PART 9

262 18 0
                                    

"Millo? Ngapain lo disini?" Tanya Milly pada adiknya yang sedang berada dikamarnya, selepas ia mengantar Arga ke depan rumahnya.

"Mil, gue harap lo bisa bantu Arga." Milly mengerutkan keningnya. "Bantu apaan? Orang dia kagak kenapa-kenapa." Ujar Milly.

"Dia emang nggak kenapa-kenapa, tapi hatinya.. dalam hatinya dia kenapa-kenapa Mil. Lo nggak tau betapa rapuhnya Arga. Arga itu butuh satu sosok yang bisa balikin dunia nya lagi. Dia butuh itu."

"Ya terus apa hubungannya sama gue Millo?"

"Lo bakalan tau nanti." Ujar Millo yang kemudian keluar dari kamar Milly.

- - -

"Milly?" Ujar Arga.

"Lo udah sadar.." Ujar Milly. "Gue kok bisa disini?" Tanya Arga. "Lo pingsan tadi Ga." Ujar Mario. "Ka-kalau gitu gue mau balik ke kelas." Ujar Mily. Arga menahan Milly, memegangi pergelangan tangannya. "Temenin gue disini." Ujar Arga kemudian menengok ke arah Mario. "Lo disini aja, gue ke kelas. Nanti gue izinin lo Mil." Ujar Mario yang mengerti tatapan Arga. "Eh?" Ujar Milly, dan Mario meninggalkan UKS.

"Bu Dewi aja udah keluar, si Milly masa belom balik sih?" Gumam Mira yang kini berada di depan kelas. "Mira." Panggil Mario. "Hah?" Ujar Mira yang terkejut. "Milly di UKS nemenin Arga." Mira mengangguk, sedetik kemudian ia melongo terkejut. "Kata lo tadi Milly nemenin Arga?" Mario mengangguk. "Ini nyata kan?" Mira menepuk kencang pipinya sendiri. "Aw." Mario tertawa. "Iyalah nyata, lo lucu." Ujar Mario membuat Mira tersipu malu.

"Kalau lo masih sakit nggak usah masuk." Ujar Milly yang kini terduduk dikursi sebelah kasur.

"Ternyata lo perhatian juga." Ujar Arga yang telah terduduk.

"Makasih udah mau khawatirin dan perhatian sama gue ya Mil." Ketika Milly hendak membantah ucapan Arga, cowok itu membuak suara lagi.

"Bahkan orang tua gue aja nggak bakalan peduli walau gue jatuh ke jurang sekalian pun." Milly diam, membiarkan Arga berbicara.

"Gue udah nggak perlu nutupin siapa orang tua gue ke elo 'kan? Setidaknya gue seneng gue nggak perlu berbohong didepan lo soal orang tua gue. Gue percaya sama lo kok Mil, selain cuma teman-teman gue dan elo yang tau.. disini Pak Toni juga udah tau. Dan gue percaya sama kalian. Tau nggak sih? Nama gue itu ada Ashan nya juga. Arga Altharizz Putra Ashan. Tapi itu nggak gue pake."

"Lo tau kenapa gue nutupin ini semua? Gue nggak mau bikin mereka malu. Seorang Bara Ramano Ashan, pemilik sekaligus kepala sekolah SMA Harapan ternyata memiliki anak yang urak-urakan dan pembuat onar. Atau seorang Catalia Stewart ternyata memiliki anak yang hanya bisa membuatnya malu di depan media. Nggak lucu kan?" Arga tertawa hambar.

"Jujur.. gue bosen sama semuanya. Harus nyembunyiin status gue lah, inilah itulah. Gue pengen berubah lagi jadi gue yang dulu. Jadi seorang Arga yang pernah bikin Mama sama Papa bangga karena prestasi gue sendiri. Tapi gue nggak bisa balik lagi. Semuanya udah ancur. Gue hidup bagaikan gue mati, bahkan gue nggak nikmatin hidup ini semenjak.."

"Arga.." Milly memegangi lengan Arga sambil menatap sendu kearah cowok yang tengah menahan air matanya itu agar tidak tumpah.

Kali ini, untuk pertama kalinya, Milly melihat sosok lain dari seorang Arga Altharizz Putra. Dan melihat itu semua, membuat Milly merasa sedih.

"Kalau lo nggak kuat, nggak usah dilanjut." Ujar Milly menenangkan.

PRANK!

"Kemana kamu selama ini? Anak kamu sedang sakit Catalia!" Bentak Bara dengan emosinya.

"Apa? Kamu tanya kemana aku? Lalu apa kamu itu Bara? Kamu bahkan jauh lebih sibuk dengan urusan yayasan ketimbang anak kamu sendiri!"

"Apa kamu tidak mengaca? Kamu lebih memilih job untuk pemotretan dan segalanya! Dimana peran kamu sebagai seorang Ibu?"

"Dimana kamu sebagai seorang Ayah?"

PLAK!

Bara menampar Catalia karena emosi yang telah menyelimutinya.

"KITA CERAI!" Ujar Catalia, Bara mematung ditempat.

Tanpa mereka sadari, dibalik pintu.. Arga yang baru saja pulang sekolah dan membawa piala hasil nya dalam perlombaan olimpiade kemarin telah mendengar seluruh perdebatan kedua orang tuanya.

Catalia membuka pintu kamar, Ia terkejut melihat Arga. Bersamaan dengan jatuhnya piala itu dari genggaman lengan Arga.

"Arga.." Ujarnya pelan mendekati Arga. "JANGAN MENDEKAT!" Ujar Arga kencang. Bara ikut keluar dari kamar. "Arga." Panggil Bara. "ARGA BENCI MAMA SAMA PAPA!" Ujarnya kencang sambil menggeleng dan mengeluarkan air mata. Lalu ia berlari keluar rumah, entah kemana.

"Arga.." Panggil Milly yang telah ikut menangis, gadis itu kini berdiri dan memeluk Arga. Membiarkan cowok itu menumpahkan semuanya.

Dio yang sedang melangkah menuju ruang guru itu, matanya tak sengaja menatap ke dalam UKS. Dilihatnya, dua orang yang ia kenali sedang berpelukan didalam UKS. Sedetik kemudian, amarahnya mulai memuncak. Rahangnya mengeras, serta kini tangannya sudah mengepal kuat.

- - -
T

BC

Hola, gimana ceritanya? Udah lama nggak update hehe

Salam Canci,

-Dels.

AMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang