8

742 171 16
                                    

"Heh, kamu ngapain senyum-senyum? Gila ya?" Tanya Kinal dengan kening berkerut.

Aku terkekeh lalu menggeleng. "Nggak."

Kinal semakin mengerutkan keningnya lalu ia mengangkat bahunya dan kembali fokus menyapu kelopak bunga yang ia tebar di lantai. Bukan, bukannya aku tidak mau membantu. Tadi dia memerintahku untuk duduk manis di sini, di sofa. Sebenarnya aku tidak tega, tapi mau gimana lagi? Kinal keras kepala. Dan akhirnya dengan amat sangat terpaksa aku duduk manis di sofa sambil menikmati kue pemberiannya.

Entah seperti apa lagi aku harus menjelaskan besarnya rasa cintaku ke dia. Sepertinya tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata sebab cintaku ke dia itu sudah terlalu besar bahkan overload. Kinal tau sekali bagaimana cara memanjakanku dan membuatku bahagia. Bahkan jarang sekali ia membuat air mataku menetes sebab sedih. Tetapi ia lebih sering membuatku meneteskan air mata karena aku amat sangat bahagia.

"Udah." Dia jalan mendekat ke arahku lalu duduk di sebelahku. Ia memejamkan matanya sambil menghirup napas dalam-dalam. Sepertinya Kinal lelah. "Oh iya Ve, aku ada berita yang mungkin bagus buat kamu." Katanya sambil menegakkan tubuhnya.

"Emang apa?"

Ia terkekeh lalu meraih sebelah tanganku. "Aku berhenti." Katanya. Aku mengerutkan keningku tidak mengerti. "Aku berhenti jadi tour guide." Lanjutnya. Oh Tuhan, rasanya seperti ingin melompat. Astaga, aku terkejut. Bukankah menjadi pemandu wisata adalah cita-citanya?

"Kayaknya aku udah cukup ninggalin kamunya. Jadi, aku mutusin buat berhenti dan bisa sama kamu terus." Jelasnya. "Lagipula, asetku masih banyak haha. Apartemen bisa aku sewain dan kita tinggal di sini."

"Lho, lho, jadi ini rumah kamu?" Tanyaku bingung. Ia langsung mengangguk.

"Aku nabung. Yah nggak terlalu besar sih, tapi cukup buat ngumpul sama temen-temen aku dan mungkin temen kamu juga." Jawabnya.

Aku tidak bisa berkata lagi. Terlalu banyak kejutan hari ini.

Dia menatapku lalu terkekeh. "Mukamu lho, jangan kayak gitu. Mau aku karungin rasanya." Katanya sambil memperhatikan wajahku. Pipiku memerah, duh Kinal.

"Aku, aku gak tau harus ngomong apa." Kataku pelan.

"Yaudah, kamu dengerin aja dulu." Jawabnya cepat. "Mulai hari ini dan seterusnya kamu nggak usah khawatir lagi kalau kangen sama aku, aku bakal selalu ada di samping kamu." Ujarnya sambil tersenyum.

"Iya, jangan tinggalin aku lagi. Capek tau nahan kangen." Jawabku sambil memberengut.

"Iya enggak." Ia mengusap puncak kepalaku lembut. "Kamu nggak mau kasih hadiah gitu Ve ke aku?"

"Yah nggak ada." Jawabku menatapnya sedih.

"Haha, gak papa. Kamu hadiah terindah aku." Ia menarikku kedalam pelukannya. "I love you from the bottom of the sea, Ve." Bisiknya pelan.

*****

"Nal, emang laut dalamnya semana?" Tanyaku pada Kinal yang sedang sibuk bermain game namun ia tetap menjawab pertanyaan-pertanyaan yang aku lontarkan.

"Gak tau Ve."

"Terus kamu katanya kemarin cinta aku dari dasar laut. Kamu pernah ke dasar laut ya?"

Terdengar Kinal mendengus. "Itu cuma perumpamaan, sayang." Jawabnya dengan sabar. Aku terkekeh. "Ah enggak usah pake perumpamaan segala lah. Pokoknya aku cinta kamu. Gak usah tanya alasannya apa."

"Ih galak." Kataku sambil menyenggol lengannya. "Jangan dong Ve, nanti kalah." Kata Kinal cepat.

"Oh iya, Nal. Kata kamu apartemen mau di sewain?" Tanyaku. Dia menganggukan kepalanya. "Kan barang-barangku masih di sana. Ikan kamu gimana?"

Still Falling For You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang