[1] Cina Judes

167 14 2
                                    

    Sorry, gue revisi dipart ini. Hope u like it guys!







       Senin pagi, rutinitas masyarakat dimulai seperti biasa. Banyak kendaraan berlalu-lalang, hiruk pikuk dijalan. Dipenuhi dengan masyarakat yang mulai kembali bekerja, sebagian ibu-ibu sibuk berbelanja dari pasar dan memenuhi angkutan umum, serta sebagian lagi sibuk berangkat kesekolah.

Hal terakhir yang kini tengah dilakukan seorang Gadis berambut hitam sebahu, yang tengah berdesakkan didalam angkutan umum untuk segera sampai disekolah. Seragam putih abu yang ia kenakan sedikit berpeluh, sebab udara yang minim dalam angkutan umum. Berkali-kali ia melihat ke arah jam tangannya, dengan wajah sedikit khawatir takut-takut ia terlambat mengikuti kegiatan wajib disekolah, Upacara Bendera.

Gadis itu sedikit menutup hidungnya dengan telapak tangannya, itu disebabkan karena ia duduk bersebelahan dengan ibu-ibu berbadan gempal dan aroma tubuhnya sedikit tidak enak. Gadis itu berharap agar angkot yang ditumpanginya segera sampai dijalan dekat sekolahnya.

Rupanya do’a nya dikabulkan Tuhan, angkot hampir sampai dijalan dekat sekolahnya.

Mengingat sekolah gadis itu letaknya bukan dipinggir jalan raya utama melainkan ada di dalam disalah satu jalan persimpangan atau gang.

Matanya agak berbinar senang, “Depan, kiri ya, Bang.” Ujarnya antusias.
Angkot yang ditumpanginya pun berhenti sesuai dengan permintaan Gadis itu, Ia segera keluar dari dalam angkot dan segera membayarnya.

Angkot itu pun pergi dan gadis itu bernafas lega.
“Itu ketek bau banget gila.” Ujarnya seraya merapikan rambut dan seragamnya.

Ia menyusuri jalan dengan sedikit tergesa, pasalnya sekitar 15 menit lagi
Upacara Bendera akan segera dimulai. Ia memperluas langkah-langkahnya berharap agar tidak terlambat. Memang jarak sekolah dan jalan raya utama tidak terlalu jauh, namun tetap saja, Ia takut gerbang sekolahnya akan ditutup.

Benar saja Om Amir sudah bersiap akan segera menutup gerbang sekolah, semua siswa dan siswi SMA Nusa Mentari banyak yang berlari karena takut terlambat. Suara nyaring milik Om Amir begitu keras terdengar menyuruh para siswa untuk segera masuk ke sekolah.
“Cinaa.. cepetan ini mau ditutup gerbangnya. Lari buruan.” Teriak Om Amir pada Gadis itu.

Ya, Gadis itu dipanggil Cina oleh hampir seluruh warga sekolah. Tak terkecuali Om Amir, guru piket Nusa Mentari. Dia biasa dipanggil Pak Amir oleh seluruh siswa Nusa Mentari. Namun, hanya Si Cina lah yang memanggilnya dengan sebutan Om. Karena memang, Amir tidak cocok jika dipanggil Bapak, ia masih terlalu muda untuk sebutan itu.

Gadis itu mempercepat laju larinya dan sampailah ia bisa melewati gerbang sekolah, “Alhamdulillahhhhh.. Makasih Om.” Ujar Gadis itu sedikit ngos-ngosan dan kembali berlari menuju kelas untuk menyimpan ranselnya.

Rupanya sudah banyak siswa dan siswi yang tengah berbaris dilapangan, Gadis itu tetap berlari menuju kelasnya dan mengambil topinya setelah menaruh ranselnya.

Namun tiba-tiba, seseorang memanggilnya dengan cara menarik rambut Gadis itu, hingga Gadis itu agak terhuyung kebelakang. Jika saja ia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya mungkin ia sudah terjungkal malu.
Dengan geram Gadis itu menoleh,

“Apaan si lo! Biasa aja kenapa sih, nggak usah jambak gue. Sakit bego! Apa, lo mau apa, Hah?”

Yang menjambak adalah teman sekelasnya sendiri, dan dia adalah Cowok.

“Sori, Cina. Gue panik nih nggak bawa topi. Pinjem topi lo deh, boleh ya.” Ujar cowok itu.

Dia adalah Abrar Mada Vadlana, Cowok yang sudah menjadi musuh bebuyutan Si Cina Judes. Abrar, cowok petakilan, yang tidak disiplin, dan selalu buat onar dikelas maupun disekolah. Dia selalu saja tidak disiplin dalam segala hal. Berseragam pun selalu berpenampilan urakan, namun anehnya Gadis itu tetap menyukai Abrar. Cinta itu aneh bukan?

Flora's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang