PART 10

359 19 2
                                    

"Nggak usah cari kesempatan lo anjing!" Desis Dio, menarik Milly kemudian meninju wajah Arga. "DIO!" Bentak Milly, Dio menoleh kearah Milly. "Lo keterlaluan." Ujar Milly yang membuat Dio bingung. Kemudian Milly menarik Dio keluar dari UKS, menuju taman belakang.

"Mil, dia udah nyari kesempatan buat meluk lo kayak tadi." Ujar Dio sesampainya mereka disana. "Lo harusnya tanya gue dulu! Jangan langsung jotos dia kayak begitu!"

Dio menggeleng.

"Kenapa gue harus tanya? Jelas-jelas kenyataannya gitu." Ujar Dio.

"Udahlah, lo itu nggak tau apa-apa."

"Gue itu sahabat lo Milly, gue berhak tau apapun. Dan gue nggak mau lo kenapa-kenapa."

"Nyatanya gue juga nggak apa-apa 'kan? Yaudahlah nggak usah dipermasalahin."

"Lo bilang gitu seakan lo ngebela Arga." Ujar Dio.

"Ya kan lo yang salah, kalau lo nggak salah juga gue nggak gini." Ujar Milly.

Dio menggeleng-geleng lagi.

"Lo berubah Milly. Lo bukan Milly yang gue kenal."

Milly mendengus. "Di, udah deh ya? Berhenti lo nethink sama Arga. Gue lelah sama lo yang selalu nethink."

Dio tersenyum miring.

"Oke. Oke kalau lo lelah sama gue. Nggak masalah. Sekarang kan udah ada Arga, jadi lo nggak butuh gue lagi. Iya 'kan?"

Milly mengacak rambutnya.

"Bukan gitu Di-" "Gue nggak nyangka lo berubah." Dio meninggalkan Milly.

Milly membuka pintu UKS, namun Arga sudah tak lagi berada disana.

Kemana dia? Batin Milly bertanya.

Jam istirahat tiba, Milly dan Mira sudah berada dikantin sekarang. "Arga." Ujar Milly yang bangkit dari duduknya begitu cowok itu datang, membuat Mira bingung. "Lo udah nggak apa-apa?" Tanya Milly pada Arga. "Gapapa kok." Ujar Arga tersenyum. "Oke." Arga mengacak rambut Milly. "Udah ya." Kemudian ia pergi dengan teman-temannya dan Milly terduduk kembali.

"Eh itu Dio! Di kesini!" Seru Mira yang melihat Dio berdiri tak jauh dari mereka. Mata Milly dan Dio bertemu, sedetik kemudian Dio memilih tempat lain ketimbang bersama mereka. Dan Milly asik dengan jus jambu nya.

Mira menatap Dio bingung, kemudian menatap Milly.

"Lo berantem sama dia?" Tanyanya pada Milly. Milly hanya mengangkat bahu cuek. Jujur saja, ia tidak suka akan sikap Dio yang tadi.

"Lo berantem gara-gara Arga?" Lagi-lagi Milly mengangkat bahu nya cuek. "Ih Milly! Lo utang penjelasan sama gue!" Mira mengerucutkan bibirnya. "Bukan gitu, gue lagi kesel aja sama Dio. Bisa-bisanya dia nonjok Arga tanpa nanya apa-apa dulu ke gue." Mira menautkan kedua alisnya.

"Gara-gara?" Tanyanya lagi bingung.

"Emm.. Arga tiba-tiba aja curhat gitu sama gue tentang keluarganya. Ternyata, dibalik Arga yang selalu buat onar itu.. sisi lainnya rapuh juga. gue nggak tega, gue dengernya aja sedih. Ya gue peluk dia karena dia udah mau nangis. Biar emosinya tumpah ajasih. Terus si Dio dateng dan langsung narik gue terus nonjok Arga yang notabenenya lagi sakit."

Mira mengangguk paham. "Emang ya... kita nggak ada yang tau walau Arga keliatannya kuat ternyata dia rapuh juga." Milly tersenyum tipis. "Karena sekuat apapun orang, pasti dia punya sisi lemahnya juga Mir."

- - -

"Arga?" Ujar Milly yang melihat Arga bersender dekat pintu kelasnya, dengan kedua lengannya yang ia masukan ke saku celananya. "Balik bareng?" Tawarnya pada Milly. "Gimana ini?" Tanya Milly berbisik pada Mira. "Udah gapapa, hibur dia. Dia butuh orang yang bisa jadi penghiburnya." Milly mengangguk. "Oke." Ucapnya pada Arga kemudian.

"Lo laper nggak?" Tanya Arga. "Hm, tadi gue minum jus doang." Arga mengangguk kemudian mempercepat sedikit laju motornya.

"Walau ini Cuma warteg, tapi makanan disini enak kok." Ujar Arga setelah mereka berhenti disalah satu rumah makan yang terlihat bersih itu.

"Nggak masalah," Milly melangkah masuk duluan. Arga tersenyum.

Lo bikin gue makin keinget sama dia Mil.

Disinilah, di warteg sederhana ini, Arga dan Milly makan bersama. Untuk pertama kalinya, diiringi tawa bahagia. Mereka saling bertukar cerita atau bahkan bersenda gurau. Dan itu membuat sedikit perubahan pada hati Milly yang dulu sangat membenci Arga.

- - -

"Tuan ini ada undangan dari asisten nyonya. Dan satu minggu lagi Den Arga ulang tahun." Ucap Bi Inah, pada Bara.

"Yaudah, suruh Arga milih mau hadiah apa ya Bi. Minggu depan juga saya ada rapat." Ujar Bara kemudian memasuki ruang kerjanya, tanpa mengambil undangan itu.

"Kasian Den Arga.." Gumam Bi Inah.

"Bibi!" Seru Arga dengan senang. "Eh Aden udah pulang?" Arga mengangguk sembari tersenyum. "Apa itu?" Tanyanya menunjuk undangan dengan kertas merah tebal yang terlihat elegan. "Anu.. ini.." Arga mengambilnya.

Wedding

Day : Saturday, 28th January 2018.

Time : 8 AM.

Place : Kubah Mas mosque.

Wedding Reception

Day : Saturday, 28th January 2018

Time : 7 PM - Midnight.

Place : Jakarta Convention Center.

Arga diam, memperhatikan kertas undangan yang kini ia pegang. "Papa mana Bi?" Tanyanya kemudian. "Di ruang kerja Den. Tuan bilang ke Bibi Den Arga disuruh milih buat hadiah ulang tahun, soalnya Tuan ada rapat nanti pas hari itu. Dan juga nyonya..." Arga berbalik lagi, keluar dan pergi menggunakan motornya entah kemana. Ia ingin menenangkan pikirannya.

Arga memberhentikan motornya disebuah jembatan jalan besar. Ia turun dari motornya, menatap lampu-lampu rumah, gedung, atau apapun itu yang nampak dari atas sini. "ARGHHH!" Ia mengacak rambutnya, frustasi. Kemudian ia menutup wajahnya, terduduk dan menangis disana.

Tiba-tiba saja seseorang datang, memberikannya pelukan yang nyaman serta hangat.

- - -

AMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang