boleh bersikap seperti itu pada Keylyn jika tidak ingin bermasalah dengan Devano.

"Hai juga." Jane balas menyapa Keylyn tanpa senyum diwajah cantiknya.

Devano menggenggam tangan Keylyn erat. "Bisa jalan gak, yank?" Devano meringis memperhatikan perban di lutut Keylyn. Sebenarnya luka Keylyn tidak terlalu parah, Devano memang selalu berlebihan jika sudah menyangkut Keylyn.

"Bisa kok. Ayo balik ke kelas." Devano berjalan disamping Keylyn sambil merangkul kan lengannya di pinggang kecil Keylyn seakan menyangga supaya Keylyn lebih mudah berjalan.

Jane yang tidak dihiraukan merasa kesal. Keylyn benar benar memonopoli Devano.

---

"Loh? Devano kenapa kamu disini? Bukannya kelas kamu itu XII ipa 3?" Bu Puji, guru matematika mengernyitkan dahi kebingungan melihat Devano yang berada di kelas XII ipa 1. Bu Puji sangat hapal dimana letak kelas Devano. Dan kenapa sekarang Devano malah duduk di kelas ini dengan santai nya? Apa dia salah masuk kelas?

"Jadi saya gak boleh disini bu?" Devano menaikan salah satu alis tebalnya. Bu Puji gelagapan. Astaga betapa tampan muridnya yang satu ini, bahkan saya saja yang sudah berumur 27 tahun sampai tertarik, batin Bu Puji kagum. Semenjak Devano menginjakkan kaki nya di kelas XII ipa 1 ini, semua siswi di kelas Keylyn langsung mengeluarkan make up masing masing untuk berdandan secantik mungkin. Walaupun selalu berpenampilan menarik, tidak pernah sekalipun mereka berani mendekati Devano. Mereka hanya menatap Devano diam diam. Tidak berani secara langsung.

"Eh boleh kok." Sahut Bu Puji.

Devano menganggukkan kepalanya santai, kemudian menaruh kepala nya di bahu Keylyn manja. Teman sebangkunya Keylyn -Recan- sudah di usir Devano dengan sangat kejam. Tanpa di tahu oleh siapapun Recan tersakiti akan perbuatan Devano. Recan terus menundukkan kepalanya tidak ingin orang lain tahu bahwa mata nya saat ini sedang berkaca-kaca.

Keylyn membiarkan Devano menaruh kepala dibahu nya. Tidak apa. Asalkan Devano tidak menganggu teman sekelas Keylyn. Tidak membuat kegaduhan seperti yang sudah sudah.

"Key."

"Hm."

"Kepala gue di elus dong. Gak bisa tidur." Ujar Devano manja. Keylyn tersenyum geli. Jika sudah bersama Keylyn, sifat dingin Devano akan hilang terbang entah kemana. Keylyn menuruti permintaan Devano. Sesekali tangannya menulis, dan ketika tidak menulis tangannya bergerak mengelus rambut lembut Devano.

Siswi XII ipa 1 yang melihat kemesraan Devano dan Keylyn menjadi kesal. Menurut mereka Keylyn itu keganjenan. Walaupun mereka benci melihat Keylyn, mereka tidak bisa menyuarakan ketidaksukaan mereka. Devano selalu saja mengawasi Keylyn. Memperhatikan sekeliling Keylyn dengan hati hati. Sudah cukup sekali Keylyn dibully oleh beberapa siswi hingga Keylyn masuk rumah sakit.

Tok tok tok

"Misi ibu cantik. Rean mau ketemu sama pak bos." Setelah mengatakan hal itu, Rean dengan seenak jidatnya menyelonong masuk mendekati Devano tanpa menunggu jawaban Ibu Puji. Semua tatapan tertuju pada dua The Most Wanted Boy itu. Bahkan Bu Puji juga melakukan hal yang sama. Memperhatikan Rean dan Devano dengan minat.

My Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang