3

2K 250 25
                                    

Mungkin ini tidak penting bagimu. Bagian yang mungkin membuatmu bosan. Sebab, perasaanmu tak sama dengan apa yang aku rasakan. Percakapan-percakapan tak jelas itu, mungkin hal yang tidak terlalu berarti bagimu. Juga chat dan pesan singkat yang lebih sering kamu balas dengan satu dua kata saja. Dan kadang, kamu begitu menyebalkan. Hanya membalas dengan satu huruf, "Y". Namun semua itu menjadi penting bagiku. Aku hanya ingin tahu, bahwa kamu masih ada.  

  ***** 

Aku melangkahkan kakiku membelah halaman rumah Shania yang super besar ini dengan tampang cemberut dan lengkap sambil menggerutu. Kinal selalu aja bikin aku kesel. Kalo gak gangguin aku, ya ngerepotin aku kaya begini. Pake segala minta bawain Playstation segala ke rumah Shania. Duh.

Aku suka bingung sendiri. Giliran gak ada dia, aku kangen setengah mati. Kalo ada dia, dia bikin aku emosi terus. Tapi aku sayang. Argh, beautiful frustration ini mah.

Setelah sampai di depan pintu rumah Shania yang menjulang tinggi ke atas, aku langsung memijit bel beberapa kali dan keluarlah Shania dari dalam rumahnya dengan pakaian santai.

Shania tersenyum manis padaku. "Eh, Kak Ve. Masuk sini masuk." Shania melebarkan pintu untukku lalu menutupnya kembali setelah aku sudah masuk ke dalam. "Kinal ada tuh, di ruang tengah lagi ngemil. Marahin gih Kak, udah berapa bungkus tuh dia makan cemilan aku." Shania mengadu padaku dengan wajah cemberut.

Aku terkekeh. Shania ini. Umurnya padahal gak jauh beda dengan Kinal, tapi tingkat kekanak-kanakannya masih saja melekat sampai sekarang.

"Nih," aku menyodorkan totebag yang berisi PS milik Kinal di depan wajahnya. Kinal mengangkat kepalanya guna menatapku. Langsung saja aku memasang tampang bete. Bukannya rayu, dia malah nyengir. Ish, nyebelin gak sih?

Aku melempar tubuhku ke sofa lalu melipat kedua tanganku di depan dada. Aku menatapnya dengan tatapan tajam. Sedangkan yang di tatap sibuk memasang game station miliknya. Astaga, kenapa aku punya pacar begini banget? Pingin jambak rasanya!

"Kinaaaaaaal!!" Ugh, akhirnya aku kan yang buka suara. Gak bisa aku di cuekin begini!

"Hm?" Hanya dehaman. Oke, fix. Aku ngambek.

"Kamu gitu ish. Aku udah bawain jauh-jauh PS laknat kamu itu. Pas di sini akunya malah di cuekin." Gerutuku. Aku mengambil bantal yang berada di dekatku lalu kulempar ke arahnya. Dia hanya diam. "Pilih aku atau PS?!"

"Dua-duanyaaaa." Jawab Kinal tanpa menoleh ke arahku.

Aku menggeram. Aku mendekat kearahnya lalu kujambak rambutnya. "Sukurin! Makan nih."

"Aduh, duh." Ringis Kinal mencoba menjauhkan tanganku dari rambutnya. "Sakit dong Ve, sakit."

Aku menghela napasku lalu cemberut. "Gitu aja terus. Males aku sama kamu. Aku mau pulang aja." Aku bangkit dari sofa hendak berjalan menuju pintu. Namun dengan cepat Kinal menahan pergelangan tanganku. Aku menoleh. "Kenapa?" Tanyaku ketus.

Still Falling For You [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang