Chapter tiga Belas.

19 3 0
                                    

Kesalahan terbesarku adalah mencintai kamu. Dan kebodohan terbesarku adalah masih tetap mencintai kamu disaat kamu sudah bersama dia.

                      - Author quotes.

      -----

   Di sebuah rumah...
     

    "jadi Alza udah punya pacar?" Araf bergumam sambil mondar-mandir gak jelas di kamarnya. Matanya sedari tadi terus memandangi layar iphone-nya yang beberapa menit lalu menghubungi Alza dan berakhir dengan suara berat seorang laki-laki yang mengaku sebagai pacar-nya Alza.

   Araf jelas nggak percaya gitu aja. Dia maksa pengen ngomong sama Alza tapi cowok yang bernama Aji itu bilang Alza lagi mandi.

   What?

  Mandi?

   Terus kalo Alza lagi mandi kenapa hape nya di Aji? Ah mungkin Aji itu salah satu sepupunya yang ngebajak hapenya Alza. Ya-ya, itu lebih masuk akal ketibang harus memikirkan kemungkinan lain kayak misal---

    "Araf, ada teman kamu dibawah" mama tanpa mengetok pintu dulu, mengagetkan Araf.

   Cowok jangkung itu mengangguk setelah meredakan keterkejutannya, dan menaruh iphone- nya di atas nakas. "Iya ma"

   Araf menuruni tangga dengan pikiran berkecamuk. Otaknya menduga-duga siapa yang datang. Sekelebat nama Alza muncul. Tapi buru-buru ditepisnya nama itu. Nggak mungkin Alza. Nggak ada alasan buat Alza datang ke rumahnya.

     Tapi tetap saja saat kakinya berbelok ke ruang tamu, nama yang terucap adalah... "Al-- Zeta?" Mimik wajah Araf berubah kecewa. Bahkan suaranya masih terdengar kecewa saat dia ikut duduk di sofa depan Alzeta.

   Katakan Araf jahat. Karena hatinya terus mendumel melihat kehadiran Alzeta yang sangat tidak ingin dilihatnya.

    Sementara pacarnya itu tersenyum manis. "Lagi sibuk, Raf?" Tanya Zeta basa-basi. 

   Araf menggeleng. "Gak. Kenapa emangnya?" Bahkan kalau Alzeta peka, suara Araf udah ketus banget.

   Sayangnya, Alzeta sepertinya muka tembok. Karena selanjutnya dia mengatakan, "Jalan yuk. Gue mau cari buku nih." Ajaknya langsung. Araf menimbang-nimbang sebentar.

   Sebenarnya dia lagi males keluar. Apalagi sama Alzeta. Matahari pun lagi panas-panasnya. Mending di rumah bisa tidur. Tapi kalo terus di rumah bisa-bisa Araf gila karena mikirin cowok bernama Aji tadi yang ngaku-ngaku pacarnya Alza. Nggak ada salahnya lah refreshing sebentar.

   Araf menarik nafas. "Ayo deh"

     -----

    Siang ini Alza terpaksa ikut Aji ke gandaria city karena kakaknya itu menjanjikan akan mentraktirnya baju di h&m. Demi mendapatkan sepasang baju, Alza rela nemenin Aji yang doyan kulineran.

    "Makan dulu yuk gue laper" Alza menoleh ke abangnya yang sedang menyantap es krim. "Makan? Gak salah? Kan tadi kita baru makan"

   "Emang kenapa?" Aji balik menatap adiknya dengan pandangan aneh. "Gue laper lagi. Kalo lo gak mau yaudah sana pulang duluan." Usir Aji membuat Alza memberengut.

   "Yaudah deh gue ikut. Lagi elo makan banyak banget sih. Perut karung dasar"

  "Eh masih mending gue bergizi. Daripada lo, liat tuh badan, kurus ceking. Pantes gak ada cowok yang mau sama lo, dada lo kecil gitu. "

   "Anjing!" Alza mengumpat. Membuat Aji terbahak. Tapi begitu melihat wajah merah Alza- yang entah itu kesal atau malu, tawa Aji berhenti.

   "Maap deh. Duh lo jangan ngambek dong. Nanti gue beliin baju tiga pasang deh"  Aji memasang puppy face andalannya. Ketika cara itu tidak berhasil dia beralih mengeluarkan dompet dari saku belakang celana jeans nya. Mengeluarkan tujuh lembar uang seratus ribu.

