Jilid 9

728 4 0
                                    

PANGERAN TANG SIN ONG adalah seorang pangeran di kota raja yang mempersiapkan pemberontakan pula. Saingan besar dari An Lu San ini merupakan pangeran yang dihubungi oleh Kwat Lin. Baru saja dia mengirim berita tentang hari dan tempat di mana Yang Kui Hui akan ikut dengan Kaisar yang hendak berburu binatang dalam hutan, sebuah di antara kesenangan Kaisar. Saat inilah yang dinanti-nanti oleh The Kwat Lin dan Pangeran Tang Sin Ong untuk menjalankan siasat yang telah lama mereka rencanakan.

Beberapa hari kemudian, tibalah saatnya Kaisar bersama Yang Kui Hui bersenang-senang di dalam hutan di kaki pegunungan Fu niu san, tidak jauh dari kota raja. Seperti biasa, di waktu mengadakan perburuan tempat itu dijaga oleh para pengawal. Ada pula pasukan yang tugasnya hanya mencari dan menggiring binatang hutan agar binatang-binatang yang ketakutan itu berlarian menuju ke dekat tempat Kaisar dan Permaisurinya menanti sehingga dengan mudah Kaisar dapat melepaskan anak panah ke arah binatang-binatang itu. Sekali ini, selain beberapa orang pembesar penting, Kaisar juga ditemani oleh Pangeran Tang Sin Ong....

Seperti biasa Kaisar dan selirnya yang tercinta menanti di dalam pondok yang memang tersedia di situ, di tengah-tengah hutan. Para pembesar dan Pangeran Tang Sin Ong menanti di luar pondok sambil bercakap-cakap. Mereka menanti sampai datangnya binatang-binatang yang akan digiring oleh pasukan yang sudah menyusup-nyusup ke dalam hutan lebat di depan. Para pengawal menjaga di sekeliling tempat itu, terdiri dari pengawal Kaisar dan pengawal Pangeran Tang Sin Ong karena pangeran ini mempunyai pasukan pengawal sendiri.

Mereka tidak usah lama menanti. Segera terdengar sorak-sorai dari jauh, makin lama makin mendekat. Itulah suara pasukan yang bertugas menggiring binatang hutan menuju ke tempat penyembelihan itu, di mana para pembesar telah menanti dengan gendewa bersama dengan anak panahnya siap di tangan.

Mendengar suara ini, kaisar sudah keluar dari pondok sambil tersenyum-senyum gembira membawa sebatang gendewa. Seorang thaikam yang menjadi kepercayan dan pelayannya mengikuti Kaisar sambil membawa tempat anak panah. Tak lama kemudian, mulailah bermunculan binatang-binatang hutan yang panik ketakutan karena dikejar-kejar dan digiring oleh pasukan di belakang mereka yang bersorak-sorai itu. Dan mulailah Kaisar bersama Pangeran Tang Sin Ong dan para pembesar lainnya menghujankan anak panah mereka ke arah binatang-binatang itu.

Tidak ada seorang pun melihat ketika dari rombongan pengawal Pangeran Tang Sin Ong, tiba-tiba seorang pengawal menyelinap ke dalam semak-semak. Orang ini lalu menanggalkan pakaian dan menyelinap memasuki pondok Kaisar dari samping, meloncat masuk dari jendela yang terbuka. Dengan kecepatan kilat, laki-laki setengah tua ini menyergap Yang Kui Hui yang sedang berdiri menonton di ambang pintu depan. Terdengar selir cantik itu menjerit, akan tetapi tubuhnya menjadi lemas ketika dia tertotok. Pada saat semua orang menoleh karena mendengar jeritan itu, Yang kui Hui telah dipondong dan dibawa lari oleh laki-laki itu.

"Penculik...!"
"Penjahat...!"

"Jangan lepas anak panah, bisa salah sasaran...!!" tiba-tiba Pangeran Tang Sin Ong berseru keras.

Mendengar ini, Kaisar yang sudah pucat mukanya cepat berseru, "Benar! Jangan lepas anak panah. Kejar dan tangkap! Selamatkan dia...!"

Semua orang, pengawal, pembesar, pangeran Tang Sin Ong, bahkan Kaisar sediri, segera mengejar penculik yang memiliki gerakan yang amat gesit itu. Dengan beberapa loncatan saja penculik itu telah lari jauh sekali.

"Cepat kejar... tolong dia.... Ahhh, Kui Hui...!!" kaisar berteriak dengan muka pucat.

Tiba-tiba tampak dua sosok bayangan orang berkelebat menghadang penculik itu. Dari jauh kelihatan jelas bahwa dua orang itu adalah wanita-wanita cantik yang gerakannya cepat luar biasa. Wanita yang lebih tua sudah menerjang maju dan dengan serangan mendadak berhasil memukul roboh penculik dan merampas Yang Kui Hui, disusul kemudian wanita ke dua yang muda dan cantik menggerakkan pedangnya menusuk. Terdengar jerit melengking yang nyaring sekali ketika pedang itu menembus dada penculik itu yang berkelojotan, terbelalak dan menudingkan telunjuknya kepada wanita pertama seolah-olah hendak berkata sesuatu, akan tetapi sebuah tendangan yang mengenai kepalanya membuat penculik itu tak dapat bergerak lagi dan tewas seketika!

Bu Kek Siansu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang