Aku memandangi Kinal yang tengah berbicara dengan salah satu turis yang kutebak berasal dari Indonesia. Sebab orang yang berbicara dengan Kinal memiliki ciri khas yang sama seperti Kinal. Terlihat Kinal sedang membantu orang tersebut untuk menawar barang yang ada di genggaman orang itu. Beberapa saat kemudian, Kinal tersenyum kepada orang itu lalu mengalihkan pandangannya ke arahku yang berdiri cukup jauh darinya.
Kinal tersenyum tipis. Aku membalas senyumannya. Setelah Kinal berpamitan kepada orang yang ia bantu tadi, Kinal segera berlari kecil kearahku.
"Udah?" Tanyaku saat Kinal sudah berdiri dihadapanku. Dia mengangguk. "Aku kira kamu ke mana." Kataku sambil melanjutkan langkahku dengan Kinal berjalan beriringan di sebelahku.
"Aku gak bakal ninggalin kamu." Jawabnya sambil memasukan kedua tangannya ke dalam mantelnya. Aku terkekeh lalu menyelipkan tanganku di lengannya serta merapatkan tubuhku kearahnya. "Dingin ya?" Tanyanya pelan. Aku mengangguk.
Kinal terkekeh lalu menghentikan langkahnya yang reflek membuatku ikut berhenti. Kinal memutar tubuhnya ke arahku sambil melepaskan kedua sarung tangannya. Keningku mengerut. Ia menggosok-gosokan kedua tangannya beberapa saat lalu ia tempelkan kedua tangannya di pipiku sehingga kedua pipiku terasa sedikit hangat. Aku terkekeh.
"Masih dingin?" Tanyanya. Aku menggeleng. Dia tersenyum. "Ah, kamu mah modus." Ledeknya tetapi masih menempelkan kedua tangannya di pipiku.
"Beneran dingin tauk." Jawabku sambil menberengut.
Dia tertawa. Dia menarik tangannya dari pipiku lalu menepuk puncak kepalaku beberapa kali. "Aku salah, musim dingin di Jepang begini suhunya kadang suka ekstrim. Harusnya aku bawa kamu ke sini pas musim semi ya?" Katanya sambil kembali memakai sarung tangannya.
Kami kembali berjalan menyusuri jalan dengan salju turun seperti rintikan hujan. Tanganku kembali mendekap lengan Kinal. "Enggak papa. Musim dingin gini kalo sama kamu mah kayak musim semi." Kataku.
Kinal tertawa. "Sejak kapan kamu bisa gombal gembel gitu?" Goda Kinal. Aku mengangkat bahuku. "Aku waktu jadi tour guide waktu itu juga kedinginan lho. Nggak ada kamu malah. Kasian kan?"
Aku tertawa dengan kepala mengangguk. "Nah sekarang mah enak ada kamu. Bisa peluk-peluk." Dia terkekeh. "Udah ah Ve jangan senyum terus. Lemah aku."
"Lebay kan." Aku mencubit pelan lengannya lalu langsung menyandarkan kepalaku di bahunya. "Aku sayang Kinal."
"Gak perlu aku jawab kamu pasti tau jawaban aku." Jawabnya santai. Aku tersenyum.
"Ve, balik ke apartemen atau gimana?" Tanya Kinal saat kami berada di perempatan jalan. "Balik aja kali ya? Dingin banget nih." Katanya. Aku mengangguk setuju.
Benar juga kata Kinal. Suhu di Jepang saat musim dingin bisa berubah sangat ekstrim seperti saat ini. Lagipula aku juga belum terbiasa dengan suhu sedingin ini. Kinal yang sering sekali ke negara ini saja masih tidak tahan dengan suhu rendah ini. Bagaimana aku? Hahaha.
Kinal membuka pintu apartemen yang biasa ia tempati selama di Jepang lalu kembali menguncinya. Ia melepas mantelnya lalu menggantungnya di tempat khusus meletakan mantel. Aku pun melakukan hal yang sama. Setelah itu aku berjalan menuju ruang tengah dimana letak perapian berada. Cukup aneh memang di zaman modern ini masih ada perapian.
"Aku yang minta ke pemiliknya buat pake perapian bukan penghangat ruangan." Kata Kinal menjawab pertanyaanku yang tidak sempat tersampaikan kepadanya. Ternyata ia sadar bahwa aku bingung mengapa ada perapian di apartementnya.
Kinal meletakan dua cangkir yang kutebak isinya adalah seduhan teh hangat sebab tercium harumnya lalu mendekat kearahku. Bukan. Kearah perapian. Ia menyusun beberapa buah kayu bakar menjadi sebuah tumpukan lalu setelah itu ia nyalakan dengan pemantik api. Suhu dingin yang terbawa dari luar berubah menjadi lebih hangat. Aku mendekatkan kedua tanganku untuk mendapat kehangatan lebih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Falling For You [Completed]
FanfictionHighest rank #758 in Fanfiction. Suara dariku, Devi Kinal Putri. Sekuel dari Blinded. 10/12/16 - 12/7/17