   "Nih lo pegang deh duit gue. Biar nanti langsung beli aja. Gue gak bokis, kan?" Alza melirik uang yang dipegang Aji dengan tampang cemberut.

   Sebenarnya dia cuma pura-pura marah. Abis Aji bercandanya kelewatan. Sekalian mau ngerjain Aji. Soalnya abangnya itu kalo dia udah ngambek, pasti obatnya dikasih duit. Dan Alza tau duit Aji tuh banyak. Sayangnya pelit.


   "Yaudah sini!" Alza langsung menyambar duit seratusan itu dan memasukkannya kedalam tas.

   "Nah gitu dong! Jangan marah mulu. Senyum dikit. "  Alza mencebikkan bibirnya seraya berjalan duluan meninggalkan Aji yang terkekeh pelan.

  Tapi belum lama dia tinggalkan Aji, namanya ada yang memanggil. Alza sudah siap ingin marah pada Aji saat ternyata dia berbalik...

    "Kak Araf??" Mata Alza melebar melihat Araf didepannya bersama seorang cewek cantik yang menggandeng lengan cowok itu.

   "Hai Alza" Alzeta maju menghampirinya. Dengan gaya sok akrab dia meraih telapak tangan Alza yang kaku dan memaksa untuk bersalaman.

   "Kebetulan banget ya kita ketemu disini?" Alzeta tertawa renyah. Tawa yang dibuat-buat. Kemudian dia menoleh ke orang samping Alza. "Ini siapa? Cowok lo?" Zeta menekankan kata 'cowok' supaya Araf bisa mendengarnya jelas.

    Alza tidak menyahut. Matanya masih terpaku pada Araf yang membuang muka kesamping. Sama sekali tidak ingin menatapnya.

   Weekend ini cowok yang disayanginya jalan bersama pacarnya. Adakah kenyataan lain yang lebih menyakitkan? Ada. Alza tersenyum miris. Yaitu disaat kamu telah bersama dia, bodohnya aku masih menyukai kamu.

   "Gue Aji. Kakaknya bukan cowoknya. " Aji maju, mengikuti gaya bicara Zeta lengkap dengan senyum sinis yang membuat Zeta mendengus.

    "Oh kakak lo. " Zeta melipat tangan depan dada. Sejenak Araf sempat menyesal mengapa dia dulu menembak Alzeta jika sudah tau tabiat buruk cewek itu.

  "Gue miris ya liat hidup lo. Weekend bukannya jalan sama pacar tapi malah sama kakak. "

   "Eiitsss.. jangan salah mba. " Aji menyela. "Adek gue, walau nyebelin gini-gini juga punya cowok. You know Arqi? Anarqi satria yang kurus begeng itu? Dia pacar adek gue. "

   "Arqi???" Kompak ketiga orang yang mendengar pernyataan Aji itu berseru.

   Araf kaget karena ternyata hubungan Alza dan Arqi sudah sejauh itu dan sudah direstui pula oleh kakaknya Alza.

   Alza bengong karena abangnya yang tengil itu asal ngomong aja. Kalau masalah ini berbuntut, orang pertama yang bakal dicekik Alza adalah Aji.

   Dan Zeta, yang notebane anak genk di sekolah kaget karena ternyata rumor yang bilang Arqi ngejar-ngejar cewek ini ternyata benar. Bukan hoax seperti kebanyakan.

   Arqi kan beken. Kok mau-maunya sih ngejar cewek yang gak ada modelnya gini? Batin Zeta.

   "Kaget kan lo? Makanya gak usah sok tau. " Aji tersenyum meremehkan.

"Udah yuk dek tinggalin aja orang gaje kek gini. Cabut kuy" tanpa aba-aba lagi Aji menarik lengan Alza. Dan terpaksa Alza meninggalkan Araf yang masih terus memandangnya bahkan ketika Alza sudah masuk dalam lift.

    Sakit itu bukan karena kamu yang mengabaikanku, tapi karena aku tahu kamu telah memiliki kekasih disaat aku masih menyayangimu.
 

   
      |||||
  

    Asli bingung mau nulis apa. Ini pun update karna ada yg minta.

  Jadi daripada di gantung, mending diterusin. Yahh.. emang lama sih.

    Dan karena bingung mau nulis apa disini, yaudah cuma minta vote-nya aja. Sama komen (itupun kalo ada yg mau ditanyain)

   Oke sekian di jumat ini.
   Wassalamualaikum.
   (Jgn lupa yg senin usbn, belajar dan fighting!!!)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 14, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dream in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang