1

2.6K 283 19
                                    

Ve POV

Seperti pagi-pagi biasanya, kegiatan awalku di pagi hari pasti di dapur. Berkutat dengan alat-alat masak menyiapkan sarapan untuk...siapa lagi kalau bukan untuk si gembrot Kinal. Aku lihat-lihat, semakin lama badannya semakin berisi. Entah itu karena salahku yang selalu menuruti semua kemauannya atau memang dianya aja yang rakus!

Akhirnya setelah setahun yang lalu kami bertemu kembali, Kinal langsung memberikan ultimatum padaku bahwa mulai hari itu, aku harus tinggal satu apartement dengannya. Jelas aku menolak. Aku juga butuh waktu untuk memanjakan diriku sendiri seperti baca novel atau melakukan hal-hal yang biasanya aku lakukan di apartement. Kalian tau sendiri jahilnya Kinal itu gimana.

Bukan Kinal namanya kalau ia langsung menyerah begitu saja. Tentu tidak. Kinal mengeluarkan ribuan kalimat dari mulutnya membujukku untuk tinggal bersamanya. Menjanjikan bahwa ia akan menuruti semua permintaanku.

Dan ternyata, itu omong kosong! Aku meminta padanya untuk membuatkan perpustakaan mini di sini. Tapi sampai sekarang belum juga di buat. Huft.

Mau tidak mau, akhirnya aku meng-iyakan permintaannya dan di sini lah aku sekarang. Tinggal bersamanya yang mungkin sekarang masih terlelap di kamarnya mengingat Kinal susah sekali untuk bangun pagi.

Brak!

Aku menoleh ke arah pintu dengan kening berkerut. Terlihat Shania dengan air mata bercucuran dari kedua kelopak matanya mendekat ke arahku. Aku meletakan pisau di atas meja pantry lalu mencuci tanganku.

"Kenapa?" Tanyaku saat Shania sudah duduk di kursi meja makan. Bukannya menjawab, tangisannya malah semakin menjadi.

Aku memutar bola mataku. Biasanya Shania tidak pernah secengeng ini.

"Ih, kamu kenapa? Aku gak tau kamu kenapa kalo kamu terus nangis gini."

"Kak, Ve!" Teriak Shania. "Salah gak, aku cemburu ngeliat orang yang aku sayang deket sama orang lain?" Tanya Shania sambil mengusap air matanya kasar. Aku menggeleng sebagai jawaban. "Salah gak, aku marah kalau tau dia gak balas chatku sedangkan dia balas chat orang lain. Salah gak?!"

Hih, Shania ini. Macam anak kecil saja.

"Duh, iya Shania. Kamu gak salah." Ucapku sambil menusap punggungnya. "Udah ah, kamu jangan nangis. Malu sama umur kamu."

"Kak Ve!" Teriak Shania sambil menatapku tajam.

Aku terkekeh. "Maaf, Shan."

"Kamu lagi kesel sama orang?"

"Ish Kak Ve! Daritadi aku cerita gitu Kak Ve gak dengerin? Ih!" Kata Shania kesal. "Kinal mana?"

"Di kamar." Jawabku kembali menuju meja pantry. Melajutkan kegiatan masakku yang tertunda tadi.

"Yaudah, aku ke Kinal aja. Bhay!" Shania melengos pergi menuju kamar. Sedangkan aku hanya bisa menggelengkan kepalaku. Pasti setelah ini akan ada teriakan. Kalau bukan dari Shania, ya dari Kinal. Tunggu aja.

"HUAAAA SHANIAAAAAA!!!"

Nah, bener kan? Ini suara Kinal. Entah apa yang mereka lakukan pasti akan selalu ada teriakan. Mereka bertiga memang aneh. Bukan aku! Jeje.

"Ve! Kenapa kamu izinin dia masuk ke kamarku?" Keluh Kinal dengan wajah khas bangun tidur berjalan mendekat ke arahku.

"Lho, emang kenapa?"

"Ganggu orang tidur." Gerutunya kesal. "Oh, iya lupa." Kinal menepuk keningnya lalu berdiri tepat di sampingku. "Pagi bidadarinya Kinal. Hehehe, kamu cantik deh. Masak apa?"

Aku memutar bola mataku malas. "Kamu kalo aku lagi masak aja baik-baikin aku. Coba enggak, aku di katain mulu."

"Hahaha, tau aja kamu." Jawab Kinal sambil menarik ujung hidungku. "Masak apa sih? Lama."

Still Falling For You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang