PART 19

133 10 2
                                    

Seharian ini ada yang berbeda, Milly tak melihat tanda kehadiran Arga, bahkan sampai jam pulang sekolah. biasanya Arga akan muncul ketika ada kesempatan, tetapi tidak dengan hari ini. Seolah Arga menghilang sejak hari pernikahan ibunya. Terakhir Arga mengabari Milly ia telah sampai di rumahnya setelah mengantar Milly pulang malam itu. 

"Mario," 

Mario yang sedang merapikan tasnya pun menoleh pada seseorang yang memanggilnya. 

"Kenapa Mil?"

"Ar-" 

"Oh, Arga nggak masuk. Gue cabut duluan ya." Ujar Mario singkat dan langsung pergi meninggalkan Milly.

"Eh tapi, dia sakit?" 

Mario hanya menengok sekilas ke arah Milly tanpa mengucapkan apapun. 

Ketika keluar kelas hendak pulang, Milly memilih jalan memutar yang melewati ruang kelas Arga. sedikit berjinjit, Milly mengintip dari jendela kelas yang menampilkan ruang kelas yang hanya tersisa beberapa anak perempuan yang sedang berdandan. Karena berjalan tanpa melihat ke arah depan, Milly menabrak tubuh seseorang.

"Sorry." 

Dio.

Tanpa mengatakan apapun, Milly melangkahkan kaki dengan cepat untuk menghindari Dio.

- - -

"Kata Bi Inah, kamu sakit?" Bara memasuki ruang kamar putra sematawayangnya, di lihatnya Arga sedang memainkan gitar kesayangan miliknya. 

"Biasa." Ujarnya singkat. 

"Kamu masih minum obat kan? Kapan terakhir kali kamu check up?"

"Nggak perlu check up juga nggak masalah, toh Arga cuma ting–"

"Arga, papa tau semua memang terasa begitu berat. Tapi papa mohon sama kamu, bertahanlah apapun yang terjadi." Ujar Bara melemah dan kemudian keluar dari kamar Arga, menyisakan Arga yang termenung dengan bulir air mata di pelapuk matanya. 

Beberapa menit kemudian ia mengambil kunci mobil dan jaketnya lalu pergi menuju suatu tempat.

"Den Arga mau kemana? Aden belum makan dari tadi." Bi Inah yang melihat Arga turun dari lantai dua itupun buru-buru menghampiri.

"Simpan aja makanannya buat nanti malem." Ujarnya kemudian menuju pintu utama.

Setelah membeli beberapa tangkai bunga krisan, Arga berjalan santai ke tempat yang terkadang ia kunjungi ketika penat.

Langkahnya terhenti, melihat seorang lelaki berseragam putih abu sedang berada di sana, duduk pilu menatap nisan hitam.

Arga diam, memperhatikan lelaki itu hingga pandangan mata mereka bertemu.

"Bisa-bisanya lo datang?" Lelaki itu membuka suaranya.

"Apakah ada alasan gue nggak boleh datang?"

Lelaki itu berdecak sinis.

"Gue nggak mau cari ribut, gue mau cari rehat. Bukannya dia bakal sedih kalau liat kita berantem?" Arga membuka suaranya lagi.

Sejenak lelaki berseragam sekolah itu menatap batu nisan dan kemudian ia pergi meninggalkan tempat pemakaman sambil menyenggol bahu Arga kencang.

"Kali ini gue bakal lindungin yang gue punya dari lo Ga. Jangan harap, lo bisa rebut semuanya dan bikin semuanya jadi hancur. Lo cuma parasit yang bisanya bergantung buat cari tameng untuk lindungin lo karena lo gak mampu lindungin diri sendiri."

AMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang