chapter satu

54 10 9
                                    

"Kok dia ganteng banget ya, mel. "

  "Mel, kapan ya gue bisa deket sama dia. "

  "Apalagi kalo sampe gue jadi pacar dia. Beruntung banget gue mel. "

  "Oh ya mel, dia udah punya pacar blom ya?"

   "Mel, mel lo dengerin nggak sih?" Alza menengok kesamping dan pantas saja.. "AMEELLL!!" teriakan Alza membuat heboh koridor yang sedang ramai.

   Amel berdecak malas-malasan. "Apaan sih? Berisik tau nggak sih lo!" amel ngomel-ngomel sendiri. Alza sampai bengong beberapa saat. Kenapa jadi dia yang kena bentak? Kan harusnya dia yang marah-marah gara-gara ngomong nggak didengerin.

   Fix banget emang Amel udah nggak beres. Alza cemberut. Dia langsung berjalan cepat-cepat meninggalkan Amel yang ngedumel sendiri dibelakang.
  "Tu anak gak jelas banget dah. "

  ........
 

   Didepan Rina, Alza langsung curhat panjang-lebar. Rina ini sahabatnya yang paling topmarkotop. Diantara mereka berlima- Alza, Amel, Rina, Bella, dan Aurel- memang cuma Rina doang yang paling peka. Rina bisa ngerti masalah apa yang lagi dihadapi sahabat-sahabatnya. Baik itu masalah cowok, masalah keluarga, sampe masalah sama kakak kelas.

   Tapi kalo buat yang paling dewasa, Alza harus meminta nasehat sama Bella.

   "Kalo gitu lo kenalan aja sama dia. " saran Bella.

  "Whaat?? Masa gue duluan sih yang pdkt. Dimana-mana tuh cowok ngejar cewek. Bukan sebaliknya. " Alza protes keras.

  Amel yang lagi asyik maen slither di hape, nyeletuk, "sampe lebaran monyet juga Araf nggak bakal ngejar-ngejar lo, za. "

  Alza melotot. Rina dan Bella saling pandang. Amel emang mulutnya pedes. Nggak peduli orang lain suka atau nggak sama omongannya, dia bakal langsung nyampain.

  Cuma Aurel doang yang ngakak.

  "Hwuhaha.. Bener banget tuh. Lagian ya Za, lo tuh jadi cewek jangan gengsian. Nanti kak Araf keburu disamber cewek lain baru tau rasa lo. "

  Alza manyun begitu penuturan Aurel selesai. Memang Aurel ada benarnya. Tapi kan nggak mesti dia juga yang ngejar. Kesannya gimanaa gituhhh..  Apalagi Araf kakak kelasnya. Ketua osis pula. Apa jadinya dia yang siswi angkatan baru tiba-tiba ngejar-ngejar Araf. Huh, bisa ditempeleng sama seniornya yang kayak macan semua.

   "Gimana?" Bella buka suara setelah Alza bengong lama.

  Alza menghela nafas panjang. "Nggak tau deh. " gelengnya sambil berdiri. "Gue balik dulu ya. Bye semua."

 
  ...........

    Huft, kapan ya gue bisa pacaran sama kak Araf?

  Alza duduk di meja belajar dengan buku besar yang sudah terbuka sejak satu jam yang lalu. Tapi yang namanya aljabar dan saudara-saudaranya itu nggak ada satupun yang nyangkut diotaknya. Yang ada cuma pertanyaan diatas dan jawaban yang sama susahnya kayak matematika.

   Alza juga bingung, kenapa dia bisa segitu ngefans sama Araf. Semua berawal dari hari pertama mos.

   Waktu itu regu kelasnya dibina langsung oleh Araf. Bersama dua anggota osis yang lain, Rara, Alzeta, dan Tama. Rara dan Alzeta, dua orang anak geng paling populer di Sma cendana, menyuruhnya maju kedepan kelas.

   "Lo sekarang nyanyi. Terserah lagu apa, yang penting lengkap dari awal sampai akhir. " perintah Rara garang.

  "Dan kalo lo nggak bisa, lo bakal dapat hukuman dari kita berdua." Alzeta tersenyum licik sambil bertos ria dengan Rara.

   Alza menggigit bibir bawahnya. Sekarang dia jadi tontonan anak-anak satu kelas. Malu banget. Mana nggak ada yang belain lagi. Bella dan Amel hanya mampu ngirim doa dari tempat duduk. Dua sahabatnya itu pasti juga nggak berani sama senior mereka.

  "Tapi kak.. Saya nggak bisa nyanyi" sudah sebisa mungkin Alza nggak nangis seperti biasanya.

   Matanya memandang kedua cowok yang seolah tidak peduli dengan dirinya yang sedang dikerjai. Tapi salah satu diantara mereka menoleh. Ketika itulah tatapan mereka bertemu. Alza tidak mampu menyembunyikan rona merah di pipinya.

   Cowok itu berdiri dan berjalan mendekat. Alza menahan nafas ketika melihat jaraknya dengan Araf yang begitu dekat. "Lo duduk aja. " suara Araf merdu banget.

  Sekarang Alza jadi dilema. Disatu sisi dia emang mau dudu, tapi disisi lain dia takut sama kedua cewek nyebelin itu.
  
Araf tersenyum manis. "Nggak denger ya? Lo balik sana. " suruhnya dengan nada lembut yang otomatis membuat Alza mengangguk.

   "Makasih kak. " maka Alza memberikan senyum termanisnya lalu buru-buru kembali ke kursinya. Begitu melihat lagi kedepan, Rara dan Alzeta masih terus mempelototinya.

    "Ah, kak Araf emang malaikat gue. " dirumahnya sekarang Alza tersenyum-senyum sendiri. Dia menutup buku dan naik keatas ranjang. Kali ini tidak mengecek hape seperti biasa dan melihat grup line.

   Alza memandang langit-langit kamar. "Semoga besok gue bisa ketemu sama kak Araf. " ucapnya pada diri sendiri.

--------------

  Ini cerita baru admin. Lanjutan cerita dgn judul : 13 in love.

  Kalo suka silahkan di like. Nggak suka, yaudah gak usah dibaca✌
  Menerima komentar dalam bentuk apapun.

    Nb: ini adminnya gabungan ya^^ sama temen.

       -mutiara
      -aulia

Dream in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang