Jilid 5

833 5 0
                                    

SIN LIONG meloncat ke arah jendela. Kedua tangannya bergerak dan terdengar suara keras ketika ruji-ruji jendela jebol semua. Dia meloncat dan keluar dari kamarnya, terus berlari ke luar melalui lorong. Setibanya di luar, tampaklah olehnya Swat Hong berdiri tegak dengan kedua tangan bertolak pinggang. Dua orang anggota Pulau Neraka roboh dan mengaduh-aduh di bawah, sedangkan belasan orang lain mengurung gadis itu. Sin Liong menggeleng-geleng kepala. Sumoinya memang galak dan pemberani. Bukan main gagahnya. Dikurung oleh orang-orang Pulau Neraka itu masih enak-enak saja, bahkan tidak mencabut pedang, padahal semua yang mengurungnya memegang senjata.

"Heiii! Mundur kalian, jangan ganggu dia!" Sin Liong sudah meloncat ke depan.

"Kau yang mundur! Mengapa ikut-ikut keluar?" Swat Hong membentak dan memandang Sin Liong dengan mata mendelik.

"Ehh? Sumoi...? Aku hanya ingin menolongmu."

"Siapa membutuhkan pertolonganmu? Kembalilah ke kamar tahananmu itu dengan... dengan..." Akan tetapi Swat Hong tak dapat melanjutkan kata-katanya karena kini orang-orang Pulau Neraka telah mengeroyoknya.

"Wuttt... siuuttt!" tubuh Swat Hong sudah menyambar ke sana-sini.

Selain mengelak dari serbuan banyak senjata itu, Swat Hong juga mengirim serangan-serangan balasan dengan tangan dan kakinya yang bergerak cepat sekali. Bukan main hebatnya Swat Hong yang bergerak cepat dan yang didorong oleh perasaan marah itu. Dia memang marah, bukan marah kepada orang-orang Pulau Neraka, melainkan marah kepada... Sin Liong!

Kiranya tanpa diketahui oleh Sin Liong sendiri, sudah sejak tadi Swat Hong tiba di tempat itu. Ia menggunakan kepandaiannya menyelundup sehingga tidak diketahui para penjaga dan dia telah dapat mendengarkan percakapan antara suheng-nya dan Soan Cu. Hatinya menjadi panas! Dia sendiri tidak tahu akan hal ini, tidak sadar mengapa dia menjadi tidak senang mendengar betapa suheng-nya bercakap-cakap dengan ramah bersama seorang gadis! Karena itu niatnya untuk menolong suheng-nya menjadi buyar. Dia hanya menonton saja ketika suheng-nya diserbu binatang berbisa dan akhirnya dapat menolong diri dengan obat penolak yang diberikan oleh Soan Cu.

Ketika Swat Hong yang marah menyaksikan ibunya dijatuhi hukuman buang melarikan diri dari Pulau Es, dara ini segera berlayar menggunakan sebuah perahu Pulau Es. Tujuannya memang hendak membuang diri ke Pulau Neraka menggantikan ibunya, dan terutama hal ini dilakukannya sebagai protes kepada ayahnya. Akan tetapi karena dia belum pernah pergi ke pulau tempat buangan itu, dan pula karena sudah jauh meninggalkan Pulau Es, dia mulai merasa gelisah dan ngeri memikirkan keadaan Pulau Neraka yang kabarnya amat berbahaya itu. Akibatnya dia tersesat jalan dan mendarat di pulau-pulau kosong sekitar Pulau Neraka.

Akhirnya dia melihat dari jauh perahu Sin Liong meluncur di antara gumpalan-gumpalan es yang menggunung. Dia merasa heran sekali melihat suheng-nya dan merasa khawatir kalau-kalau suheng-nya itu mengejarnya atas suruhan raja untuk memaksanya kembali ke Pulau Es. Maka diam-diam ia lalu mengikuti dari jauh sampai akhirnya dia melihat suheng-nya mendarat di Pulau Neraka. Dengan menggunakan kepandaiannya, Swat Hong berhasil pula mendarat di Pulau Neraka. Dia tidak khawatir akan serangan binatang-binatang berbisa, karena sebelum berangkat Swat Hong membawa batu mustika hijau yang dia dapat dahulu dari ayahnya.

Di bagian tertentu di dasar laut dekat Pulau Es terdapat batu mustika hijau. Batu ini amat sukar didapat, dan hanya beberapa orang penghuni Pulau Es saja yang berhasil mendapatkannya. Batu mustika hijau ini mengandung khasiat yang mukjijat terhadap ular berbisa dan semua binatang berbisa, selalu ditakuti binatang-binatang itu, juga dapat dipergunakan untuk mengobati luka terkena gigitan binatang berbisa. Maka, dengan batu mustika di tangannya, dengan mudah Swat Hong dapat memasuki Pulau Neraka tanpa mendapat gangguan sedikit pun dari binatang berbisa yang hidup di pulau itu.

Bu Kek Siansu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang