Jilid 2

736 10 0
                                    

"Hemm, habis semestinya bagaimana?" tanya orang pertama dari Kee-san Ngo-hohan. Betapa pun juga ia merasa jeri mendengar nama besar wanita ini dan mengharapkan wanita itu akan mengalah dan pergi dari situ tanpa mengganggu Sin-tong.

Mata itu tajam mengerling dan senyumnya penuh arti, bibirnya penuh tantangan. "Mestinya? Mestinya kita bermain cinta memadu kasih!"

"Perempuan hina!"
"Jalang!"
"Siluman betina"

Lima orang itu telah mencabut senjata masing-masing, yaitu senjata golok besar yang selama ini telah mengangkat nama mereka di dunia kang-ouw. Kelima orang pendekar ini memang merupakan ahli-ahli bermain golok dengan Ilmu Hoa-san-to-hoat yang terkenal, dan selain itu juga mereka semua mahir akan ilmu menotok jalan darah yang bernama Sam-ci-tiam-hoat, yaitu ilmu menotok menggunakan tiga buah jari tangan.

"Siattt... singg... singg...!"

"Ha-ha-ha, bagus! Kalian memang gagah sekali bermain golok, tentu lebih gagah kalau bermain cinta, hi-hik!"

Kiam-mo Cai-li mengelak dan tiba-tiba payung hitamnya berkembang terbuka. Payung itu merupakan senjata isimewa, terbuat dari baja yang kuat dan kainnya terbuat dari kulit badak yang kering dan sudah dimasak lemas, namun kuatnya luar biasa sehingga dapat menahan bacokan senjata tajam. Ada pun ujung payung itu meruncing, merupakan ujung pedang, dan gagangnya yang melengkung itu pun dapat digunakan sebagai senjata kaitan yang lihai.

"Trang-trang-trang...!" bunga api berpijar ketika golok-golok itu tertangkis oleh payung.

Kini tubuh wanita itu tertutup payung yang berkembang dan berputar-putar, maka sukarlah bagi lima orang itu untuk menyerangnya dari depan. Mereka lalu berloncatan dan mengurung wanita itu.

"Hi-hik, hayo keroyoklah. Kalau baru kalian lima orang ini saja, masih terlampau sedikit bagiku. Hi-hik, hendak kulihat sampai di mana kekuatan kalian, apakah patut untuk menjadi lawan-lawanku untuk bermain cinta!"

"Perempuan rendah!" Orang pertama dari lima pendekar itu marah sekali, goloknya menyambar dahsyat, tapi tiba-tiba golok itu terhenti di tengah udara karena telah terikat oleh sebuah benda hitam panjang yang lembut.

Kiranya wanita itu telah melepas gelung rambutnya dan ternyata rambut itu panjangnya sampai ke bawah pinggulnya, rambut yang gemuk hitam, panjang dan harum baunya. Bahkan bukan itu saja keistemewaannya, rambut itu dapat dipergunakan sebagai senjata ampuh, sebagai cambuk yang kini berhasil membelit golok orang pertama dari Kee-san Ngo-hohan! Sebelum orang ini sempat menarik goloknya, tangan kiri Kiam-mo Cai-li bergerak menghantam tengkuk orang itu dengan tangan miring.

"Krekk!" laki-laki itu mengeluh dan roboh tak dapat bangkit kembali karena dia telah terkena totokan istimewa yang membuat tubuhnya lumpuh sungguh pun dia masih dapat melihat dan mendengar.

Empat orang lainnya terkejut dan marah sekali. Mereka memutar golok lebih gencar lagi, bahkan kini tangan kiri mereka membantu dengan serangan totokan Sam-ci-tiam-hoat yang ampuh!

Namun orang yang mereka keroyok itu tertawa-tawa mempermainkan mereka. Setiap serangan golok dapat dihalau dengan mudah oleh payung yang diputar-putar, sedangkan ujung rambut yang panjang itu mengeluarkan suara ledakan-ledakan kecil dan menyambar-nyambar di atas kepala mereka, tidak menyerang, hanya mendatangkan kepanikan saja karena memang dipergunakan untuk mempermainkan mereka.

"Mampuslah!" bentak orang kedua sambil menyerang dengan golok.

Ketika goloknya ditangkis, cepat dia ‘memasuki’ lowongan dan berhasil mengirim totokan. Karena tempat terbuka yang dapat dimasuki jari tangannya di antara putaran payung itu hanya di bagian dada, maka dia menotok dada kiri wanita itu. Dalam keadaan seperti itu, menghadapi lawan yang amat tangguh, pendekar ini sudah tidak mau lagi mempergunakan sopan santun yang tentu tidak akan dilanggarnya kalau keadaan tidak mendesak seperti itu.

Bu Kek Siansu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang