4

865 161 51
                                    

Selama aku sama kamu, mau orang lain mandang aku kayak gimana juga aku nggak peduli. Kamu kebahagiaan aku, belum tentu orang lain bisa buat aku bahagia kayak kamu bahagiain aku.

*****

Aku meletakan kunci mobil di atas meja lalu dengan lesu berjalan menuju kulkas untuk mengambil air mineral dari sana lalu meneguknya hingga setengah. Aku menghela napasku berat lalu memutuskan untuk berjalan menuju ruang santai. Aku mendaratkan tubuhku di atas sofa yang terletak di dekat jendela lalu menopang daguku dengan arah pandangan menatap jauh keluar jendela.

Baru beberapa jam Kinal pergi. Dan rasanya sangat sepi tanpa kehadirannya di sini. Aku mengusap wajahku lalu memutuskan untuk berjalan menuju rak novel yang tertempel di tembok secara tidak permanen. Aku sedikit menyunggingkan senyumanku. Ini buatan Kinal beberapa hari yang lalu. Dia benar-benar menuruti permintaanku.

"Huft, Kinal mana pernah ingkar janji," gumamku sambil mengambil novel yang sepertinya belum kubaca sama sekali. Aku kembali duduk di atas sofa lalu mulai untuk fokus membaca. Namun  beberapa detik kemudian, aku menutup kembali novel tersebut lalu menggeram. Aku tidak bisa!

"Aduh Ve, cuma enam bulan. Dan kamu pernah lewatin enam bulan itu. Kenapa sekarang nggak bisa? Oh, come on!" Aku merutuki diriku sendiri. Memang ada benarnya, aku bisa melewati enam bulan tanpa Kinal beberapa waktu yang lalu. Mengapa sekarang aku tidak bisa?

Aku beranjak dari sofa lalu melangkahkan kakiku menuju kamar. Sepertinya aku harus mengistirahatkan mata serta badanku. Mungkin dengan beristirahat aku bisa sedikit menerima bahwa Kinal benar-benar pergi untuk sementara.

Aku sudah berganti pakaian dengan pakaian yang lebih santai dan aku juga sudah mulai masuk ke dalam selimut. Namun aku duduk kembali di atas kasur saat mendengar suara pintu terbuka. Aku mengerutkan keningku dan menajamkan pendengaranku. Hening.

Aku mengusap wajahku. Mungkin tingkat halusinasiku sedang tinggi. Aku memutuskan untuk membaringkan badanku dan berusaha untuk memejamkan mataku. Namun mataku kembali terbuka saat mendengar pintu kamarku terbuka. Kuabaikan suara tersebut. Aku memutuskan untuk memunggungi pintu dan berusaha untuk menutup telingaku dengan bantal. Sial, sial, berhenti berhalusinasi Veranda.

"Ekhem," suara Kinal terdengar dari belakang tubuhku.

Apa-apaan! Berhenti berhalusinasi!

"Ve, ngomong-ngomong aku di sini, kamu mau cuekin aku terus nih?" Dan suara itu benar-benar nyata di ikuti dengan sentuhan lembut di kepalaku.

Aku menyibakkan selimutku lalu memutar tubuhku. Terlihat Kinal sedang menyengir ke arahku sambil melambaikan tangannya. Dia mengucapkan kata 'hai' dengan wajah polosnya. Dan hal itu membuatku sedikit geram. Wajahnya begitu menyebalkan!

"Kamu ngapain di sini?" Tanyaku. "Kamu arwahnya Kinal ya? Jangan nakut-nakutin aku!"

Terlihat Kinal memutar bola matanya malas. Ia membungkuk, aku melirik ke arahnya penasaran. Ia sedang membuka sepatu serta kaos kakinya lalu setelah selesai ia langsung mendaratkan tubuhnya di atas kasur. Aku mengerutkan keningku. "Heh, kamu jelasin ke aku! Kenapa kamu balik lagi?"

Kinal bergumam tidak jelas karena ia memposisikan tubuhnya tengkurap dan ia mengarahkan wajahnya ke arah bantal. Beberapa detik kemudian ia memutar tubuhnya menghadap ke arahku. Ia tersenyum. "Tugas aku di undur." Katanya. "Cuacanya lagi buruk di sana. Jadi kemungkinan di undur sekitar satu atau dua bulan." Jelas Kinal.

Ingin sekali aku berjingkrak-jingkrak saat ini juga. Tetapi aku menahannya. Malu!!

Kinal mengerutkan keningnya bingung. Mungkin ia bingung karena reaksiku hanya diam. Hey Kinal, kamu tau nggak? Aku ini lagi nahan supaya nggak teriak keras-keras di depan wajah kamu.

Still Falling For You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang