"Vee, sepatuku mana yaa!!" Teriak Kinal dari arah dapur.
"Kan kamu yang pake. Kok nanya aku?" Jawabku ikut berteriak sebab sekarang posisiku berada di kamar sedang merapikan barang yang Kinal acak-acak tadi.
"Kemana sih!" Terdengar suara bantingan dari arah luar, dan aku tau pasti ini kelakuan Kinal. Aku hanya memutar bola mataku malas. Dia itu kebiasaan. Barang dia yang pake, dia juga yang lupa naronya dimana. Dan pasti, aku yang di salahkan.
"Veeee kemarin kan kamu kayaknya pinjem deh," katanya. Benar bukan? Pasti aku yang kena sasaran.
Aku mendengus lalu menutup lemari dan segera berjalan keluar kamar untuk menghampirinya. Aku langsung menghela napasku saat melihat keadaan rak sepatu yang lagi-lagi Kinal acak-acak.
"Mana?!" Tanyanya dengan kening berkerut.
"Kan kamu yang pake. Aku mana ada pinjam sepatu kamu." Jawabku sambil bersedekap dada. "Liat aja, kaki kamu sama kaki aku beda jauh." Kataku sambil menatapnya malas.
Kinal menggaruk belakang kepalanya. "Iya juga ya," gumamnya pada diri sendiri. Ia mengacak-acak rambutnya lalu berjalan menuju ruang santai. Dan lihat, siapa yang akan membereskan kekacauan ini? Huft, lagi-lagi aku.
"Kunci mobilku mana Veee!!!!" Belum selesai dengan sepatu yang ia acak-acak, lagi-lagi teriakan Kinal terdengar lagi. Astaga Tuhan.
"Bisa gak sih kamu cari dulu, baru kalau nggak ada nanya ke aku!" Kataku dengan sedikit membentak.
Kinal yang mendapat bentakan dariku hanya diam mematung menatapku dengan tatapan yang sulit untuk ku artikan. Aku menghela napasku merasa bersalah. Aku mendekat ke arahnya lalu langsung memeluknya. "Maafin aku."
Aku mengangkat kepalaku guna menatap wajahnya masih dalam posisi setengah memeluknya. Kinal masih diam. Aku memberengut. "Ih Kinal mah, aku minta maaf. Lagi kamu sih bikin aku sebel." Ujarku dengan nada manja.
"Kinaaal,"
.....
"Sayaaang,"
Kinal masih diam. Aku cemberut. Kinal nyebelin.
"Cari ikan yuk," ajaknya yang langsung membuatku melongo. Ia menyengir. "Aku mana bisa sih marah sama kamu." Katanya sambil mencubit gemas kedua pipiku.
Ia terkekeh lalu mengacak-acak puncak kepalaku lalu setelah itu mencium pipiku sekilas. "Yuk, kuncinya udah ketemu nih." Katanya sambil menunjukan kunci mobilnya kepadaku.
"Lah kan, malah kamu yang ngambek." Katanya sambil berdecak dengan kepala menggeleng. "Tadi aku yang ngambek. Sekarang kamu. Gak kelar-kelar udah."
"Ih iya ayuuuk," aku menarik tangannya saat ia hendak beranjak meninggalkanku.
"Yaudah, pake jaket sana." Perintahnya sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
"Ih gak usah."
"Kamu mau pamer-pamer? Iya?" Tanyanya sinis. Aku mengerutkan keningku tanda tidak mengerti. "Tuh, baju kamu tembus pandang."
"Apaan sih." Aku memukul bahunya cukup keras dan dia malah tertawa. Nggak habis pikir aku sama dia. Kenapa tingkat nyebelinnya makin parah coba.
Dia melepaskan jaket yang ia kenakan lalu memasangkannya di badanku. "Udah pake punya aku aja. Kamu kelamaan kayak siput. Ayok."
Dia menarikku dengan tangan menggenggam erat tanganku. Kinaaal, kapan sih kamu nggak bikin aku meleleh kayak gini?
"Ve, aku tau kamu sedang terluka." Katanya tanpa mengalihkan fokusnya dari jalanan. Aku mengerutkan keningku bingung. "Kamu mau aku sembuhin gak?" Tanyanya sambil melirik ke arahku sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Falling For You [Completed]
FanfictionHighest rank #758 in Fanfiction. Suara dariku, Devi Kinal Putri. Sekuel dari Blinded. 10/12/16 - 12/7/17