Jilid 13

622 8 1
                                    

The Kwat Lin cepat menengok. Dia melihat Swat Hong telah berdiri di ambang pintu bersama seorang gadis lain yang tak dikenalnya. Kemarahan seperti api membakar dadanya melihat dara ini. Sambil mengeluarkan jerit melengking nyaring, dia lalu menerjang dan menggerakkan pedang merahnya.

"Cring-trang...!!" pedang Swat Hong disusul pedang Coa-kut-kiam di tangan Soan Cu menangkis dan kedua orang dara itu meloncat ke belakang, ke tempat yang lebih lega.

Dengan kemarahan meluap-luap The Kwat Lin meloncat ke luar dan melanjutkan serangannya. Akan tetapi setelah bergerak belasan jurus, wanita ini terkejut dan merasa menyesal mengapa dia menuruti kemarahan hatinya.

The Kwat Lin sadar bahwa dia berada dalam bahaya! Kiranya selain Swat Hong yang telah memiliki kepandaian hebat juga gadis yang gerakan-gerakannya liar dan ganas itu amat berbahaya, apa lagi cambuk ekor ikan Phi yang meledak-ledak dahsyat. Sebentar saja dia tertekan dan terdesak. Beberapa kali dia berusaha untuk meloloskan diri, akan tetapi sambil mengejek Swat Hong selalu menutup jalan keluar dan dia terus digulung oleh sinar dua orang gadis lihai itu.

The Kwat Lin menjadi nekat. Sambil menggigit bibirnya dia menyerang dahsyat kepada Swat Hong, mencurahkan daya serangannya kepada anak tiri yang dibencinya ini. Menghadapi terjangan dahsyat yang bertubi-tubi itu, Swat Hong mundur-mundur juga. Akan tetapi kesempatan baik ini dipergunakan oleh Soan Cu untuk menyerang dari belakang. Cambuk ekor ikan Phi meledak dua kali mengancam ubun-ubun kepala The Kwat Lin. Ketika wanita ini mengelak ke samping sambil melanjutkan serangan pedangnya kepada Swat Hong, Soan Cu menusukkan pedangnya mengarah lambung Kwat Lin.

"Singgg... crat... aihhhhh!!"

Kwat Lin terkejut sekali. Biar pun dia telah mengelak, tetap saja pedang Coa-kut-kiam (Pedang Tulang Ular) itu melukai lambungnya, merobek kulit dan mendatangkan rasa nyeri, panas dan perih sekali. Akan tetapi wanita yang lihai ini sudah membalik sambil juga membalikkan pedangnya menyambar leher Soan Cu. Hal ini tidak disangka-sangka oleh gadis Pulau Neraka ini.

"Awas Soan Cu...!!" Swat Hong berseru dan pedangnya menyambar, yang diarah adalah lengan kanan Kwat Lin karena hanya dengan jalan itulah dia dapat menolong Soan Cu.

"Brettt... crok... aughhhh....!!"

Soan Cu terhuyung, pundaknya berlumuran darah karena terluka parah, sedangkan Kwat Lin cepat memindahkan pedang ke tangan kirinya karena lengan kanannya juga terluka parah, terbacok di bagian bahu hampir putus! Dengan kemarahan meluap-luap dia menubruk Swat Hong, namun gadis Pulau Es ini mengelak ke kiri sambil mengangkat kaki menendang lutut.

"Dukkk! Aduh...!"

Kwat Lin terbelalak ketika tahu-tahu pedang Coa-kut-kiam telah bersarang di perutnya! Kiranya ketika tadi Swat Hong menendangnya Soan Cu yang terluka dengan kemarahan meluap menubruk, maka begitu wanita itu terguling, pedangnya cepat menyambar dan menusuk perut Kwat Lin.

"Bedebah kau...!" tiba-tiba pedang di tangan Kwat Lin meluncur.

"Soan Cu, awas...!!" Swat Hong berteriak kaget.

Namun terlambat! Pedang yang dilempar dari jarak dekat dan tak terduga-duga itu dilakukan dengan dorongan tenaga terakhir, tak dapat dielakkan dengan baik oleh Soan Cu dan menancap di bawah pundak sampai dalam!

"Soan Cu!" Swat Hong melompat dan pedangnya membabat. Kwat Lin memekik dan lehernya hampir putus!

Dengan cepat Swat Hong memeluk tubuh Soan Cu yang tersenyum! “Pergilah... Aku... aku tak berguna lagi...!" katanya.

"Omong kosong!" Swat Hong menghardik, mencabut pedang Ang-bwe-kiam dari pundak Soan Cu. Soan Cu menjerit dan pingsan. Dengan gemas Swat Hong melempar pedang itu, lalu memondong tubuh Soan Cu yang dibawanya ke luar.

Bu Kek Siansu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang