10

937 174 80
                                    

Aku membuka mataku saat merasakan sinar matahari menyentuh lembut wajahku. Aku mengerang sebentar lalu melirik kesebelahku. Lho, Kinal hilang? Ah, biasanya selalu aku yang bangun lebih dulu. Hari ini tumben dia duluan. Ada angin apa ya anak itu?

"Nyariin siapa sih?" Suara Kinal terdengar sangat lembut dan terdengar sedikit meledek. Ia mendekat ke arahku. "Aku enggak kemana-mana."

"Kamu dari mana?"

"Dari situ tuh," Kinal menunjuk ke arah jendela. "Aku berdiri di situ daritadi merhatiin kamu tidur." Lanjutnya yang langsung membuat pipiku bersemu merah.

"Temen aku hari ini mau dateng." Kata Kinal sambil merapikan rambut yang menghalangi wajahku. "Temu kangen."

"Padahal kamu belum lama ketemu sama temen-temen kamu." Jawabku sambil memberengut mengingat kejadian di mana aku pura-pura di culik itu. Ternyata itu kerjaan Jeje dan Shania. Kinal lah leader mereka. Duh, mereka bertiga memang benar-benar.

Kinal terkekeh. "Ah kamu mah, masih ngambek sama yang itu." Katanya sambil menusuk-nusuk pipiku.

"Ya kamu emang ngerjain aku terus."

Kinal tersenyum lalu mengecup keningku. "Selamat pagi, nice to meet you." Katanya ngawur. Langsung saja aku memukul lengannya. Ia tertawa. "Maksud aku, I love you."

"Love you too."

"To the moon and back nggak, Ve?" Tanya Kinal sambil cekikikan.

"Bulan kejauhan." Jawabku.

"Yaudah enggak usah jauh-jauh ya. Kekasihmu yang satu ini nggak bisa jauh-jauh soalnya dari kamu." Katanya sambil menatapku lembut. Aku tersenyum lalu mengangguk.

Kinal menghela napasnya lalu mendekat ke arahku. Ia duduk di tepi kasur dengan tubuh menghadap ke arahku. "Ve, kalau di pikir-pikir, kayaknya aku nggak bisa deh hidup tanpa kamu." Kata Kinal. Aku menatapnya malas. "Aku serius lho." Katanya lagi setelah melihat ekspresi dariku.

"Kok gitu? Coba jelasin." Kataku merubah posisi menjadi duduk. Aku menatapnya antusias tidak sabar mendengar penjelasan darinya.

Kinal mengusap dagunya tanda ia sedang berpikir. Beberapa detik kemudian ia menjentikan jarinya. "Soalnya waktu aku tidur aja mimpinya mimpiin kamu, padahal kamu ada di sebelah aku. Terus, kalau kamu lagi ngajar, aku ngerasa hampa sekali. Padahal cuma sebentar aja. Jadi aku menyimpulkan bahwa aku enggak bisa hidup tanpa kamu." Jelas Kinal.

Aku mengangguk-ngangguk dengan senyum mengukir indah di bibirku. Astaga manusia satu ini padahal masih pagi.

"Yah emang, itu alasan kedua aku bertahan hidup." Lanjutnya sambil mengangkat bahunya. "Yang pertama kan oksigen. Tapi Tuhan dengan murah hati memberi oksigen sebanyak ini tanpa pungutan biaya." Katanya yang ada benarnya juga. Aku mengangguk setuju.

"Jadi sebagai rasa terima kasih aku ke Tuhan, aku bakal jaga satu makhluk ciptaanya dengan sepenuh hati aku sebab aku nggak bisa ngasih apa-apa ke Tuhan. Aku cuma bisa minta." Katanya sambil menyentuh ujung hidungku dengan jari telunjuknya. Setelah itu ia tersenyum. "Selamat hari jadi yang ke entah berapa. Aku harap kita bisa sama-sama sampai nanti ya."

Aku terkekeh lalu mengusap pipi kanannya. "Selamat hari jadi juga Kinal. Terima kasih."

"Buat?" Tanyanya dengan kening mengerut.

Aku mengangkat bahuku. "Untuk segalanya." Kinal tersenyum lalu mengangguk. "Sama-sama."

Aku menghela napasku lalu menatap jauh ke dalam matanya. Sepertinya, aku tidak perlu tau hubungan Naomi dan Kinal di masa lalu sebab aku percaya sepenuhnya kepada seseorang yang ada di hadapanku ini. Lagipula, itu hanya masa lalu. Ada baiknya masa lalu tidak perlu diungkit lagi. Jadi aku memutuskan untuk mengubur dalam-dalam masa lalu Kinal dan berusaha untuk menerima Kinal meskipun ia memiliki masa lalu yang buruk.

Still Falling For You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang