PART 2

422 30 0
                                    

Milly membuka matanya perlahan. Tiba-tiba ia merasakan sakit di tulang pipinya.

"Milly? Lo udah sadar?" Ujar Dio yang membantu Milly terduduk. "Lo nggak apa-apa?" Tanya Milly pada Dio. "Harusnya gue yang nanya gitu. Nih minum dulu," Dio memberikan segelas air putih pada Milly. "Lo kenapa bisa berantem sama Arga sih Di?" Tanya Milly bingung.

"Masalah kecil doang kok. Bukan apa-apa." Ujar Dio, yang tentunya berbohong.

"Itu pipi lo lebam, kalau Mami sama Papi lo nanya gimana?" Milly menggeleng. "Seminggu ini Mami sama Papi lagi ke New York, jadi mereka nggak akan tau. Paling Millo doang yang tau." Dio mengangguk. "Oh ya, baliknya gue ada latihan futsal jadi maaf ya gue nggak bisa antar? Mira bilang kalau udah bell dia langsung kesini kok. Atau lo mau gue telpon Millo atau Pak Anto buat jemput lo?" Milly menggeleng lagi. "Gue nggak apa-apa kok."

Bell pulang sekolahpun berbunyi, Tak lama kemudian Mira langsung datang membawa tas sahabatnya itu.

"Milly darla, c'mon we go home." Ujar Mira yang datang dan berbicara seperti Clara, Mami Milly. "Kok lo jadi kayak Mami sih? Yaudah ayo. Oh ya semangat latihannya Dio." Ujar Milly. "Iya Milly ku sayang," Dio mengacak rambut Milly. Bagi mereka, kata sayang sudah biasa diucapkan. Namun, tetap saja dengan kata itu mampu membuat jantung Milly tak karuan.

"Jadi namanya Milly.." Gumam Arga yang mengintip dari balik jendela. "Yaudah gue duluan ya." Ujar Dio. Mendengar Dio berkata demikian, Arga terlebih dahulu pergi.

- - -

Arga membuka matanya begitu mimpi buruk menghampirinya, hari ini ia tidak sekolah, dikarenakan ia di skorsing selama satu minggu akibat ulahnya itu.

"Milly!" Panggil Dio, ketika cewek itu hendak ke kantin menyusul Mira. "Dio? Ada apa?" Tanya Milly. Dio tak menjawab, ia membuka masker yang Milly kenakan dan kemudian ia menyentuh pipi Milly yang masih terdapat bekas berwarna ungu disana.

"Masih sakit?" Tanya Dio. Milly menggeleng. "Maafin gue ya Mil.. gara-gara gue lo-" "Bukan salah lo kok Di, santai aja. Lagian itukan salahnya si cowok urakan satu itu. Gue yakin lo nggak salah." Dio tersenyum tipis.

Lo salah Milly. Sebenernya gue yang salah, gue mancing dia duluan.

"Lo mau ke kantin?" Milly mengangguk. "Gue yang traktir ya?" Milly tersenyum. "Gitu kek, kapan lagi gue di traktir cowok pelit kayak lo?" Milly menyeringai. "Yee gue bukan pelit tapi gue hemat Mil! H-E-M-A-T." Ujar Dio. "Ya ya ya serah, yuk kantin." Milly dan Dio pun pergi ke kantin.

OM TELOLET OM ( 5 )

Rian Ananta : Gue denger kita balik cepet bro.

Mario Januarta : Sotau lo curut.

Rian Ananta : Serius anjink, gue abis dari ruang guru.

Aldo Alzacschwan : Ga lo dimana?

Bagas Razaktha : Kuylah hangout.

Arga Altharizz : Balik jamber?

Rian Ananta : 11 kayaknya.

Mario Januarta : Kuylah hangout.2

Aldo Azachscwan : ^3.

Rian Ananta : ^4.

Arga melirik kearah jam dinding dikamarnya. Waktu menunjukan pukul 10.40 WIB. Dengan gerak cepat, Arga mengambil jaket merah kesayangannya kemudian menyambar kunci motor dan bergegas pergi.

"Loh den, mau kemana?" Tanya Bi Inah yang melihat Arga terburu-buru menuruni tangga.

"Urusan bentar." Ujarnya tanpa melihat ke Bi Inah karena sangat terburu-buru.

"GUYS, SEKARANG UDAH BOLEH PULANG. GURU-GURU LAGI ADAIN RAPAT. TUGASNYA DIKUMPUL BESOK!" Ujar Rayan si ketua kelas XII IPA 3. Dan seisi kelas pun menjadi ramai.

"Gue dijemput nih Mil sama kakak gue, gue duluan ya!" Ujar Mira yang melambaikan tangan pada Milly. Dan Milly mengangguk sambil tersenyum.

Drrrt.

Dio Cavaresta : Mil, maaf gue nggak jadi balik bareng. Gue ada latihan futsal.

Radmilly Anouska D. : Iya gapapa, semangat latihannya :)

Milly memasukkan kembali handphone nya.

Hari ini ia harus pulang sendiri, tak ada Mira, Dio, Pak Anto, Mami atau bahkan adiknya Millo yang menemani nya pulang. Milly benci sendiri. Entah karena apa, ia merasa aneh jikalau harus pulang seorang diri. Sebenarnya, banyak saja yang searah dengannya. Namun Milly bukan tipikal orang yang pandai bergaul.

Sesampainya digerbang, Milly berjalan menyebrang untuk menunggu angkutan umum di halte. Kali ini tak cukup ramai, biasanya jika pulang lebih cepat, anak-anak SMA Harapan lebih memilih menongkrong di beberapa cafe terdekat ketimbang pulang ke rumah. Berbeda dengan Milly, gadis itu lebih suka menghabiskan waktunya di rumah dengan segala novel nya.

Milly terduduk cukup lama di kursi halte. Seperti menunggu sesuatu yang tak akan datang. Sekolah bahkan sudah terlihat sepi dari sebrang sini. Paling hanya beberapa anak eskul yang berada didalam, beberapa orang di halte pun sudah menghilang. Menyisakan diri nya sendiri.

Sebenarnya angkutan umum jurusan rumah Milly sudah berlalu lalang sedari tadi, namun ia tetap duduk disana karena ia masih ragu untuk pulang seorang diri. Jadi ia mungkin akan menunggu Dio, walau entah sampai kapan. Selama ini pun Milly tak pernah naik angkutan umum sendirian, dan keluar rumah hanya seorang diri. Terkadang ia pun meminta ditemani oleh Wati, anak pembantunya untuk keluar rumah.

"Dio masih lama ya.." Gumamnya sendiri sambil melihat jam tangan yang melingkar di tangan kiri nya yang mungil.

Tiba-tiba saja sebuah motor putih berhenti tepat didepannya, si pemilik itu turun dari motor dan tiba-tiba saja menarik lengan Milly.

"Eh Woy!" Milly tersentak. "Lepasin gue lepasin!" Ujarnya. Si pemilik motor masih memegang lengan Milly kemudian memberinya isyarat untuk naik. "Lo siapa? Mau bawa gue kemana?" Namun si pemilik motor tak menjawab dan memberi Milly isyarat lagi untuk naik ke motornya. Dengan ragu, Milly naik keatas motor itu, kemudian si pemilik pun menaiki motornya. Dan mereka melaju membelah ruas jalan dengan cepat.

- - -

TBC

AMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang