PART 23

140 9 1
                                    

"Laper banget ya? Makannya sampe lahap gitu."

Milly meletakkan tusuk sate yang ia pegang.

"Lahap tuh bentuk rasa syukur atas makanan."

"Baca doa dulu gak tuh tadi? Takut aja kan lagi makan di bantu setan."

Arga benar, Milly belum membaca doa makan.

"Aamiin." Ujarnya setelah membaca doa dalam hati.

"Tuhkan, baru baca doa."

Milly tak menggubris dan tetap menyantap sate ayam terlezat yang pernah ia temui itu.

"By the way, selama gue di jakarta gue gak pernah makan sate ayam seenak ini." Milly membuka suaranya.

"Enak banget ya?"

Milly mengangguk sedangkan Arga hanya tersenyum kecil.

"Lo tau dari mana deh tempat ini?" Tanya Milly.

"Someone."

Milly menghentikan gerakannya begitu melihat raut wajah Arga yang agak berubah sendu, seperti teringat sesuatu.

"Special?" Tanya Milly.

"Kayak martabak aja." Arga cengengesan.

"Kalau gak special, muka lo gak mungkin begitu."

"Gitu gimana?"

"Ya gitu."

"Ganteng?"

Milly mengerlingkan matanya, "Mual banget gue dengernya."

"Jangan di muntahin, sayang Mil satenya dapet beli tuh." Arga tertawa melihat ekspresi Milly.

"Ish." Milly hanya menggerutu kecil dan kembali melanjutkan makannya.

Seusai memakan sate miliknya, Milly menatap Arga yang masih melahap sate yang tersisa sedikit.

"Lo tadi ke mana deh?" Tanya Milly penasaran.

"Kok kamu tau aku gak ada? Nyariin ya?" Arga menaikkan sebelah alisnya sembari tersenyum.

"Iya. Emang lo ke mana?"

"Tumben ngaku."

"Jawab Arga." Ujar Milly setelah menghela napasnya.

"Pulang, tidur sebentar." Jawab Arga santai.

"Lo sakit apa sih?" Tanya Milly to the point.

"Emangnya aku keliatan penyakitan ya Mil?"

Milly yang merasa takut Arga tersinggung itu pun mencari alasan.

"Ng-nggak, bukan gitu, maksud gue ya–"

"Aku gak apa-apa." Arga tersenyum manis.

"Serius?"

"Seribu rius malah." Arga lagi-lagi tertawa cengengesan.

"Bohong." Milly tahu ada yang Arga sembunyikan darinya.

"Abis ini mau ke mana?" Tanya Arga.

"Balik lah, udah sore."

"Nggak mau nonton dulu?" Tawar Arga.

"Ngapain?"

"Dating." Jawab Arga santai.

"Ini anak emang kalau ngomong seenak jidat." Batin Milly.

"Ogah, males."

"Yaudah nggak hari ini."

Milly menautkan kedua alisnya.

"Sabtu, jam 4 sore aku jemput di rumah."

"Nggak ah, senin kan UN. Gila ya lo?"

"Refreshing sebelum UN." Arga berdiri sambil mengacak rambut Milly dan bergegas ke kasir.


- - -

"Dio, sudah pulang? Mama tadi masak, katanya kamu suka ayam bakar, jadi tadi mam-" Ucapannya terpotong karena Dio menggebrak meja makan.

"Jangan pernah panggil diri anda dengan sebutan mama. Karena anda tidak pantas menjadi seorang ibu." Ujarnya penuh penekanan sambil menatap tajam Catalia.

"Sebenarnya kamu itu kenapasih? Salah saya sama kamu itu apa? Saya sudah berusaha ya Dio untuk jadi ibu tiri yang baik untuk kamu, tapi ke-"

"Anda gak perlu jadi ibu yang baik untuk saya, kalau untuk anak anda sendiri pun anda tidak pernah jadi ibu yang baik. Bagaimana untuk orang lain?"

"Maksud kamu apasih?"

Dio menghampiri Catalia, membuatnya sedikit berjalan mundur karena jarak mereka yang dekat.

"Coba tanya sama diri sendiri, apa makna seorang ibu? Apa arti seorang ibu? Apa tugas seorang ibu? Untuk anaknya. Pernah gak Arga dapatkan itu?"

Catalia terdiam, keringat dingin membasahi pelipisnya.

"Ke mana anda ketika Arga butuh pelukan ibunya? Ke mana anda ketika Arga sakit?"

"Ohh," Dio memajukan wajahnya dan membisikkan sesuatu di telinga Catalia.

"Selingkuh?" Catalia menampar Dio reflek dan kemudian beruaha meminta maaf.

"Dio, maaf saya-"

"See? Kaget kan saya tahu faktanya." Dio berjalan mundur.

"Saya bisa jelasin Dio."

Dio menggeleng, "Gak perlu, gak butuh. Penjelasan anda gak membuat ibu saya kembali lagi, penjelasan anda gak membuat keluarga saya utuh lagi." Ujarnya lalu pergi meninggalkan rumah.

"Dio!" Panggil Catalia yang tidak di gubris.

Catalia duduk di kursi makan, menyeka keringatnya dan menelungkupkan wajahnya.

"Akhiran ini Arga keliatan pucet banget." Aldo membuka suaranya, memecah keheningan dengan teman-temannya.

"Dia sakit, Yo?" Tanya Rian pada Mario.

Mario menatap ketiga temannya, "Gue gak tau."

"Yo, kalau ada apa-apa ya ceritain aja." Ujar Bagas.

Mario hanya diam dan kembali memainkan ponselnya.

Dio menatap ke arah rumah bergaya american style di sebrangnya, melihat Milly yang baru saja keluar dari mobil Arga.

Arga menyusul Milly keluar dari mobilnya, berbicara sesuatu yang membuat Milly terlihat gugup dan kemudian langsung memasuki rumahnya. Tak lama kemudian, Arga memasuki mobilnya dan meninggalkan rumah Milly.

Dio menancapkan gas mobilnya dan ikut pergi meninggalkan tempat tersebut.

- - -

Hallo, apa kabar semuanya? Semoga kalian selalu dilindungi olehNya.

Aku mau minta maaf karena jarang update dan terima kasih untuk pembaca setia yang selalu mendukungku. Stay safe and healthy everyone!

Jangan lupa vote&comment ya!😊

AMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang